Bandarlampung, 12/10 (ANTARA) - Sejumlah seniman di Provinsi Lampung mengeluhkan dukungan terhadap kegiatan seni dan budaya di daerahnya yang masih minim, sehingga dinilai kurang mendukung bagi pengembangan berkesenian dan kreativitas mereka.
Beberapa seniman itu, di Bandarlampung, Minggu, menyebutkan sejumlah kegiatan kesenian dan kebudayaan pada tingkat lokal di daerahnya maupun nasional dan mancanegara selama ini masih minim dukungan nyata dari jajaran pemerintahan daerah maupun dinas teknis terkait di dalamnya, sehingga membuat banyak pegiat seni budaya seolah berjalan sendirian.
Menurut Ch Heru Cahyo Saputro, salah satu seniman di Lampung, selama ini banyak kegiatan seni dan budaya yang digelar para seniman dan pegiat budaya di daerahnya minim dukungan biaya maupun berbagai fasilitas diperlukan dari pemda setempat.
Namun kegiatan itu umumnya tetap dapat berjalan kendati tersendat sendat, antara lain berkat kegigihan tekad seniman bersangkutan.
"Ya, saya juga merasakannya secara langsung, berjuang dalam urusan seni dan budaya di Lampung ini memang agak susah," ujar Direktur Eksekutif Jung Foundation dan peneliti folklore pada Sekelek Institute Publihsing House itu pula.
Tidak sedikit kegiatan penting seni dan budaya, terutama yang berlangsung di luar daerah --apalagi di luar negeri-- terpaksa ditinggalkan oleh utusan seniman dan pegiat budaya dari Lampung, akibat ketiadaan dukungan nyata yang diperlukan dari pemda di daerahnya itu.
Sejumlah seniman tari, lukis, teater, dan sastra di Lampung juga menyampaikan keluhan senada, sehingga mengharapkan agar perlu ada komitmen dan dukungan politik dari para pejabat publik terkait di daerahnya, untuk benar-benar memberikan kepedulian nyata pada kegiatan kesenian dan kebudayaan di daerah itu.
Apalagi kegiatan seni dan budaya itu juga dapat menjadi tolok ukur dinamika seni dan budaya di daerahnya, termasuk menjadi ajang promosi bagi daerah Lampung ke daerah atau negara lain.
Sayangnya, dukungan nyata yang diperlukan bagi berbagai aktivitas kesenian dan kebudayaan di Lampung itu hingga kini dinilai kebanyakan seniman setempat, masih minim dan dikhawatirkan dapat menyurutkan dinamika berkarya dan kerja kreatif para seniman dan pegiat kebudayaan daerahnya ini.
Dalam waktu dekat, Kota Solo, Jawa Tengah juga bakal menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi Internasional Kota-kota Warisan Dunia "Euro-Asia World Heritage Cities Conference & Expo" yang mengusung tema "Perlindungan Warisan Budaya Takbenda dan Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan, 25-30 Oktober 2008.
Utusan dari Provinsi Lampung yang diundang antara lain Ch Heru Cahyo Saputro dan Hari Jayaningrat.
Heru mengharapkan, dalam event itu daerah Lampung dapat ikut berperan aktif, sehingga perlu dukungan dari pemda di daerahnya untuk dapat memenuhi undangan panitia di sana.
Minimnya dukungan pemda termasuk para pejabat penting di daerah Lampung terhadap aktivitas seni dan budaya itu, menurut beberapa seniman Lampung, mendorong mereka harus sampai 'berjibaku' mengumpulkan dana dan berbagai persiapan lain setiap kali akan menggelar kegiatan seni dan budaya yang menjadi inisiatif mereka sendiri dan bukan merupakan program atau 'proyek' pemda atau instansi terkait di daerahnya secara resmi.
Para seniman itu secara individu harus melobi atau menemui pejabat penting tertentu untuk membantu mereka, termasuk memastikan adanya dukungan pemda dan pejabat dimaksud sehingga bisa mendukung pembiayaan kegiatan dan pengiriman utusan Lampung ke luar daerah.
Padahal menurut mereka, seharusnya kepedulian dan dukungan nyata pemda dan dinas teknis terkait bagi kegiatan seni dan budaya itu semestinya menjadi tanggung jawab dan komitmen yang tidak perlu, sampai membuat para seniman dan pegiat budaya menjadi seperti "meminta-minta" bantuan kepada pemda dan para pejabatnya.
Sumber: Antara, 12 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment