Ari Susiwa Manangisi adalah satu dari sekian perupa yang ada di Provinsi Lampung, dengan karya lukisannya telah dipamerkan sampai ke Wuhan, Cina.
Ari Susiwa Manangisi, perupa Lampung yang karyanya dipamerkan sampai ke Wuhan, China. (FOTO: ANTARA LAMPUNG/GATOT ARIFIANTO.)
"Melukis adalah separuh jiwa saya, walaupun ditahan, tidak lagi bisa dihalangi," ujar lelaki kelahiran Lubuklinggau, Sumatera Selatan tahun 1952 itu, saat ditemui di Bandarlampung, Senin.
Dia mengaku mulai melukis sejak tahun 1999 dengan belajar secara sendirian (otodidak).
Media lukis yang pertama kali digunakannya, berupa cat air, dan selanjutnya berganti cat minyak.
"Seni rupa bermain dengan rasa, kalau itu dapat diolah dengan baik akan ada hal positif yang didapatkan, mengingat seni rupa atau lukisan merupakan gerbang pembuka rasa," ujar dia pula.
Karena itu, dia berpendapat, seni rupa menjadi perlu dipelajari bagi para siswa di sekolah sebagai bagian pembelajaran ilmu pengetahuan dan pembentukan karakter pribadi mereka.
"Orang yang belajar melukis tidak harus jadi pelukis. Asalkan sudah bisa mengambil nilai dan hakikatnya sudah baik, seperti untuk melatih kesabaran, punya kemauan atau niat dan sampai akhirnya harus konsisten," kata dia lagi.
Selain karya lukisannya telah dibawa dan ikut dipamerkan di Cina, salah satu lukisan lain karyanya juga telah dikoleksi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.
Perihal lukisannya bisa sampai dipamerkan ke Wuhan, Cina, Ari mengatakan bahwa lukisan karyanya itu terpilih setelah dipamerkan di beberapa tempat, seperti dalam Goong Fine Art Gallery, Bandung, Jawa Barat, lalu di Museum H Widayat, Magelang, Jawa Tengah, kemudian di galeri Semar, Malang, Jawa Timur.
Sumber: Antara, Senin, 15 Oktober 2012
Ari Susiwa Manangisi, perupa Lampung yang karyanya dipamerkan sampai ke Wuhan, China. (FOTO: ANTARA LAMPUNG/GATOT ARIFIANTO.)
"Melukis adalah separuh jiwa saya, walaupun ditahan, tidak lagi bisa dihalangi," ujar lelaki kelahiran Lubuklinggau, Sumatera Selatan tahun 1952 itu, saat ditemui di Bandarlampung, Senin.
Dia mengaku mulai melukis sejak tahun 1999 dengan belajar secara sendirian (otodidak).
Media lukis yang pertama kali digunakannya, berupa cat air, dan selanjutnya berganti cat minyak.
"Seni rupa bermain dengan rasa, kalau itu dapat diolah dengan baik akan ada hal positif yang didapatkan, mengingat seni rupa atau lukisan merupakan gerbang pembuka rasa," ujar dia pula.
Karena itu, dia berpendapat, seni rupa menjadi perlu dipelajari bagi para siswa di sekolah sebagai bagian pembelajaran ilmu pengetahuan dan pembentukan karakter pribadi mereka.
"Orang yang belajar melukis tidak harus jadi pelukis. Asalkan sudah bisa mengambil nilai dan hakikatnya sudah baik, seperti untuk melatih kesabaran, punya kemauan atau niat dan sampai akhirnya harus konsisten," kata dia lagi.
Selain karya lukisannya telah dibawa dan ikut dipamerkan di Cina, salah satu lukisan lain karyanya juga telah dikoleksi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.
Perihal lukisannya bisa sampai dipamerkan ke Wuhan, Cina, Ari mengatakan bahwa lukisan karyanya itu terpilih setelah dipamerkan di beberapa tempat, seperti dalam Goong Fine Art Gallery, Bandung, Jawa Barat, lalu di Museum H Widayat, Magelang, Jawa Tengah, kemudian di galeri Semar, Malang, Jawa Timur.
Sumber: Antara, Senin, 15 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment