November 26, 2007

Seni Tradisi: Minim, Jumlah Penutur Sastra Lisan Lampung

* Dapat Diatasi dengan Mengajari Anak Muda Berbahasa Daerah

Bandar Lampung, Kompas - Minimnya jumlah penutur sastra lisan Lampung membuat para seniman tutur khawatir jika jenis sastra tersebut mengalami kepunahan. Oleh karena itu, revitalisasi sastra lisan perlu dilakukan untuk pelestarian dan pengembangan sastra tutur.

"Seniman lisan di Lampung yang menguasai materi, isi, penghayatan, dan cara penerapan sastra tutur hanya empat orang," kata seniman tutur Lampung, Hafizi Hasan, Senin (26/11), saat jeda acara pelatihan sastra lisan dan ragam hias Lampung. Acara yang diikuti puluhan siswa SMA se-Bandar Lampung tersebut diselenggarakan Jung Foundation Bandar Lampung.

Menurut Hafizi, faktor pendorong minimnya jumlah penutur sastra lisan adalah masih sedikitnya jumlah generasi muda Lampung yang mau berbahasa Lampung dan berminat mempelajari sastra lisan. Saat ini saja, generasi muda Lampung, terutama yang tinggal di ibu kota provinsi, kota kabupaten, atau kecamatan enggan memakai bahasa Lampung sebagai bahasa pergaulan. Keengganan itu menyebabkan generasi muda tidak bisa berdialog dalam bahasa Lampung dan sulit memahami sastra Lampung.

Sastra lisan Lampung terdiri atas 15 jenis, yaitu hahiwang, tetanggo, sekiman, pepancang, bubandung, dadi, therasul, pardene, nasyib, kitapu, ngedalung, ringget, wawancan, pisaan, dan muayak. Seluruh jenis sastra itu bersyair dalam bahasa Lampung.

Sama seperti jenis-jenis tembang di Jawa, setiap jenis sastra lisan Lampung disampaikan kepada masyarakat dengan cara ditembangkan dan terkadang dituturkan. Ke-15 jenis sastra lisan Lampung itu hanya dapat dibedakan melalui syair dan dialek. Sementara, isi sastra lisan pada dasarnya sama, yaitu ajaran atau petuah orangtua kepada anaknya atau generasi muda.

Mengajak anak muda

Hafizi mengemukakan, langkah pertama yang harus dilakukan Dinas Pendidikan adalah mengajak anak muda Lampung belajar bahasa Lampung dan menerapkan dalam aktivitas sehari-hari. Pelajaran bahasa Lampung bisa diterapkan melalui pelajaran muatan lokal.

Langkah selanjutnya, Dinas Pendidikan mesti merevitalisasi sastra lisan. Caranya, sambil belajar bahasa, generasi muda Lampung diperkenalkan pada sastra lisan Lampung.

Pada tahap tersebut, Dinas Pendidikan dan seniman tutur perlu memikirkan kemasan yang menarik supaya minat terhadap sastra lisan bangkit.

Kemasan menarik bisa disajikan melalui cara penyampaian dan pembelajaran. Dari cara penyampaian, sastra lisan bisa disisipkan atau dipergunakan saat pementasan teater rakyat atau warahan. Dari sisi pembelajaran, siswa diajak untuk mempelajari bahasa secara mendalam, bukan hanya dari aspek aksara saja seperti sekarang. (hln)

Sumber: Kompas, Selasa, 27 November 2007

1 comment:

  1. Anonymous5:48 AM

    Oi, achei seu blog pelo google está bem interessante gostei desse post. Gostaria de falar sobre o CresceNet. O CresceNet é um provedor de internet discada que remunera seus usuários pelo tempo conectado. Exatamente isso que você leu, estão pagando para você conectar. O provedor paga 20 centavos por hora de conexão discada com ligação local para mais de 2100 cidades do Brasil. O CresceNet tem um acelerador de conexão, que deixa sua conexão até 10 vezes mais rápida. Quem utiliza banda larga pode lucrar também, basta se cadastrar no CresceNet e quando for dormir conectar por discada, é possível pagar a ADSL só com o dinheiro da discada. Nos horários de minuto único o gasto com telefone é mínimo e a remuneração do CresceNet generosa. Se você quiser linkar o Cresce.Net(www.provedorcrescenet.com) no seu blog eu ficaria agradecido, até mais e sucesso. If is possible add the CresceNet(www.provedorcrescenet.com) in your blogroll, I thank. Good bye friend.

    ReplyDelete