October 17, 2010

[Perjalanan] Gebyar Pesona Lumbok IV, Atmosfer Budaya di Danau Ranau

ANEKA atraksi budaya di bawah birunya langit dan awan berarakan di atas horizon Danau Ranau seolah sengaja menyambut event tahunan Gebyar Pesona Lumbok IV, Sabtu (9-10) lalu.





Keelokan tarian cempaka yang bermakna persembahan terhadap para tamu serta senandung suara merdu yang dilantunkan para finalis muli mekhanai Lampung Barat mengawali pembukaan Gebyar Lumbok IV yang dibuka Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Provinsi Lampung Hanan A. Razak.

Kemeriahan pembukaan Gebyar Lumbok IV dihadiri ribuan wisatawan. Usai seremoni, para tamu dituntun menikmati keindahan Danau Ranau yang terbentang luas yang dilingkari Gunung Seminung dan rangkaian Bukit Barisan yang menjadi pagar pembatas panggung kemegahan. Konon, danau ini terbentuk dari letusan vulkanik gunung berapi yang membuat cekungan besar.

Gunung Seminung yang menjulang 1.880 meter di atas permukaan laut menjadi latarbelakang yang penuh dengan nuansa magis. Ceruk ini memiliki cuaca sejuk.

Dengan tema menikmati alam dan budaya, pengunjung diajak menyusuri tepian danau. Pertunjukan perahu hias juga tak kalah menarik. Perahu-perahu yang didekorasi bernuansa etnik menjadi daya tarik.

Decak kagum serta gemuruh tepuk tangan dari pengunjung seakan mengalahkan deburan ombak di tepian danau. Pengunjung tidak pasif karena mereka banyak yang ikut di dalam perahu hias di danau yang dikenal menyimpan ikan-ikan favorit seperti mujair, kepor, kepiat, dan harongan itu.

Tontonan yang selalu menarik pada event ini adalah tarik tambang jukung. Dua peserta menggunakan sampan kecil di atas danau adu kuat saling menarik. Bukan hanya peserta pria, peserta perempuan juga ikut andil.

Terik matahari seakan tak terasa. Menjelang sore, pengunjung disuguhi atraksi tradisional. Antara lain, atraksi nelayan yang memburu ikan di danau dengan panah. Tradisi ini disebut ngeraas. Ini membuat decak kagum pengunjung.

Di ujung acara, sebuah maha karya sendratari Kelukup Gangsa karya Nyoman Mulyawan, seniman asal Bali, dipertunjukkan. Tari ini memuat legenda sejarah Kelekup Gangsa (kentongan berwarna keemasan) yang memiliki kesaktian yang luar biasa.

Kelekup Gangsa diangkat dari cerita legenda masyarakat Lumbok yang berada di bantaran Danau Ranau, yang bercerita tentang asal mula naga yang menghuni danau tersebut.

Pertunjukan digelar di panggung terapung sehingga seolah-olah menari berdrama di atas air. Pergelaran ini memukau pengunjung. (ANSORI/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 17 Oktober 2010

No comments:

Post a Comment