November 2, 2007

Teater:'Mak Comblang" Pentas di Taman Budaya

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Comblang-mencomblang bukanlah sebuah fenomena baru. Kebiasaan mencomblangkan seorang dara dengan jejaka sudah terjadi sejak zaman dulu. Persoalannya, apakah rencana pencomblangan yang sudah disusun sebegitu matang selalu membuahkan akhir yang happy ending? Tidak ada yang tahu jawabannya. Apa pun bisa terjadi, dan setiap orang bebas memilih jodohnya, melalui Mak Comlang atau mencari sendiri, itu adalah sebuah pilihan.

Itulah sebersit pesan yang ingin disampaikan oleh para pemain teater "Mak Comblang" yang akan tampil di Taman Budaya Lampung, hari ini (2-11), pada pukul 14.30. Cerita "Mak Comblang" yang mengambil setting cerita tahun 80-an ini dibawakan oleh 12 pemain dari Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni Universitas Lampung (UKMBS-Unila).

Sutradara "Mak Comblang", Eka Yulianti, mengatakan pengangkatan "Mak Comblang" karya Nikolai Gogol itu ke dalam pentas teater dilatarbelakangi dengan kondisi masyarakat sekarang yang masih kental dengan budaya comlang-mencomblang. Tetapi, melalui teater itu, Eka ingin menyampaikan bahwa manusia memiliki pilihan bebas dalam hidupnya. "Hidup itu banyak pilihan, banyak jalan yang bisa ditempuh," kata Eka, Kamis (1-11).

Eka mengatakan "Mak Comblang" mengangkat kisah tentang Nona Ambarita yang ingin mencari suami. Nona Ambarita mempercayakan Nyoya Elya untuk menjadi mak comblangnya dalam mencarikan jodoh. Tetapi, hati manusia tidak bisa ditebak. Bagaimana ending ceritanya? Sebaiknya, tonton saja teater Kurusetra UKMBS Unila yang akan ditampilkan selama dua hari, Jumat (2-11)--Sabtu (3-11).

Sementara itu, pimpinan produksi teater "Mak Comblang", Aan Frimadona Roza mengatakan pementasan ini terselenggara atas kerja sama pemerintah Provinsi Lampung, pemerintah daerah, dan Unila. Menurut dia, melalui UKMBS ini, mahasiswa Unila ikut berperan serta dalam mengembangkan seni dan budaya sebagai bentuk pelestarian budaya daerah. Beberapa teater yang sudah pernah ditampilkan oleh UKMBS Unila adalah "Pelacur Jean Paul Satre" (2004), "WAR Putu Wijaya" (2005), "Orang-orang Tikungan Jalan" karya W.S. Rendra (2006). RIN/S-2

Sumber: Lampung Post, Jumat, 2 November 2007

No comments:

Post a Comment