October 23, 2011

[Perjalanan] Mengukur Wisata Lampung dari Tur Krakatau

LAMPUNG kembali menggelar Festival Krakatau. Salah satu rangkaian kegiatan yang paling ditunggu pada festival tahunan itu adalah tur Krakatau.



Sebelum Festival Krakatau XXI digelar, banyak pihak memprediksi tahun ini tur Krakatau bakal ditiadakan. Pasalnya, Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda diwartakan dalam posisi Siaga. Gempa bawah laut dan kepulan asap yang dikeluarkan membuat siapa pun dilarang mendekat di bawah radius 2 kilometer.

Tapi nyatanya, aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) malah memancing wisatawan untuk menyaksikan langsung gunung api itu.

Tidak kurang dari 500 orang turut hadir sebagai peserta tur Krakatau, Minggu (16-10). Di antaranya Duta Besar Rep. Ceko, Jerman, Hongaria, Italia, Jepang, Malaysia, Polandia, Filipina, Romania, Singapura, Slovakia, Slovenia, Jepang, Korea, dan Kuba. Selain itu, masyarakat umum yang merogoh kocek Rp300 ribu untuk membeli tiket tur Krakatau juga ikut meramaikan kegiatan itu.

Perjalanan ke GAK dimulai sekitar pukul 07.00 Minggu pagi. Lampung Post bersama rekan-rekan media lainnya berangkat dengan bus pariwisata nomor 4. Ada sekitar 9 bus yang mengantar wisatawan saat itu. Perjalanan ke Gunung Anak Krakatau dimulai dengan menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan.

Rombongan tiba di pelabuhan di ujung Sumatera itu sekitar pukul 08.55 dan langsung menuju dermaga 5.

Sesampainya di sana, Kapal Windu Karsa Pratama sudah bersandar di dermaga dan siap mengangkut penumpang. Tepat pukul 09.10, tambang kapal dilepas dan ini waktunya menuju Gunung Anak Krakatau.

Selama di perjalanan tidak banyak aktivitas yang kami lakukan. Maklum, tidak ada acara apa pun yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung di dalam kapal. Atraksi adat dalam perjalanan menuju GAK sampai kembali lagi ke Pelabuhan Bakauheni.

Perahu hias yang dijanjikan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung sejak penyelenggaraan festival tahun lalu juga tidak tampak. Peserta tur hanya duduk manis menuju GAK. Para duta besar ditempatkan di dalam ruang VIP, masyarakat umum di kelas ekonomi, dan wartawan memilih duduk di sisi kapal sambil menikmati angin dan pemandangan laut lepas.

Agak menjemukan memang. Tapi dengan gurau tawa kami, rasanya 2 jam di kapal tidak terlalu lama.

Pukul 11.00, Gunung Anak Krakatau mulai tampak dari kejauhan.

Duta besar dan peserta tur mulai berhamburan keluar. Sekitar 20 menit kemudian, kapal hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari gunung. Asap yang tidak terlalu tebal menghiasi puncak Gunung Anak Krakatau. Hampir seluruh bagian gunung tertutup pasir dan kerikil. Pada bagian bawah saja terlihat tanaman kayu-kayuan dan pasir pantai berwarna hitam.

Kapal mengelilingi hampir seluruh bagian gunung. Hanya bagian barat saja yang tidak karena dilarang dengan alasan keselamatan.

Kapal terus mendekat hingga berjarak sekitar 20 meter dari bibir pantai. Beberapa petugas BKSDA Lampung yang sedang bertugas di kaki gunung melambaikan tangan kepada penumpang kapal.

Pemandangan GAK serta pawai budaya sehari sebelumnya ternyata memesona para dubes. Enna Viant Valdes, dubes Kuba, mengaku baru pertama datang ke Lampung dan melihat GAK. Enna menyaksikan parade budaya yang menarik karena banyak jenis kesenian dan warna-warni yang ditampilkan. "It's very wonderful and colorful. Amazing," kata Enna kepada Lampung Post di sela-sela tur Krakatau.

Keindahan ini, menurut Enna, akan disampaikannya ke masyarakat Kuba agar mereka bisa datang ke Lampung menyaksikan keindahan budaya dan wisata di Lampung.

Hal senada dikatakan Duta Besar Yaman Ali Alsoswa. Menurut dia, Gunung Anak krakatau merupakan pesona alam yang harus dipromosikan ke wisatawan mancanegara. Ali berjanji mempromosikan objek wisata gunung yang berada di perairan itu ke negaranya.

Setengah jam lebih kapal itu membawa kami berkeliling Gunung Anak Krakatau. Selanjutnya kapal bertolak meninggalkan gunung. Sekitar pukul 15.00 kapal tiba kembali di Pelabuhan Bakauheni, dan tur Krakatau pun berakhir. (RISKY ELINDA SARY/M-1)


Sumber: Lampung Post, Minggu, 23 Oktober 2011

No comments:

Post a Comment