KEHADIRAN seniman dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Mereka ibarat vitamin dalam yang menggairahkan kehidupan dan membuat takaran hidup menjadi pas dan nyaman.
Pemimpin Redaksi Lampung Post Gaudenisus Suhardi mengungkapkan hal itu pada 'Rembuk Seniman Lampung' yang digelar di aula Lampung Post, Rabu (1-5).
"Vitamin yang kelebihan selalu dibuang secara otomatis di dalam tubuh, sehingga takarannya selalu pas, seperti itulah seniman," kata Gaudensius yang mengaku mematur-matut diri untuk bisa berbaur dan berdiskusi bersama seniman di Lampung.
Dia mengatakan, Lampung hingga saat ini belum menjadi salah satu tujuan wisata bagi warga kota besar seperti Jakarta. Padahal Lampung memiliki banyak potensi seni yang bisa ditampilkan kepad apara wisatawan baik asing maupun lokal.
"Ke Lampung hanya butuh 25 menit atau naik kapal selama 2 jam. Namun di atas kapal atau sesampai di Bakau tidak ada satupun pertunjukan yang menunjukkan bahwa mereka tiba di Lampung," kata dia.
Menurutnya, Lampung Post akan menggagas acara seni yang mampu menampilkan berbagai budaya maupun kuliner Lampung yang bisa dinikmati masyarakat.
"Saya terpikir untuk memajang benda-benda seni asli Lampung seperti cethik atau benda seni lainnya dan makanan khas Lampung di sepanjang Jalan Z.A Pagar Alam hingga Jalan Teuku Umar hingga ke Kota Raja, sehingga semua pengguna jalan bisa menikmati, melihat, dan mengenalnya," kata dia.
Selain itu sebagai satu-satunya koran yang sangat peduli dengan seni budaya, Lampung berencana memberikan penghargaan tahunan kepada para seniman Lampung.
Sementara Udo Z Karzi, Redaktur Budaya Lampung Post mengatakan, ada kecenderungan stagnasi regenerasi dunia kepenulisan (sastra) di Lampung. "Sulit mencari bibit seniman muda di Lampung. Tapi agaknya ini juga menjadi gejala umum di daerah lain," ujarnya. .
Meskipun demikian, Lampung Post selalu memberi ruang kepada siapa pun untuk berkarya melalui ruang seni budaya, humaniora, dan rubrik-rubrik lain seperti kepada pelajar di rubrik Bintang Pelajar dan mahasiswa di rubrik Dunia Kampus. (UNI/P-1)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 3 Mei 2013
Pemimpin Redaksi Lampung Post Gaudenisus Suhardi mengungkapkan hal itu pada 'Rembuk Seniman Lampung' yang digelar di aula Lampung Post, Rabu (1-5).
"Vitamin yang kelebihan selalu dibuang secara otomatis di dalam tubuh, sehingga takarannya selalu pas, seperti itulah seniman," kata Gaudensius yang mengaku mematur-matut diri untuk bisa berbaur dan berdiskusi bersama seniman di Lampung.
Dia mengatakan, Lampung hingga saat ini belum menjadi salah satu tujuan wisata bagi warga kota besar seperti Jakarta. Padahal Lampung memiliki banyak potensi seni yang bisa ditampilkan kepad apara wisatawan baik asing maupun lokal.
"Ke Lampung hanya butuh 25 menit atau naik kapal selama 2 jam. Namun di atas kapal atau sesampai di Bakau tidak ada satupun pertunjukan yang menunjukkan bahwa mereka tiba di Lampung," kata dia.
Menurutnya, Lampung Post akan menggagas acara seni yang mampu menampilkan berbagai budaya maupun kuliner Lampung yang bisa dinikmati masyarakat.
"Saya terpikir untuk memajang benda-benda seni asli Lampung seperti cethik atau benda seni lainnya dan makanan khas Lampung di sepanjang Jalan Z.A Pagar Alam hingga Jalan Teuku Umar hingga ke Kota Raja, sehingga semua pengguna jalan bisa menikmati, melihat, dan mengenalnya," kata dia.
Selain itu sebagai satu-satunya koran yang sangat peduli dengan seni budaya, Lampung berencana memberikan penghargaan tahunan kepada para seniman Lampung.
Sementara Udo Z Karzi, Redaktur Budaya Lampung Post mengatakan, ada kecenderungan stagnasi regenerasi dunia kepenulisan (sastra) di Lampung. "Sulit mencari bibit seniman muda di Lampung. Tapi agaknya ini juga menjadi gejala umum di daerah lain," ujarnya. .
Meskipun demikian, Lampung Post selalu memberi ruang kepada siapa pun untuk berkarya melalui ruang seni budaya, humaniora, dan rubrik-rubrik lain seperti kepada pelajar di rubrik Bintang Pelajar dan mahasiswa di rubrik Dunia Kampus. (UNI/P-1)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 3 Mei 2013
No comments:
Post a Comment