TRUK Mitsubishi Fuso itu parkir di sisi Jalinsum, tak jauh dari Pelabuhan Bakauheni, Jumat (11-10) sore. Sang sopir, Imron (35), dan kernetnya terlihat mengobrol santai sambil menikmati secangkir kopi dan kudapan lain di rumah sederhana pinggir jalan.
Meskipun pelabuhan penyeberangan itu tidak ada penumpukan, dua kru kendaraan angkutan barang itu tidak segera merapat. Ia sengaja menunggu malam. Padahal, ia dari Palembang hanya membawa hasil bumi, bukan barang ilegal. ?Nunggu malem, Bang. Kenek gua itu mau nyawer,? kata Imron sambil tersenyum melirik ?navigatornya? yang berbaring di lantai.
Bagi pekerja jalanan yang menjalankan kendaraan jarak jauh, penyeberangan Bakauheni?Merak ini ternyata menjadi ruas jeda. Setelah mengukur jalan berhari-hari, mereka butuh penyegaran suasana.
Pilihan berlayar malam bagi Imron dan juga banyak sopir lainnya bukan tanpa alasan. Catatan Lampung Post, dari sekitar 40 unit kapal yang seperti setrikaan di jalur ini, ada tujuh kapal yang memberi hiburan live music. Kapal-kapal dengan hiburan musik dangdut seronok kerap menjadi tungguan para awak truk. Mereka rela menunda naik kapal hanya untuk memastikan bisa bersama kapal tertentu.
?Nunggu Mustika Kencana (nama salah satu kapal yang menyediakan organ tunggal dangdut),? ujar Imron.
Selain live music, beberapa kapal juga sangat perhatian dengan kenyamanan penumpang. Dilihat dari berbagai fasilitas yang ada, kapal itu tampaknya dibuat bukan untuk rute pendek seperti Bakauheni?Merak. ?Ada beberapa kapal yang tergolong cukup mewah. Ada banyak fasilitas layaknya kapal pesiar, meskipun tidak seperti kapal pesiar besar dan mewah,? kata seorang karyawan PT ASDP.
Untuk kapal-kapal yang menjadi tungguan para sopir dengan live music-nya, antara lain adalah KMP Mustika Kencana. Lalu, ada Nusa Dharma, Nusa Setia, BSP III, dan Bontang Ekspres. Kapal-kapal ini menyajikan hiburan musik dangdut yang membuat jantung kaum adam berdetak kencang. Organ tunggal dengan sederet perempuan yang lumayan cantik dan sedikit binal dengan goyangannya itu, membuat para sopir yang hendak menyeberangi Selat Sunda menunggu sampai malam tiba.
Organ tunggalnya mah main mulai jam 11.00 siang. Cuma kalau kami mau nyawer di siang bolong kan malu Mas, diliat orang. Jadi kami nunggu malam naik kapal yang ada hiburannya, kata Imron.
Ia mengaku setiap pekan bolak balik Palembang?Lampung. Setiap itu pula langkahnya tertahan beberapa jam saat mendekati pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan Pulau sumatera dengan Jawa tersebut. Sembari menunggu malam, Imron bersama sejumlah teman seprofesi ngumpul di pos jasa penyeberangan.
Ada tujuh kapal yang menyediakan hiburan. Namun, kami lebih senang naik kapal Mustika Kencana, Nusa Dharma, Bontang Ekspres, BSP III atau Nusa Setia. Sebab, di lima kapal itu hiburannya organ tunggal dengan ditemani sejumlah biduan,? ujarnya.
Dua kapal lainnya, KMP Jatra I dan Jatra II, juga menyajikan musik hidup. Tetapi, dua kapal milik PT ASDP Indonesian Ferry itu lebih sering menampilkan musik pop sampai rock. ?Kalau kapal Jatra kurang sreg karena hiburannya band. Kadang lagu pop kadang rock, walaupun kadang dangdut juga. Jadi kurang pas di hati para sopir. Itu hiburan bagi penumpang kalangan atas, kata dia.
Perilaku hobi nyawer ditemani biduan tersebut tidak saja digandrungi oleh Imron. Puluhan sopir truk dan bus lintas Pulau Sumatera?Jawa tidak menyia-siakan waktu saat naik kapal. Mereka mengaku hiburan organ tunggal saat malam hari di atas kapal merupakan hiburan yang dapat menyegarkan pikiran setelah berhari-hari duduk di atas jok mobil.
Tiga hari tiga malam perjalanan dari Medan ke pelabuhan ini, Bang. Pikirannya sudah jenuh. Mana lagi tujuan kami ke Surabaya. Masih panjang perjalanannya. Jadi apalagi yang ngobati kami kalau tidak melihat goyangan para biduan. Karena itu, kami memilih kapal yang ada hiburan organ tunggalnya, ujar Ucok yang duduk di sebelah Imron itu mengaku bisa menghabiskan uang sekitar Rp200 ribu sekali naik kapal.
Sedikit minumlah biar kami berani joget dengan biduan, kata dia. (AAN KRIDOLAKSONO/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 14 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment