MENYAKSIKAN keindahan terumbu karang, ternyata tidak harus jauh-jauh ke Bunaken atau Raja Ampat. Pantai Teluk Lampung juga memiliki potensi terumbu karang yang tidak kalah menarik untuk dipandangi sebagai keindahan alam.
Terumbu karang yang layak dilihat ada di pesisir Pulau Pahawang, Kabupaten Pesawaran. Pulau berpenduduk ini dapat ditempuh selama kurang lebih 90 menit dari Bandar Lampung.
Perjalanan menuju pulau yang kaya dengan tumbuhan mangrove ini dapat dicapai melalui Dermaga Ketapang. Dari dermaga menuju pulau ditempuh dengan kapal sedang selama 40 menit. Perjalanan menuju pulau menjadi bagian dari wisata yang sangat menyenangkan. Apalagi jika perjalanan dilakukan sore hari menjelang matarai tengelam. Pemadangan sunset menjadi hal yang begitu menyenangkan untuk diabadikan dalam foto.
Selama perjalanan menuju Pahawang, pemandangan pesisi Teluk Lampung yang berbukit-bukit begitu memesona. Dataran tinggi nan hijau bak penyambut alam tanda selamat datang.
Pahawang diapit dua pulau: Pulau Kelagian dan Pulau Lelangga. Sebelum melihat Pahawang, pemanangan Pulau Kelagian yang tidak kalah indah dapat dilihat dari atas kapal. Kelagian merupakan pulau tidak berpenghuni yang terlihat tenang dan damai. Ombak di Pahawang begitu kecil dan hampir tidak terasa. Hamparan pasir yang putih dan pantai yang lumayan bersih dan terawat. Yang menjadi keunikan di Pahawang adalah turumbu karang dan ikan yang masih terjaga. Dengan menggunakan alat-alat snorkling, keindahan kekayaan dan biota laut begitu dekat untuk dinikmati.
Menurut Buyung, pengelolan Mitra Wisata yang rutin memperkenalkan potensi bawah laut, di Pahawang ada beberapa spot menyelam yang indah untuk dilihat. Bahkan, ada satu spot yang memiliki keindangan terumbu karang berupa soft coral yang tidak kalah dengan Pualu Raja Ampat, Papua.
Keindahan terumbu karang dan ikan laut bisa dilihat hanya beberapa meter dari pinggir pantai. Kumpulan ikan warna-warni begitu dekat saat menyelami pantai Pahawang.
Beberapa jenis terumbu karang yang ada di pulau ini adalah karng jahe, karang kapur, karang otak, karang nanas, karang anemon, dan karang seroja. Jenis ikan yang masih ada di pulau, seperti ikan monyoyang hitam dan kuning, ikan batok biru, ikan tempala, dan ikan naso. Nama ikan dan terumbu karang ini yang biasa digunakan masyarakat Pahawang.
Salah seerang warga Pahawang yang biasa menyeleman, Sulaiman, mengungkapkan keberadaan terumbu karang dan ikan hiasa mulai banyak dibandingkan tahun 1990-an. Masyarakat sudah mulai sadar untuk tidak mengambil terumbu karang dan ikan hias. Penggunaan bom ikan yang menjadi penyebab rusaknya terumbu karang juga sudah dikurangi.
“Pelan-pelan ikan hias mulai banyak di pinggiran pantai. Ada beberpa ikan yang sempat hilang tapi kini muncul lagi seiring makin membaiknya kondisi pantai,” kata Sulaiman.
Menurut dia, ada beberapa jenis ikan hias yang memang sudah tidak ada lagi, seperti ikan brustun dan batman. Dahulu orang Pahawang mengambil ikan hias karena harganya cukup tinggi. Namun, kebiasaan itu sudah dikurangi kerena beberapa ikan dan karang dilindungi.
Menyelam menyaksikan ikan warna-warni dan beragam terumbu karang menjadi bagian dari wisata ke Pahawang. Laut yang tenang pemandangan pulau yang begitu indah membuat suasana menyelam begitu nikmat.
Keindahan ikan dan karang membuat mata tidak akan bosan untuk menyaksikan dan memandanginya. Namun, hati-hati bagi pemula karena karang di Pahawang tajam. Tangan atau kaki yang tergores akan menjadi hal biasa saat menyelam.
Keindahan lain yang bisa dinikmati adalah hutan mangrove yang begitu luas. Pulau memiliki mangrove seluas 1.402 ha. Pahawang memiliki 22 jenis mangrove dan di antaranya menjadi spesies khas yang hanya ada di Pulau berpenghuni ratusan kepala keluarga ini. Masyarakat Pahawang sangat ramah dalam menyambut tamu yang datang.
Senyum tulus dan sapaan akrab akan diterima setiap wisatawan yang masuk ke pulau. Beberapa warga yang tinggal adalah orang Lampung. Rumah-rumah sudah bergaya modern. Hampir semua rumah memiliki panel surya atau solar cell yang menjadi alat penyerah energi matahari untuk diubah menjadi listrik. Energi listrik yang dipakai warga sebagai berasal dari cahaya matahari. Namun, beberapa tetap menggunakan genset untuk mencukupi kebutuhan listrik.
Berdasar cerita yang berkembang di warga sekitar, nama “pahawang” memiliki dua versi. Nama diambil dari orang yang pertama kali tinggal di Pahawang. Ia dikenal dengan sebutan Mpok Hawang. Tidak ada yang tahu dari mana dia berasal tapi kuburan Mpok Hawang dipercaya masyarakat masih ada di hutan dalam pulau.
Versi kedua, orang yang tinggal di Pahawang adalah mereka yang berasal dari pesisir Pesawaran. Semua suplai makanan di Pahawang diambil dari pesisir. Pemberian suplai makanan dari pesisir ke pulau disebut pahaw yang merupakan bahasa Lampung. Lambat laun puhaw berkembang menjadi pahawang.
Terlepas mana kebenaran nama Pahawang, pulau ini menyimpan keindahan alam dan kekayaan laut yang luar biasa tapi belum banyak dikenal. Pemerintah pun belum mempromosikan Pahawang sebagai salah satu tujuan wisata Lampung. Keindahan laut Pahawang masih dikalahkan dengan Lombok, Bunaken, dan Raja Ampat. Kapan Pahawang akan dikenal dan menjadi destinasi wisata baru? (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 13 November 2011
No comments:
Post a Comment