BANDAR LAMPUNG (Lampost): Program rintisan lembaga pembinaan, pengembangan bahasa dan aksara Lampung hanya dibiayai dengan anggaran Rp81 juta. Padahal anggaran tersebut meliputi kegiatan studi banding, koordinasi dengan pihak terkait, bedah kurikulum, dan penyusunan kamus saku.
Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat antara Komisi V DPRD Lampung dan Biro Sosial.
Perwakilan Biro Sosial, Ratna, yang hadir dalam rapat itu menjelaskan sebelumnya pihaknya mengajukan anggaran Rp150 juta untuk program rintisan lembaga tersebut. Namun, anggaran untuk program itu hanya disetujui Rp81 juta.
Menurut Ratna, dengan anggaran yang tersedia itu, pihaknya sudah merencanakan studi banding ke Bandung, mengundang MPAL, Dinas Pendidikan, DKL, Lampung Sai, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk berkoordinasi. Selain itu, dengan anggaran yang ada juga akan dibuat kamus saku untuk disebarkan ke 14 kabupaten/kota se-Lampung.
Menurut Ratna, Bandung dipilih sebagai tempat studi banding karena sudah memiliki lembaga serupa. Selain itu, lembaga yang dimiliki Bandung dinilai mampu mendorong digunakannya bahasa Sunda di hampir semua wilayah Bandung.
Ratna melanjutkan upaya mengundang pihak terkait hanya sebatas koordinasi, terutama dengan Dinas Pendidikan. Sebab, pihaknya berencana mengadakan bedah kurikulum pembelajaran bahasa Lampung dari SD hingga SMA yang hanya fokus pada aksara. Diharapkan ke depan ada keseimbangan antara fokus pembelajaran aksara dan bahasa.
"Dengan anggaran yang ada itu kami berupaya maksimal. Awalnya rintisan lembaga itu nanti menempel di Biro Sosial. Tetapi ke depan diharapkan mampu berdiri sendiri," kata Ratna.
Ketua Komisi V Yandri Nazir mengatakan akan berupaya mendukung pengajuan tambahan anggaran untuk rintisan lembaga pengembangan bahasa itu pada APBD Perubahan 2011. Jika belum bisa akan diupayakan pada APBD 2012.
Anggota Komisi V DPRD Lampung Okta Rijaya mengusulkan kegiatan pemasangan pesan moral dari berbagai bahasa di sepanjang jalan provinsi jika anggaran telah memadai. Sebab, pelestarian bahasa Lampung dengan cara itu dinilai efektif.
"Melihat dan membaca itu sangat efektif. Untuk pelestarian bahasa Lampung saya kira pemasangan pesan dengan berbagai bahasa dapat dilakukan," kata Okta. (WAH/K-1)
Sumber: Lampung Post, Kamis, 12 Mei 2011
No comments:
Post a Comment