November 19, 2007

Pendidikan: Belum Terserap, Prodi Bahasa Lampung Ditutup

Bandar Lampung, Kompas - Lulusan Program Studi atau Prodi D-2 dan D-3 Bahasa Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung hanya terserap 35-40 persen di pasar kerja. Akibatnya, program studi tersebut dihentikan sementara.

"Sayang, baru 35-40 persen saja dari total lulusan kami yang terserap sebagai tenaga pengajar Bahasa Lampung. Padahal, kami mendidik guru-guru dengan keahlian mengajarkan bahasa daerah Lampung," kata Ketua Program Studi Bahasa Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung Iqbal Hilal, Sabtu (17/11).

Data Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung menunjukkan, sejak program studi itu dibuka pada tahun ajaran 1998/1999, Program Diploma Bahasa Daerah Bahasa Lampung telah meluluskan 800-an tenaga pendidik Bahasa Lampung. Namun, belum semua lulusan itu dapat bekerja sebagai pegawai negeri sipil guru untuk mengajarkan Bahasa Lampung.

Menurut Iqbal, Program Diploma Bahasa Daerah Bahasa Lampung yang dibuka tahun 1998 itu diharapkan bisa menjadi terobosan untuk memenuhi kebutuhan guru bahasa daerah Bahasa Lampung yang masih kurang. Ditargetkan, lulusan program diploma itu bisa mengajar muatan lokal bahasa daerah Bahasa Lampung di sekolah tingkat SD dan SMP di Lampung.

Namun, sejak dibuka hingga berhasil meluluskan 800 tenaga pendidik, hanya 35-40 persen lulusan tenaga pendidik Bahasa Lampung yang terserap di dunia pendidikan. Dengan kenyataan itu, sejak tahun ajaran 2007 program studi bahasa daerah itu dihentikan.

Kondisi demikian, kata Iqbal, jelas memprihatinkan, terutama di tengah upaya Pemerintah Provinsi Lampung melestarikan bahasa Lampung. (hln)

Sumber: Kompas, Senin, 19 November 2007

1 comment:

  1. wah pendidikan koq dijadikan ajang bisnis. Kalau nggak berhasil, ya ditutup. (mungkin begitu yang dipikirkan Unila).

    Seharusnya walaupun tidak sampai 50 persen terserap sbg tenaga pendidik. jangan asal tutup, tetapi perlu dicari inovasi baru untuk menggalakkan bahasa lampung.

    Paling tidak ada upaya agar bahasa lampung tidak sampai masuk museum.

    ReplyDelete