Bandar Lampung, Kompas - Pusat Bahasa mencatat sembilan bahasa daerah di Indonesia sudah punah dan 65 bahasa daerah lainnya terancam punah. Hal itu terjadi sebagai dampak berkurangnya jumlah penutur bahasa daerah serta pengaruh bahasa-bahasa utama dalam kehidupan modern.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Bahasa Nasional Dendy Sugono, akhir pekan lalu, saat kunjungan kerja ke Lampung.
Jumlah bahasa daerah di seluruh Indonesia mencapai 746 bahasa daerah.
Menurut Dendy, sebagai sarana pengungkap ataupun sarana komunikasi, bahasa daerah bertahan apabila digunakan oleh masyarakat pendukungnya. Bahasa daerah juga bertahan karena sempat diturunkan dari satu generasi ke generasi penutur berikutnya serta memiliki peran strategis bagi masyarakat pendukungnya.
Dalam perkembangannya, kata Dendy, bahasa daerah menjadi tergusur ketika harus berhadapan dengan bahasa-bahasa utama yang dipakai dalam kehidupan modern. Bahasa utama itu di dalamnya termasuk penggunaan bahasa Indonesia.
Data Pusat Bahasa menunjukkan, di Papua terdapat sembilan bahasa daerah yang sudah punah.
Bahasa daerah yang punah itu adalah bahasa Bapu, Darbe, dan Wares yang pernah berkembang di Kabupaten Sarmi. Dari Jayapura dua bahasa sudah punah, yaitu Taworta dan Waritai. Dari Jayawijaya ada dua bahasa yang punah, yaitu Murkim dan Walak. Di Manokwari, bahasa daerah Meoswar sudah punah dan dari Rajaampat bahasa daerah Loegenyem sudah punah.
Untuk bahasa-bahasa daerah yang masih bertahan, Pusat Bahasa tengah mencari strategi guna mempertahankan bahasa-bahasa daerah tersebut. (HLN)
Sumber: Kompas, Rabu, 21 Mei 2008
No comments:
Post a Comment