BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kreasi busana anak-anak menggunakan kain tapis, batik, dan sulam usus menjadi terobosan untuk memasyarakatkan kain khas Lampung.
Selama ini gaun yang dirancang dari kain khas Lampung seperti sulam usus, tapis, dan batik lampung identik dengan kegiatan formal seperti pernikahan dan acara adat. Untuk memasyarakatkan kain khas Lampung, Dekranasda menggelar Lomba Busana Anak-anak Khas Lampung, di lantai IV Mal Kartini, Sabtu (21-3).
Lomba ini diikuti 66 peserta yang memperagakan busana modifikasi kain sulam usus, tapis, dan batik lampung hasil perancang-perancang Lampung.
Peragaan busana anak-anak ini didominasi rancangan gaun kain sulam usus. Seperti yang diperagakan peserta nomor 14, terusan sulam usus ungu dengan hiasan pinggir sulaman bunga tanjung dimodifiksi dengan sulam usus putih sebagai gaun tengah.
Busana ini terlihat chick dan tidak terlalu formal. Bisa digunakan oleh anak-anak dalam acara perpisahan sekolah, ulang tahun teman atau acara keluarga. Gaun malam sulam usus hitam rancangan Sumiarti Sapri terlihat anggun dan dewasa. Busana ini diperagakan oleh peserta nomor 18, Sania Ajeng Puji Astuti, siswa SD Al-Azhar.
Beberapa busana sulam usus juga diperagakan oleh peserta nomor 22 dengan memodifikasi sulam usus kuning, merah, dan hijau membentuk siluet tubuh, memberi kesan seksi.
Rancangan yang cukup menarik dan unik diperagakan peserta nomor 38, Reh Muliana Yasinta Angela Moza, siswa SD Tunas Mekar Indonesia. Busana ini dirancang oleh Dewi Modeling.
Dewi memodifikasi tapis dan kain batik. Tapis pucuk rebung dijadikan lilitan pinggang dan bendana yang dibiarkan menjuntai sebagai hiasan kepala. Bawahan rok panjang dari batik Lampung dengan ornamen siger Saibatin dan burung. Busana ini masih terkesan agak formal, bisa digunakan dalam acara-acara resmi.
Peserta nomor 50, Janatul Anin, juga menampilkan gaun panjang modifikasi tapis dan batik. Kain tapis pucuk rebung dijadikan atasan dengan kerah agak tinggi. Untuk bawahan rok panjang dari kain batik Lampung dengan ornamen bunga-bunga kecil.
Rok ini dirancang persegi berbentuk huruf V, sehingga bagian depan pendek sepaha, sedangkan bagian belakang panjang semata kaki. Busana rancangan Ely Rumah Mode ini terlihat modis untuk digunakan dalam acara-acara semi formal.
Selain itu juga ada rancangan sulam usus busana pria. Seperti yang diperagakan oleh peserta nomor 37 yang menggunakan rompi sulam usus merah dengan busana kaos hitam lengan panjang.
Busana pria ini memberi kesan metropolis. Sedangkan peserta nomor 54 menggunakan rompi hitam yang disulam dengan sulam usus putih. Rompi ini dipakai bersama kemeja merah. Busana pria ini terkesan sederhana, tapi bergaya. Bisa digunakan sebagai busana Lebaran Idulfitri, atau acara busana kepanitiaan sekolah.
Ketua Dekranasda Lampung, Dewi Syamsurya Ryacudu, mengatakan fashion show itu dalam rangka ulang tahun ke-29 Dekranasda. Lomba rancang busana anak-anak khas Lampung itu untuk mendekatkan masyarakat dengan kain daerah mereka. Selain itu juga menjadi ajang kreasi bagi pengrajin dan perancang busana di Lampung.
"Lomba ini khusus bagi perajin binaan Dekranasda Provinsi, namun kami juga mengundang Dekranasda kabupaten/kota untuk ikut serta," kata Dewi ketika diwawancarai usai acara.
Kriteria penilaian lomba dititikberatkan pada corak dan keindahan rancangan busana yang belum pernah dipublikasikan atau desain terbaru. Dari 66 peserta akan dipilih 7 finalis untuk tampil pada puncak HUT Dekranasda pada 31 Maret di Balai Keratun.
Dewi mengatakan untuk mempromosikan kain khas Lampung ke berbagai negara, Dekranasda Provinsi bekerja sama dengan pengurus Dekranas. Pameran tidak hanya dilaksanakan di dalam negeri, tetapi juga ke luar negeri, salah satunya ke Prancis. "Kami bekerja sama dengan Dekranasda Pusat, kalau ada pameran di Jakarta, Singapura, atau pernah juga ke Prancis, kami siap memperomosikan kain khas Lampung ini ke berbagai negara," kata Dewi. n RIN/U-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 22 Maret 2009
No comments:
Post a Comment