November 13, 2011

[Smart Women] Lupita Lukman: Puisi Bukan Sebuah Topeng

SHANTIKA Lupita Sari -- lebih dikenal dengan nama Lupita Lukman -- cewek yang hobi menulis ini, telah menghasilkan banyak karya puisi saat masih tercatat sebagai mahasiswi.

Baginya tulisan merupakan media penting untuk membuka cakrawala pengetahuan. Sebab itu, tulisan sering juga disebut jendela informasi. Keberadaannya pun sangat dibutuhkan, karena melalui tulisan manusia mampu berkembang dan mewariskan berbagai karya pengetahuannya kepada para pewarisnya.

Shantika mengatakan, sejak masih usia belia telah menyenangi hobi menulis. Kemudian, hobi ini berlanjut dan diasah ketika duduk di perguruan tinggi melalui Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Unila. Di lembaga kemahasiswaan kampus ini, ia banyak menggali ilmu dan informasi, khususnya berkaitan dengan karya sastra.

"Puisi bagi saya adalah karya sastra yang menarik, sebab melalui media ini saya dapat merefleksikan suatu keadaan dengan sebenar - benarnya melalui sebuah karya. Lebih dari itu, karya puisi bukanlah sebuah topeng dari pribadi seseorang, tapi lebih pada refleksi apa adanya.

Misalnya, ketika kita menelurkan sebuah puisi tentang sesuatu yang bijak, maka harus sesuai dengan kepribadian si penulis. Jadi maknanya lebih riil, dan tidak mengada-ada atau bahkan untuk menutupi kekurangan diri. Intinya, saya memaknai karya tulis ini sebagai perwujudan pandangan sesuai dengan hati dan jati diri," ungkap alumnus FE Unila ini.

Belajar Banyak dengan Para Senior

Menghasilkan sebuah karya puisi bukanlah pekerjaan mudah. Sebab, selain dibutuhkan suasana yang mendukung saat pembuatannya, aktivitas ini juga membutuhkan sebuah bakat. Bakat di sini, diartikan Shantika Lupita Sari sebagai sebuah bawaan pribadi dari seorang

Menurutnya, untuk membuat karya apapun, termasuk puisi dibutuhkan sebuah kenyamaan bagi pelakunya. Tentunya tidak dapat dipaksakan, namun tumbuh secara alami. Selain itu, seorang yang memiliki bakat puisi, biasanya memiliki kepekaan tersendiri yang berbeda dengan individu lainnya.

Shantika menambahkan, meski memiliki bakat, untuk optimalnya kemampuan tetap harus diasah dengan belajar dengan maksimal. Banyak media untuk mengasah kemampuan ini, misalnya melalui kelompok pecinta puisi, guru khusus, senior yang berkecimpung di dunia puisi, penyair profesional, dan banyak media lainnya.

"Sejatinya puisi adalah dunia sosial, karena secara khusus seorang penulis puisi memiliki kepekaan akan keadaan sekitarnya.Sebab itu, selain mengamati, Ia (penulis) juga harus terjun langsung pada kondisi tersebut.

Secara pribadi, banyak media yang saya gunakan untuk mengasah ilmu tentang dunia tulis ini. Seperti belajar dengan para senior, guru (penyair) dan alumni di UKMBS Unila. Di antaranya, Ari Pahala, Jimmy Maruli, dan Isbedi Stiawan," katanya.


Esensi Karya Sastra adalah Jiwa


Lupita mengatakan, sebuah karya puisi tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik semata. Lebih dari itu, esensi dari karya sastra ini lebih pada jiwa, kepekaan, dan cara pandang tentang segala sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki bakat seni ini. Termasuk dirinya, yang kini berkecimpung di dunia kerja.

Cewek yang tercatat sebagai sekretaris direksi PT Lautan Teduh ini mengaku, jiwa seni yang telah ada sejak kecil tidak mungkin hilang begitu saja. Meski kini telah terjun di dunia kerja yang tidak berhubungan langsung dengan hobinya.

Namun dalam penerapan aktivitas, kemampuannya ini ternyata cukup membantu. Misalnya saja, dalam bersikap, memandang suatu persoalan, memahami karakter idividu sosial di sekitarnya, dan lain sebagainya.

Meski tidak lagi memproduksi karya puisi yang dapat dinikmati masyarakat seperti ketika masih berstatus mahasiswa dulu. Namun secara pribadi, kegiatannya ini tetap dikerjakannya di waktu senggang.

Beberapa karya sebatas konsumsi pribadi, dimana karyanya ini menjadi suatu bahan renungan, intropeksi, dan refleksi dirinya terhadap segala sesuatu yang dilihat dan dirasa. Kemudian mampu divisualisasikan melalui goresan penanya menjadi sebuah produk yang bernama puisi.

"Meski secara tampak mata, rutinitas kerja yang saya lakoni tidak berhubungan dengan aktivitas sebelumnya. Tapi, dari segi esensinya cukup memiliki keterkaitan atau benang merahnya. Contoh kecilnya, tentang bagaimana saya memandang dunia kerja, dengan kacamata seorang pecinta seni.

Secara khusus, di waktu senggang saya tetap menggali ilmu dan informasi dari berbagai media. Biasanya, saya tetap membaca berbagai buku, menonton film dan berita. Dengan ini, saya berharap akan mampu memahami segala persoalan yang terjadi di lingkungan sosial, mulai dari ekonomi, politik, keagamaan, dan persoalan lainnya," ungkapnya.


Menjadi Penyair Dibutuhkan Kejujuran

Menurut Lupita, puisi adalah sebuah karya sastra yang mampu merefleksikan sesuatu dengan apa adanya. Sebab itu, untuk menjadi penyair dibutuhkan sebuah kejujuran, ilmu pengetahuan, wawasan, independensi, dan pemahaman terhadap produk puisi itu sendiri. Misalnya, pada pergaulan sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

Sudut pandang ini, kemudian diterjemahkan melalui sebuah karya yang diharapkan mampu mengakomodir dan bermanfaat bagi diri sendiri serta banyak orang. Sebab itu, penulis puisi sering disebut sebagai seorang pengamat. Hasil dari pengamatan umum tersebut, kemudian di aplikasikan sesuai dengan sudut pandang (angle) seorang penyair yang tidak umum.

"Ketika masih berstatus mahasiswa, cukup intens saya menghasilkan karya puisi untuk dipublikasikan. Namun, saat ini kegiatan tersebut tidak saya lakoni lagi. Alasannya, bagi saya untuk menjaga kemurnian (kesucian) dari tiap karya tulis yang dihasilkan.

Namun demikian, meski telah berkecimpung di dunia kerja. Kegiatan menulis ini tetap saya lakukan, tapi sebatas konsumsi pribadi saja dan tidak dipublikasikan," katanya.

Shantika mengatakan, untuk menghasilkan puisi tidak terbatas ruang dan waktu, karena karya sastra ini sifatnya universal. Meski bergitu, untuk menciptakannya tetap dituntut sebuah kejujuran. Sejauh ini, karya puisi yang dihasilkannya bertema cinta, alam, politik, religi, dan banyak tema lainnya.

Diakuinya, aktif menulis ketika masih berstatus mahasiswa, yakni pada tahun 2003 - 2007 lalu. Adapun hasil karyanya tersebut tidak kurang dari 100 puisi, 50 buah di antaranya dipublikasikan di media lokal hingga nasional:Kompas, Media Indonesia, dan Koran Tempo. (ferika)


BIOFILE


Nama : Lupita Lukman (Shantika Lupita Sari)
Panggilan : Shantika
Lahir : Bandar Lampung, 17 MAret 1985
Alamat : Jalan Panglima Polim, Segala Mider, Bandar Lampung
Pekerjaan : Sekretaris Direksi PT Lautan Teduh

Sumber: Tribun Lampung, Minggu, 13 November 2011

No comments:

Post a Comment