February 1, 2011

Sastra: Lampung Gagal Raih Rancage 2011

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Tahun ini Lampung kembali tidak mendapat Hadiah Sastra Rancage karena tahun 2010 tidak ada buku yang terbit dalam bahasa Lampung. Sementara sastra Sunda menerima Rancage untuk yang ke-23 kalinya, sastra Jawa ke-18, dan sastra Bali ke-15 kalinya.

Demikian keputusan Yayasan Kebudayaan Rancage yang ditandatangani Ketua Dewan Pembina Ajip Rosidi yang diterima Lampung Post, Selasa (1-2).

"Penerbitan buku, apalagi dalam bahasa ibu, tidak bisa berlangsung terus kalau tidak ada masyarakat yang membacanya," kata Ajip Rosidi.

Pengamat sastra Lampung, Irfan Anshory, sangat menyayangkan Lampung tidak menerima Rancage tahun lagi. "Ini yang kedua kalinya karena sebelumnya tahun 2009, Lampung juga tidak mendapat Rancage karena tida ada buku sastra berbahasa Lampung yang terbit tahun 2008," kata orang Lampung yang tinggal di Bandung ini.

Sastra Lampung pertama kali mendapat Rancage tahun 2008 melalui buku puisi Mak Dawah Mak Dibingi (2007) karya Udo Z. Karzi. Lalu, Asarpin Aslami meraih Rancage 2010 dengan kumpulan cerpennya, Cerita-cerita jak Bandar Negeri Semuong (2009).

Pimpinan BE Press yang selama ini menerbitkan buku berbahasa Lampung, Y. Wibowo, mengakui kesulitan dalam upaya penerbitan buku berbahasa Lampung. "Kami 'putus napas'. Karya dalam bahasa ibu tidak laku di pasaran. Sementara pemerintah daerah juga tidak ada perhatian dalam upaya membantu penerbitan karya sastra dalam bahasa Lampung," kata dia.

Hadiah Sastra Rancage untuk sastra Sunda tahun ini diraih ke Us Tiarsa untuk kumpulan cerita pendeknya, Halis Pasir. Sedangkan Rancage sastra Jawa jatuh ke tangan Herwanto untuk kumpulan ceritanya, Pulo Asu. Lalu, untuk sastra Bali diraih I.D.K. Raka Kusuma dengan kumpulan sajaknya Sang Lelana.

Untuk jasa, Hadiah Sastra Rancage 2011 diberikan kepada H. Usep Romli H.M. (Sunda), Lanang Setiawan (Jawa), dan Bali Orti, sisipan bahasa Bali, Bali Post Minggu (Bali). (SAG/K-1)

Sumber: Lampung Post, Rabu, 2 Februari 2011

2 comments:

  1. betapa mirisnya saya mengetahui kenyataan bahwa masih sedikit sekali informasi mengenai sejarah lampung. adakah naskah asli berbahasa lampung yang disimpan di museum lampung, yang bisa diteliti?

    ReplyDelete
  2. manuskrip berbahasa (beraksara) lampung hampir semuanya ada di luar negeri. kalau mau belajar tentang lampung ya akan lebih mudah dari luar negeri. Sebuah manuskrip beraksara dan berbahasa Lampung yang disusun van der Tuuk misalnya, ditemukan di perpustakaan Perancis. yang kini juga tidak diketahui rimbanya adalah manuskrip kamus bahasa Lampung ditulis dg aksara Lampung disusun van der Tuuk.

    ReplyDelete