
Dialog yang bertema Mengangkat tokoh dan kepahlawanan daerah Lampung itu digelar Pemprov Lampung bersama Lampung Post. Sjachroedin Z.P. yang menjadi pembicara kunci mengatakan ada pergeseran nilai-nilai kepahlawan dan ketokohan. Untuk itu, Sjachroedin meminta perlu ada upaya meluruskan persepsi tokoh dan pahlawan.
Seseorang yang mendapatkan predikat tokoh harus memiliki andil untuk pembangunan daerah, seperti bidang pendidikan, kesehatan, dan agama. "Siapa pun orangnya, jika mereka berjasa di bidang yang ditekuninya, dapat dikatakan tokoh," ujar Sjachroedin.
Tokoh tersebut tidak harus penduduk asli Lampung, tetapi bisa saja orang Jawa, Sumatera Barat, Banten, dan Jawa Barat yang lahir di Lampung. Dia mencontohkan Abdul Moeloek yang diabadikan sebagai nama rumah sakit di Bandar Lampung merupakan penduduk Lampung asal Sumatera Barat.
Kemudian Raden Inten yang dijadikan nama bandara di Lampung juga asal Banten, tetapi berjuang untuk Lampung pada masa perjuangan. "Mereka yang memiliki kontribusi untuk Lampung itu bisa disebut tokoh," kata Sjachroedin.
Penghargaan kepada nama-nama tokoh yang berkontribusi untuk Lampung dan negara itu, menurut Gubernur, akan diusulkan menjadi pahlawan nasional, minimal pahlawan untuk daerah Lampung. Untuk itu, pihaknya bersama DPRD Lampung merancang peraturan daerah mengenai tokoh-tokoh Lampung. (KIS/U-1)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 18 November 2011
No comments:
Post a Comment