-- Nanang Sumarlin*
SESUAI program pengembangan pariwisata Indonesia, pemerintah pada 2008 berkeinginan jumlah kunjungan wisatawan ke seluruh daerah tujuan wisata (DTW) Nusantara meningkat. Maka, pemerintah mencanangkan Visit Indonesia Year (VIY) 2008. Sebuah program untuk mendorong peningkatan kinerja industri pariwisata di Indonesia.
Target pemerintah adalah kunjungan tujuh juta wisatawan. Program serupa pernah diluncurkan pemerintah pada tahun 1991 sebagai pendukung program Visit ASEAN Year.
Sejalan dengan program itu, Lampung mencanangkan Lampung atau Visit Lampung 2009 (VL 2009). Bagaimana Lampung (provinsi maupun kabupaten/kota) mempersiapkan diri?
Perkembangan industri pariwisata di Bumi Ruwa Jurai ini tampaknya belum menggembirakan atau belum maju signifikan. Sebut contoh misalnya ketika dalam suatu acara diskusi tentang perkembangan industri pariwisata di Lampung, seorang general manager (GM) sebuah hotel berbintang di Lampung mengatakan klasifikasi tamu yang menginap di hotelnya, lebih banyak dominasi tamu atau pelanggan korporat, yaitu yang berasal dari perusahaan-perusahaan yang berbisnis di Lampung dibanding dengan tamu hotel yang benar-benar wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke Lampung.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Pengalaman di lapangan menunjukkan wisatawan (bukan untuk urusan bisnis) yang telah/pernah datang ke Lampung, tidak ada keinginan untuk melakukan kunjungan wisata untuk yang kedua kalinya, hal ini disebabkan tidak adanya kesan yang mendalam yang didapat wisatawan selama berkunjung ke Bumi Saburai ini.
Ilustrasi di atas adalah salah satu gambaran nyata keadaan industri pariwisata di Lampung, sebelumnya ada baiknya kita memahami apa yang disampaikan John. M. Bryson, pakar dari Pusat Penelitian Manajemen Strategi dari Minessota University, Amerika Serikat:
Strategic planning is a disciplined effort to produce fundamental decisions and actions that shape and guide what an organization (or other entity) is, what it does, and why it does it. (John. M. Bryson, 1996)
Selain itu pengelolaan sumber daya dalam usaha atau produk pariwisata antara lain harus dimulai dengan adanya suatu kerangka yang mengintegrasikan pengelolaan sumber daya dan komitmen manajemen dalam kebijakan usaha pariwisata (Middleton & Hawkins, 1998; Delpech & Marsongko, 1998).
Untuk menyambut Visit Lampung 2009, sudah tentu banyak hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang sudah terlihat di depan mata. Contohnya waktu yang bersamaan dengan agenda politik nasional, yaitu pemilu legislatif dan presiden, belum adanya ikon pariwisata Lampung, kebijakan pemerintah daerah yang tidak menyelesaikan masalah pada industri pariwisata secara menyeluruh, banyaknya infrastruktur yang rusak dan kurang terpelihara, sosialisasi yang kurang, gangguan keamanan, belum lagi ditambah kordinasi antarpemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang belum "satu frekuensi", dalam mewujudkan program peningkatan kunjungan wisatawan di bumi Lampung ini.
Oleh sebab itu, dalam menyambut tahun kunjungan ke Lampung, diperlukan rencana strategis, yang fokus, terencana dengan baik dan berorientasi pada pasar industri pariwisata. Dengan kata lain kita harus mempersiapkan sebuah masterplan besar yang bertajuk Rencana Strategis Visit Lampung 2009. Pemerintah daerah dan pelaku industri pariwisata harus berkolaborasi serta bekerja sama, dalam menyusun dan mewujudkan rencana strategis ini.
Adanya rencana strategis dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan akurat yang berisi petunjuk tentang tujuan, kebijakan, aksi dan sumber daya untuk menuju sukses Program Visit Lampung 2009.
Rencana Strategis Visit Lampung 2009 setidaknya sudah mengatur berbagai kebijakan yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang yang sudah diuraikan di atas. Rencana strategis yang dibuat harus memiliki konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan dari segi lingkungan, sosial budaya, ekonomi, pendidikan serta melibatkan masyarakat lokal (Mowfort & Munt, 1998).
Salah satu contoh masalah adalah tentang ikon pariwisata di Lampung. Selama ini kita mengenal sekolah pendidikan gajah Way Kambas, Festival Krakatau, Menara Siger, Kalianda Resort, Begawi Bandar Lampung, dan sebagainya. Pertanyaannya adalah yang manakah ikon pariwisata Lampung? Salah satu dari festival tersebut atau ada yang lain yang tidak kalah menarik atau kombinasi dari yang disebutkan di atas.
Ikon pariwisata Lampung tentu harus sesuatu yang spesial dan khas dari tanah Lampung. Sesuatu yang harus dijadikan benchmark penyelenggaraan pariwisata lokal dan merupakan menu utama yang akan dijual kepada wisatawan.
Selain itu, perbaikan dan peningkatan infrastruktur penduduk pelaksanaan industri pariwisata, jalan-jalan yang menuju objek wisata, beserta sarana penduduknya, penerangan jalan, dan pusat informasi mengenai daerah tujuan wisata (DTW), di seluruh Provinsi Lampung yang masih sangat minim, harus diperbaiki lagi.
Masalah lain adalah keadaan Bandara Radin Inten II. Kita harus merealisasikan kenaikan "kelas" bandara kita. Misalnya dengan memperpanjang dan memperlebar landasan sehingga pesawat dengan badan lebih lebar dapat mendarat dan menjadi pintu gerbang wisatawan.
Penyakit lama yang selalu muncul adalah kordinasi antarpemerintah daerah. Hal ini sangat penting karena Visit Lampung 2009 adalah milik masyarakat Lampung, bukan hanya milik milik Pemerintah Provinsi Lampung atau Pemerintah Kota Bnadar Lampung. Dengan demikian, di tingkat operasional, seluruh pemerintah daerah se-Provinsi Lampumg mempunyai visi dan pandangan yang sama terhadap program ini dengan tujuan akhir adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke seluruh wilayah Provinsi Lampung.
Kesungguhan akan bekerja keras demi bangkitnya industri pariwisata lokal, melalui momentum visit Lampung 2009 sangat dinantikan karena secara geografis provinsi yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera ini, sangat berpeluang menjadikan potensi pariwisata daerah menjadi andalan sumber pendapatan asli daerah (PAD), mulai pemandangan yang sangat indah, pantai yang berpasir putih, pulau-pulau yang eksotis, pegunungan, sampai dengan suhu dan iklim yang relatif bersahabat, merupakan berkah yang sangat besar untuk dikelola demi peningkatan kemakmuran rakyat.
Kini, Provinsi Lampung sangat membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki visi trentang pembangunan industri pariwisata karena sudah jelas bahwa apabila pertumbuhan industri pariwisata meningkat pandapatan asli daerah (PAD) dapat dipastikan meningkat pula, belum lagi adanya multiplier effect akibat berkembangnya industri pariwisata yang dapat mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat objek wisata.
Dengan kata lain dibutuhkan pemimpin yang dapat menyinergikan antara sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), potensi pariwisata, peran masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Lampung melalui pembangunan pariwisata.
Semoga dengan adanya rencana strategis dalam menyambut Visit Lampung 2009, kita dapat menyusun strategi yang jitu dan menjadikan Visit Lampung 2009 sebagai titik awal kebangkitan industri pariwisata di Lampung. Let's go to Lampung.
* Nanang Sumarlin, Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Lampung
Sumber: Lampung Post, Rabu, 28 Mei 2008
No comments:
Post a Comment