BERBAGAI upaya telah dilakukan pemerintah untuk melestarikan bahasa daerah. Mulai dari memasukkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah, sampai kepada kegiatan-kegiatan lomba dan pelatihan bahasa daerah. Tetapi ada yang terlupakan, yaitu pelestarian bahasa daerah melalui pendidikan informal. Misalnya saja dalam arisan keluarga.
Prof. Dr. Nadra, dosen Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang, yang melakukan penelitian di tengah-tengah masyarakat penutur, mengatakan beberapa kasus menarik tentang pelestarian bahasa daerah melalui pendidikan informal, dalam Kongres Bahasa-Bahasa Daerah Wilayah Barat di Hotel Marcopolo, Senin (12-11).
Dia mencontohkan pendidikan bahasa daerah dalam keluarga. Ada seorang penutur bahasa Minangkabau yang kawin dengan orang Australia. Pada mulanya pasangan suami-istri itu menetap di Australia dan sekarang tinggal di Jakarta. Dalam keluarga tersebut ada pembagian yang tegas dalam menggunakan bahasa. Di rumah dengan anak-anaknya, ibu tersebut berbahasa Minangkabau dan suaminya berbahasa Inggris. Di sekolah, anak-anak berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris. Dengan demikian, anak-anak mereka mampu menguasai tiga bahasa. "Jika bahasa itu dituturkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya di rumah, bahasa itu akan dikuasai pula oleh anak-anaknya," kata Nadra.
Selain penuturan dalam keluarga, bahasa daerah juga bisa dilestarikan dalam bentuk arisan keluarga. Pelestarian bahasa daerah melalui cerita-cerita lucu, lagu, kaset, dan CD menjadi suatu hal yang menarik bagi anak-anak dan remaja. Selain itu, media masa, baik media cetak ataupun elektronik, bertanggung jawab menyediakan ruang untuk melestarikan bahasa daerah.
Menurut Nadra, dasar pijakan bahasa sudah ada. Yang perlu diwujudkan adalah upaya nyata untuk melestarikannya sehingga era globalisasi tidak menyebabkan penutur bahasa-bahasa daerah kehilangan ekspresi dan pemahaman terhadap budaya sendiri.
"Hal yang paling penting adalah kesadaran dan upaya penutur itu sendiri untuk tetap mewariskan bahasanya," kata Nadra.
Sementara itu, Prof. Dr. Multama Lauder, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, mengupas tentang strategi penanganan bahasa daerah yang terancam punah.
Menurut dia, punahnya bahasa daerah berkaitan langsung dengan hilangnya pengetahuan masyarakat mengenai budaya yang menyimpan pandangan hidup, adat, tata krama, teknologi dan kearifan menangani lingkungan. "Untuk itu perlu dilakukan penelusuran wilayah budaya, dalam hal ini bahasa adalah salah satu kunci untuk menelusuri variasi dan wilayah budaya di Indonesia," kata Multamia Lauder.
Dengan adanya data riil tentang variasi dan wilayah budaya, pemerintah juga akan lebih mudah menerapkan kebijakan untuk melestarikan bahasa-bahasa daerah. RIN/S-2
Sumber: Lampung Post, Selasa, 13 November 2007
No comments:
Post a Comment