October 30, 2011

[Fokus] Choldin Mempersatukan Ruwa Jurai

BANDAR Lampung, kota yang menjadi ibu kota provinsi Lampung ini kini menjadi metropolitan dengan ciri rumah toko. Di seantero wilayah, tidak mudah menemukan ciri asli bahwa ini adalah daerah dengan budaya lokal yang pernah cukup kuat. Perkampungan Olok Gading di bilangan Telukbetung Barat yang mungkin masih ditemukan bebrapa hunian dengan arsitektur Lampung.

ARSITEKTUR LAMPUNG. Salah satu rumah yang masih mengakomodasi arsitektur Lampung. (LAMPUNG POST/IKHSAN NUR SATRIO)

Meskipun demikian, jejak-jejak budaya Lampung masih ada di beberapa lokasi, salah satunya di bilangan Jalan Hayam Wuruk, Kedamaian, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung. Melintaslah di jalan ini, lalu temukan satu gapura cukup megah dengan monumen siger sebagai mahkota, dipadu dengan dua payung tiga tingkat di kanan-kiri (kuning dan putih).

Menjorok ke dalam, halaman luas dengan paving block menjadi latar bertakhtanya rumah adat berjuluk Tatar Intan. Tulisan “Tatar Intan” di bagian atas bagunan dan di pintu gerbang ditegaskan dengan tulisan aksara Lampung.


MAKAM KERAMAT. Salah satu makam keramat Marga Balaw di Kedamaian (LAMPUNG POST/IKHSAN NUR SATRIO)



Rumah itu kini mungkin menjadi benteng terakhir kemegahan adat budaya Lampung di Kota Bandar Lampung. Bangunan ini memang tidak terlihat kesan tuanya. Meskipun dibangun dangan material utama kayu, material lain seperti atap yang menggunakan genting keramik membuat unsur rumah tua tidak terasa. Yang ada adalah rumah adat Lampung versi baru.

Penegasan soal kebaruan rumah ini memang beralasan. Sebab, beberapa rumah tua masih ada tak jauh dari lokasi ini. Ada gerbang rumah tua Lampung dalam balutan pepohonan nan rindang di seberang agak jauh dengan tulisan “Lamban Sai Ragah”. Rumah ini juga mengandung unsur adat dan ketuaannya yang lebih kentara.

Di bilangan inilah sebagian anggota klan Keratuan Marga Balaw berada dan hidup dengan budaya yang semula sangat kental. Jejak-jejak lama adat dan budaya Lampung di wilayah ini mulai terlihat kontras dengan lingkungan sekelilingnya sejak beberapa developer perumahan mewah bermunculan. Peradaban modern terus merangsek sehingga budaya Lampung yang bersahaja terus tergusur.

Kesenian dan berbagai tatanan adat yang dulu menjadi warna utama saat ada berbagai upacara kini mulai tergantikan dengan kesenian modern, meskipun pada saat-saat tertentu upacara adat untuk acara perkawinan, pemberian gelar adat, dan berbagai ornamen adat masih sering dilakukan masyarakat.

Beruntung, beberapa tokoh yang peduli dengan adat dan kebetulan mempunyai pengaruh kekuasaan dan juga materi masih mengingat pada kebiasaan adat yang mengandung falsafah tinggi, salah satunya adalah Choldin Ismail Balaw.

Ia adalah penyimbang marga atau pimpinan tertinggi dalam tatanan adat Lampung Saibatin. Sayang, beliau telah meninggal sepekan yang lalu. Tidak banyak yang kenal dan tahu tentang Choldin Balaw. Dia adalah salah satu pahlawan Lampung yang turut memperjuangkan berdirinya Provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai ini lepas dari Sumatera Selatan.

Choldin lahir tahun 1930 dan sempat menjadi tentara pelajar pada masa penjajahan Belanda. Saat itu peran Choldin sebagai kurir. Usai perjuangan selesai dan Indonesia merdeka, Choldin pun pindah ke Jakarta dan menjadi abdi negara. Saat itu, ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Perhubungan Laut.

Tahun 1960-an mulailah bergelora keinginan dari masyarakat Lampung untuk mendirikan provinsi sendiri dan lepas dari Sumatera Selatan. “Choldin lah yang langsung menemui Presiden Soekarno untuk meyakinkan dan melobi agar Lampung menjadi provinsi baru,” kata Cholid Balaw, adik Choldin.

Soekarno pun menantang Choldin untuk mengumpulkan orang-orang yang memang memiliki keinginan untuk memisahkan diri dari Sumatera Selatan. Saat itu ada pertemuan antara Soekarno dan Choldin berserta rombongan untuk meyakinkan tentang pemisahan provinsi.

Setelah Provinsi Lampung berdiri, Choldin pun kembali ke tanah kelahirannya untuk mengabdi di dareah. Ia pun aktif di partai politik. Terakhir Choldin masuk dalam Partai Golkar dan memimpin partai berlambang pohon beringin ini.

Puncak dari karier politiknya adalah saat mejadi wakil rakyat sebagai wakil ketua DPRD Bandar Lampung. Cholid menilai kehidupan yang dijalani Choldin sangat sempurna. Semua pengabdian sudah dilakukan, mulai dari pejuang kemerdekaan, abdi negara, tokoh adat, pimpinan parai politik, wakil rakyat, dan imam.

Peran yang tidak kalah penting yang dilakukan Choldin adalah mempelopori berdirinya Lembaga Masyarakat Adat Lampung (LMAL) yang menjadi cikal bakal berdirinya Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL). Pertemuan membentuk LMAL dilakukan di rumah adat Marga Balaw di Jejar Intan, Kedamaian.

Menurut Cholid, Choldinlah yang mempersatukan agar Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin bersatu dalam lembaga yang sudah dibuat. Choldin yang mengajak dan mengimbau agar dua jurai di Lampung bersatu dalam satu lembaga.

Choldin adalah tokoh yang jarang tampil di publik. Ia lebih suka bergarak dan berjuang dalam kesunyian. Orang pun mengakui perjuangannya. Ia turut terlibat dalam berjuang, setalah berhasil, tidak satu pun jabatan yang diinginkannya. (PADLI RAMDAN/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 30 Oktober 2011

1 comment:

  1. Sekedar mengoreksi bukan "Tatar Intan", tetapi "Jajar Intan".

    ReplyDelete