February 6, 2011

Industri Kreatif: Nasorudin dan 3.000 Pasang Tangan Kreatif

SATU galeri di bilangan jalan raya Natar, Lampung Selatan, itu penuh dengan barang-barang kerajinan tangan. Untuk menghasilkan pernak-pernik itu, dibutuhkan banyak tangan kreatif dan berwawasan.


Itu adalah workshop milik Nasorudin Habi. Pria setengah baya ini bukan sendiri mendirikan dan berkarya. Keterampilan yang ia miliki telah ia tularkan kepada sedikitnya 3.000 orang. Mayoritas mereka adalah warga kelas bawah atau anak putus sekolah dari sebilang daerah di Lampung Selatan: Natar, Merakbatin, Tanjungaman, Branti, Rawasari, Merbaumataram, bahkan Kalianda.

Bisnis berbalut ini dilakoni Bang Din, panggilannya, sejak 2007. "Saya sering melihat banyak anak-anak pada nongkrong. Jadi, agar lebih bermanfaat, saya mencoba mengajak mereka melalui pembinaan industri kreatif ini. Karena jika saya kasih modal tidak mungkin, tapi dengan ilmu mudah-mudahan nanti bisa menghasilkan," kata Nasorudin di Galeri Nabila miliknya, Sabtu (5-2).

Nasorudin mengatakan yang menggerakkan pembinaan industri kreatif ini karena mau berbagi pengetahuan dan agar lebih banyak orang peduli lingkungannya. Sebab, industri kreatif yang dijalankannya merupakan produk ramah lingkungan yang terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti pelepah pisang, gerabah, mancung, bernuk, dan bambu. "Potensi bahan baku usaha kreatif ini sangat banyak, tinggal bagaimana kita bisa menuangkannya melalui kreativitas," kata ayah dua orang putri ini.

Nasorudin mengaku dari kegiatan sosial tersebut, dia merasakan sebuah kebanggaan dan sekaligus kepuasan tersendiri karena dapat membantu orang lain. Terlebih, selain mendapatkan pengetahuan, masyarakat juga bisa bermandiri membuka usaha kreatif, yang secara tidak langsung dapat mendatangkan penghasilan. "Kekeluargaan itu yang paling penting bagi saya. Dan alhamdulilah saat ini jika ke mana-mana tidak susah," kata Ketua Asosiasi Kesenian dan Kerajinan Lampung (Akkal) ini.

Kesulitan Mengajar

Nasorudin mengatakan dalam pembinaan, dalam tahap awal yang menjadi kendala yakni tersendat masalah kesulitan mengajar. Namun, hal itu bukan bearti harus berhenti, sebaliknya memberikan tantangan untuk terus memberikan arahan. "Dari sekitar 3.000 orang yang mengikuti pembinaan, sekarang ada 300 orang yang sudah bisa berkreasi sendiri," Ujar warga asal Muaradua, OKU Selatan, Sumatera Selatan, ini.

Menurut Nasorudin, semua orang pada dasarnya memiliki kemampuan untuk terampil dan berkreasi. Namun, dalam aplikasinya, yang terpenting membuat orang tersebut mempunyai kemauan. "Setiap orang itu punya keterampilan, tapi terkadang kurang pede. Nah, hal itu yang kita coba bangkitkan dari pembinaan ini," kata pria kelahiran 12 Mei 1967 ini.

Menurut Nasorudin, pembinaan yang dilakukan bersama rekan-rekannya tersebut, merupakan murni kegiatan sosial yang dilakukan tanpa memungut biaya apa pun. Untuk mengikuti pembinaan ini, kata Nasorudin, pesertanya merupakan kelompok dan bukan perorangan. "Jika perorangan, habis di waktu. Jika berkelompok, misalnya dari 10 orang, mudah-mudahan satu di antaranya bisa dan mengerti membuat olahan kreatif ini," ujarnya.

Saat ini, kata Nasorudin, ada sekitar 15 jenis kerajinan ramah lingkungan yang telah diproduksi, termasuk dari orang-orang yang telah berhasil melalui pembinaan. "Intinya, pembinaan jangan menjadi patokan. Tapi, harus terus mencoba berkreasi karena sebenarnya masih banyak potensi lainnya yang bisa diolah," kata dia. (IYAR JARKASIH/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 6 Februari 2011

No comments:

Post a Comment