November 2, 2011

Guru Seni Budaya di SD Sangat Minim

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pelajaran Seni dan Budaya di sekolah, terutama di SD, terlihat tidak maksimal karena tidak adanya guru khusus bidang studi Seni dan Budaya.

Pengamat pendidikan yang juga dosen FKIP Unila Herpratiwi mengatakan kebanyakan guru Seni dan Budaya di SD adalah guru wali kelas yang mengajarkan semua pelajaran, sehingga pengajaran seni dan budaya manjadi kurang maksimal.

"Guru bidang studi yang ada di SD hanya guru pendidikan jasmani dan kesehatan dan guru Agama," kata Herpratiwi di Bandar Lampung, Selasa (1-11). .

Dia menjelaskan setiap individu memiliki setidaknya 8 kecerdasan, tapi umumnya hanya satu kecerdasan yang paling menonjol. Kedelapan kecerdasan tersebut, yakni kecerdasan bahasa, logika, visual-spasial, musik, diri, gerak, alam, dan sosial.

Dia mencontohkan seorang guru SD yang pintar Matematika, sedangkan dia harus mengajar semua mata pelajaran, termasuk Seni dan Budaya, dia akan menemui kesulitan saat mengajar mata pelajaran Seni dan Budaya.

"Jalan keluarnya adalah mencetak guru-guru khusus Seni dan Budaya sebanyak-banyaknya untuk mengisi kekosongan guru program studi Seni dan Budaya di SD," kata dia.

Sementara itu, guru kesenian SMAN 2 Bandar Lampung Naning Widayati mengatakan pelajaran seni esensinya pada praktek.

"Guru seni, terutama guru SD harus membekali siswanya dengan pengetahuan dan kemampuan untuk memilih lagu-lagu yang tepat untuk dipelajari dan dinyanyikan," kata dia.

Hal ini terkait dengan keadaan anak-anak saat ini yang sangat fasih menyanyikan lagu orang dewasa, tapi terbatas dalam menyanyikan lagu wajib dan lagu daerah.

"Anak-anak fasih menyanyikan lagu dewasa bukan karena mereka mengerti makna lagu tersebut, tapi karena seringnya mendengar," kata dia.

Naning menegaskan yang terpenting saat ini adalah bagaimana para guru SD yang mengajar seni dapat mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya. "Selama kita mau belajar, pasti kita bisa mengembangkan kemampuan diri dalam bidang apa pun, termasuk dalam seni," kata dia.

Sebelumnya (Lampost, 28-10) diberitakan, M. Tachrir, mantan instruktur kesenian SD di Lampung, mengatakan pelajaran Seni dan Budaya yang di sekolah, terutama di SD, kini cenderung dianaktirikan. Pelajaran Seni dan Budaya yang sebenarnya sangat penting bagi para siswa seolah-olah tidak mendapat prioritas jika dibandingkan dengan pelajaran lain, seperti Matematika dan Bahasa Inggris. Padahal melalui pendidikan Seni dan Budaya karakter anak didik bisa dibentuk. (MG4/S-3)

Sumber: Lampung Post, Rabu, 2 November 2011

No comments:

Post a Comment