BANDAR LAMPUNG (Lampost): Genta Kencana Entertainment (GKE), sebuah Rumah Produksi (Producion House) hadir menyemarakkan kehidupan dunia perfilman di Lampung. Komitmennya untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan karakter bangsa.
Menurut Direktur GKE, Agus Effendi mengatakan, sebagai “gebrakan” tahun ini, GKE membuka kesempatan bagi masyarakat Lampung mengikuti “Open Casting Film” untuk mencari bintang-bintang berbakat sebagai aktor dan aktris. PH-nya telah siap memproduksi beberapa episode FTV dengan judul besar “Kembang Tanah Air”.
“Ya itu (Kembang Tanah Air) judul utamanya, selain sebagai judul satu episode. Judul ini untuk menggambarkan bahwa setiap episode memiliki narasi dasar yang sama yaitu membangun pendidikan karakter bangsa. Rencananya ada 15 episode, tapi yang siap baru tiga, yaitu episode “Kembang Tanah Air”, “Tetaplah Menjadi Bintang” dan “Receh”," jelas Agus.
Sedangkan untuk penulisan skenario Agus mengatakan pihaknya menggaet sastrawan Lampung Syaiful Irba Tanpaka yang dianggap mumpuni dalam hal olah cerita. Sehingga FTV produksi GKE ini betul-betul memiliki warna dan daya tarik tersendiri. Untuk penayangan GKE akan menjalin kemitraan dengan stasiun TV, khususnya, yang ada di daerah Lampung.
Sementara Talent Manager GKE, Wan Tanaka, mengatakan syarat pendaftaran yaitu laki-laki/perempuan usia 9-40 tahun, berbakat akting, mengisi form pendaftaran dengan konstribusi Rp100 ribu kemudian tiga lembar foto (2 Close Up dan 1 seluruh badan) ukuran 5R.
Pendaftaran dilakukan di Pondok Lampung Permai, Komplek Pasar Seni Enggal mulai 6 s.d 24 Mei 2013. Casting dilakukan 25-26 Mei dan Produksi direncanakan 6 s.d 10 Juni 2013, untuk informasi dapat menghubungi Wan Tanaka HP.081957003411 atau Icon Arts HP.081957195004.
“Adanya dana kontribusi dimaksudkan sebagai dukungan masyarakat terhadap pembangunan dunia perfilman. Lampung berbeda dengan Jakarta. Di ibukota kemitraan antara PH, Broadcast dan Sponsor sudah berjalan profesional dan kondusif. Di Lampung hal itu belum terjadi. Tanpa partisipasi masyarakat, tentu berapapun modal PH akan habis tanpa bisa berputar untuk produksi selanjutnya” papar Wan
“Kembang Tanah Air” menceritakan Laryk, seorang Mahasiswa, yang menggemari dunia fotografi. Kegemaran itu membawa Laryk mengenal berbagai karakter dan kehidupan sosial. Hingga Laryk menemukan kehidupan orang-orang yang menurutnya luar biasa. Kehidupan orang-orang yang memiliki semangat tinggi, pantang menyerah dan mengalir membangun kemaslahatan. Laryk kemudian melibatkan diri dalam kehidupan orang-orang yang dikaguminya.
Seperti Teguh misalnya, pelajar SD, anak piatu yang mengisi waktu luangnya dengan menjadi tukang semir sepatu di kantor-kantor atau menjadi pedagang asongan demi membantu kehidupan keluarganya. Keinginannya untuk bisa terus sekolah sampai menjadi sarjana membuat Teguh gemar menabung.
Atau Jantuk, remaja berusia 14 tahun yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan. Kemiskinan membuat keluarganya tidak berdaya. Ketika Jantuk berusia 5 tahun, ibunya melahirkan adiknya, ayahnya minggat entah kemana. Sejak itu ibunya sakit-sakitan. Usia 9 tahun Jantuk memulai jadi pemulung. Ia selalu menggendong adiknya sepanjang ia memulung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hingga usianya yang ke 14. Betul, tidak berpendidikan bisa menumpulkan wawasan tetapi tidak untuk menumpulkan kasih sayang seseorang
Laryk juga memasuki kehidupan Pitit, seorang anggota TNI muda yang mengidolakan ayahnya yang juga seorang TNI. Pitit berkisah kepada Laryk, ketika ia masih menjadi pelajar, setiap hari ketika akan pergi atau pulang sekolah selalu memandangi foto ayahnya dengan bangga. Kata Pitit, setiap orang memerlukan idola, memerlukan panutan agar impian masa depannya tetap terpelihara. (UZK/S-3)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 16 Mei 2013
Menurut Direktur GKE, Agus Effendi mengatakan, sebagai “gebrakan” tahun ini, GKE membuka kesempatan bagi masyarakat Lampung mengikuti “Open Casting Film” untuk mencari bintang-bintang berbakat sebagai aktor dan aktris. PH-nya telah siap memproduksi beberapa episode FTV dengan judul besar “Kembang Tanah Air”.
“Ya itu (Kembang Tanah Air) judul utamanya, selain sebagai judul satu episode. Judul ini untuk menggambarkan bahwa setiap episode memiliki narasi dasar yang sama yaitu membangun pendidikan karakter bangsa. Rencananya ada 15 episode, tapi yang siap baru tiga, yaitu episode “Kembang Tanah Air”, “Tetaplah Menjadi Bintang” dan “Receh”," jelas Agus.
Sedangkan untuk penulisan skenario Agus mengatakan pihaknya menggaet sastrawan Lampung Syaiful Irba Tanpaka yang dianggap mumpuni dalam hal olah cerita. Sehingga FTV produksi GKE ini betul-betul memiliki warna dan daya tarik tersendiri. Untuk penayangan GKE akan menjalin kemitraan dengan stasiun TV, khususnya, yang ada di daerah Lampung.
Sementara Talent Manager GKE, Wan Tanaka, mengatakan syarat pendaftaran yaitu laki-laki/perempuan usia 9-40 tahun, berbakat akting, mengisi form pendaftaran dengan konstribusi Rp100 ribu kemudian tiga lembar foto (2 Close Up dan 1 seluruh badan) ukuran 5R.
Pendaftaran dilakukan di Pondok Lampung Permai, Komplek Pasar Seni Enggal mulai 6 s.d 24 Mei 2013. Casting dilakukan 25-26 Mei dan Produksi direncanakan 6 s.d 10 Juni 2013, untuk informasi dapat menghubungi Wan Tanaka HP.081957003411 atau Icon Arts HP.081957195004.
“Adanya dana kontribusi dimaksudkan sebagai dukungan masyarakat terhadap pembangunan dunia perfilman. Lampung berbeda dengan Jakarta. Di ibukota kemitraan antara PH, Broadcast dan Sponsor sudah berjalan profesional dan kondusif. Di Lampung hal itu belum terjadi. Tanpa partisipasi masyarakat, tentu berapapun modal PH akan habis tanpa bisa berputar untuk produksi selanjutnya” papar Wan
“Kembang Tanah Air” menceritakan Laryk, seorang Mahasiswa, yang menggemari dunia fotografi. Kegemaran itu membawa Laryk mengenal berbagai karakter dan kehidupan sosial. Hingga Laryk menemukan kehidupan orang-orang yang menurutnya luar biasa. Kehidupan orang-orang yang memiliki semangat tinggi, pantang menyerah dan mengalir membangun kemaslahatan. Laryk kemudian melibatkan diri dalam kehidupan orang-orang yang dikaguminya.
Seperti Teguh misalnya, pelajar SD, anak piatu yang mengisi waktu luangnya dengan menjadi tukang semir sepatu di kantor-kantor atau menjadi pedagang asongan demi membantu kehidupan keluarganya. Keinginannya untuk bisa terus sekolah sampai menjadi sarjana membuat Teguh gemar menabung.
Atau Jantuk, remaja berusia 14 tahun yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan. Kemiskinan membuat keluarganya tidak berdaya. Ketika Jantuk berusia 5 tahun, ibunya melahirkan adiknya, ayahnya minggat entah kemana. Sejak itu ibunya sakit-sakitan. Usia 9 tahun Jantuk memulai jadi pemulung. Ia selalu menggendong adiknya sepanjang ia memulung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hingga usianya yang ke 14. Betul, tidak berpendidikan bisa menumpulkan wawasan tetapi tidak untuk menumpulkan kasih sayang seseorang
Laryk juga memasuki kehidupan Pitit, seorang anggota TNI muda yang mengidolakan ayahnya yang juga seorang TNI. Pitit berkisah kepada Laryk, ketika ia masih menjadi pelajar, setiap hari ketika akan pergi atau pulang sekolah selalu memandangi foto ayahnya dengan bangga. Kata Pitit, setiap orang memerlukan idola, memerlukan panutan agar impian masa depannya tetap terpelihara. (UZK/S-3)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 16 Mei 2013
No comments:
Post a Comment