PERJALANAN darat dari Sumatera ke Jawa mesti terputus oleh Selat Sunda. Feri menjadi sarana penyeberangan. Waktu pelayaran yang sekira tiga jam layak dinikmati sebagai selter berjalan.
Kilauan air laut laksana berlian saat kapal-kapal feri yang berlabuh di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, bertolak menuju Merak, Banten, Kamis (4-10). Dorongan angin membuat perjalanan Kapal Motor Penumpang (KMP) Dharma Kencana IX membelah gelombang di perairan Selat Sunda itu semakin elok.
Sejumlah gugusan kepulauan yang dikepung samudera lautan seolah menyambut hangat para penumpang yang ada di atas kapal milik PT Dharma Lautan Persada asal Surabaya itu. Kapal elegan bak hotel berbintang dan didukung kru kapal yang ramah, serta selalu memberikan informasi terkait alat keselamatan yang ada di kapal tersebut.
Dua kapal lainnya, KMP Dharma Ferry IX dan Mustika Kencana, juga tak kalah bagusnya. Beberapa kapal lainnya juga menyuguhkan keunggulan lainnya dalam melayani penumpang. Ada yang menyediakan anjungan, kolam terapi ikan, bar, bahkan dangdutan.
KMP Mustika Kencana, misalnya, menjadi langganan tumpangan para duta besar (dubes) ke Gunung Anak Krakatau (GAK) pada kegiatan Festival Krakatau. Pilihan itu karena fasilitas dan kenyamanannya sangat baik untuk ukuran armada penyeberangan. Bahkan, beberapa orang menyebutnya sebagai kapal pesiar mini.
Menikmati perjalanan Bakauheni?Merak hampir selama 3 jam seolah masih kurang ketika para pengguna jasa dimanjakan dengan fasilitas yang wah di dalam kapal tersebut.
Pelayanan yang disuguhkan awak kapal Dharma Kencana IX itu memang lebih tinggi dari standar umumnya. Mulai dari informasi tentang alat keselamatan yang diumumkan secara terus-menerus hingga tersedianya fasilitas miniteater yang memutar film-flim yang berbeda.
Dengan tarif Rp4.000/orang membuat perjalanan sejauh sekira 28 km itu seperti berada di hotel berbintang.
Selama 5 tahun bolak-balik Palembang?Jakarta. Baru satu ini, kapal yang sangat informatif dan tidak ada biaya tambahan saat kita masuk ruang dengan fasilitas AC, kata Jarot (42), salah satu penumpang yang ada di haluan KMP Dharma Kencana IX, Kamis (4-10).
Ia mengaku setiap bulan pergi-pulang (PP) ke Jakarta?Palembang untuk belanja berbagai macam pakaian, yang dijual kembali.
Toilet, musala, kafetaria, miniteater, tentu saja yang paling penting tempat sekoci dan jaket pelampung tertata rapi. Ruangan penumpang dengan kursi yang empuk dan ruangan lesehan di bagian atas ruangan ber-AC. Juga disiapkan bagi perokok, yang bisa duduk di kursi sebelah luar yang langsung berhadapan dengan laut.
Juga kita lihat tempat-tempat sampah ada di setiap pojok-pojok ruangan. Coba setiap kapal feri seperti ini pelayanannya, mungkin tidak terjadi insiden-insiden seperti kapal terbakar dan kapal tenggelam, yang menelan korban jiwa dan materi, kata Jarot.
Sejurus kemudian, alat pengeras suara di bagian informasi kembali mengingatkan untuk tidak membuang sampah dan puntung rokok sembarangan. Pelayanan kru kapal yang sangat memuaskan ini mungkin sulit ditemui di feri-feri lainnya.
Fasilitas di kapal ini menyenangkan. Seolah-olah kita sedang menikmati wisata bahari dengan kapal pesiar, kata dia.
Relatif murah
Kapal yang beroperasi sejak empat tahun lalu itu layak mendapat reward. Selain pelayanan yang prima, pihak perusahaan juga tidak membebani biaya tambahan saat penumpang masuk ke ruangan ber-AC.
Kapal ini harus menjadi contoh feri-feri lainnya. Apalagi Pelabuhan Bakauheni?Merak merupakan penyeberangan terpadat di Asia, pelayanan harus ditingkatkan sehingga tidak ada lagi iensiden-insiden yang mengancam keselamatan penumpang, kata Jarot meminta dukungan sejumlah penumpang lain.
Serasa belum puas menikmati indahnya perjalanan, feri merapat di dermaga Pelabuhan Merak, Banten. Padahal sebelum naik KMP Dharma Kencana IX, pelayaran yang membutuhkan waktu hampir tiga 3 jam kerap membuat jenuh para pengguna jasa.
Pelayaran dengan KMP Mustika Kencana sama saja dengan perjalanan feri-feri yang lain. Namun, kayaknya kok lebih cepat. Apa karena pelayanan dan fasilitas memadai yang dimiliki kapal Mustika membuat perjalanan tidak terasa lama, ujar Jarot sembari melambaikan tangan dan turun menuju dek bawah. (AAN KRIDOLAKSONO/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 14 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment