November 1, 2012

[Inspirasi] Terbang ke Jakarta Berkat Tulisan

UMUMNYA warga Desa Indraloka, Tulangbawang Barat, keluar dari desanya dengan naik pesawat untuk bekerja menjadi TKI ke luar negeri.

Namun, kali ini, Sriyani (11), siswi kelas VI di SDN 04 Indraloka II, Tulangbawang Barat, naik pesawat bukan untuk menjadi TKI, melainkan bertemu Presiden RI dan puluhan anak lainnya.

Ya, Sriyani yang biasa dipanggil Ani akan terbang ke Jakarta menjadi salah satu dari 36 delegasi anak-anak yang akan berpartisipasi dalam Konferensi Anak Indonesia yang diselenggarakan majalah Bobo tahun ini.

Ardi Wilda, pengajar muda III Tulangbawang Barat, yang ikut membimbing Ani, kepada Lampung Post mengatakan Ani lolos setelah ikut seleksi penulisan anak yang digelar salah satu majalah.

Konferensi tersebut akan berlangsung 4?9 November 2012. Puncak acara konferensi tersebut digelar pada 7 November yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Konferensi Anak Indonesia ini memberikan kesempatan kepada anak-anak, pendidik, dan pejabat pemerintahan memperluas pengetahuan mereka dengan mendengarkan pendapat orang lain mengenai isu-isu yang diperbincangkan. Konferensi ini juga sebagai ajang bertemunya anak-anak dari berbagai provinsi di Indonesia.

Lolosnya Ani mengikuti ke Konfrensi Anak Indonesia ini membuat keluarga kaget, haru, dan bangga.

"Di desa ini, mungkin kami tidak diperhitungkan oleh tetangga, karena kami keluarga besar dan miskin. Tapi, prestasi Ani ini mungkin bisa mengubah pandangan tetangga kepada kami," kata Sujilah, ibu Ani yang memiliki sembilan anak ini.

Sekarang orang tua lain mengatakan kepada anak-anak mereka untuk mencontoh Ani. "Ani jadi panutan bagi anak-anak lain, saya bangga," ujar ibunda Ani.

"Enam anak saya yang pertama gagal sekolahnya, tapi saya punya harapan besar bagi Ani dan adik-adiknya. Tuhan tidak pernah tidur. Dia melihat apa yang anak saya telah perjuangkan," ujar Sujilah.

Butuh Perjuangan

Ani yang dikenal sebagai bocah pendiam ini pun bersuara. "Saya ingin membuktikan kepada keluarga saya, teman-teman, dan semua orang di desa ini bahwa kita bisa pergi ke Jakarta karena prestasi," kata Ani.

Menurut Ardi, proses seleksi konferensi anak ini bukanlah hal yang mudah. Ani berjuang mennyampaikan ide dan menuliskan perjalanan sehari-harinya ke sekolah dalam sebuah esai sepanjang dua halaman.

Esai yang ditulis Ani dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut merupakan tantangan tersendiri karena kebiasaan keseharian Ani menggunakan bahasa Jawa, tapi tekad Ani untuk belajar menulis sangat tinggi. Di luar sekolah, ia rela berjalan 3 kilometer demi belajar menulis kepada sang guru.

Akhirnya, perjuangannya terbayar. Ani berhasil menuliskan perjalanannya ke sekolah dan secara halus membuka mata pembacanya mengenai kehidupan di desanya.


Menikmati Matahari dengan Berjalan Kaki

Dalam esai yang dibuat Ani tersebut menggambarkan kesehariannya.

"Namaku Sriyani. Aku adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Rumahku dikelilingi hutan karet yang telah menjadi pendapatan utama bagi masyarakat di desaku. Tapi ayahku bekerja di kebun sayuran.

Kebun tersebut terletak dekat sungai sehingga bisa mendapatkan banyak air setiap hari. Rumah saya terletak dekat pintu masuk hutan dan terjauh dari sekolah sehingga harus berangkat dari rumah pukul 06.00 agar bisa mencapai sekolah sebelum bel berbunyi pukul 07.30.

Aku pergi ke sekolah dengan adikku, Dina. Dia sekarang di kelas IV. Tapi Dina sakit. Banyak teman-teman Ani pergi ke sekolah dengan sepeda motor. Tapi Ani mengerti bahwa dia terlalu kecil untuk mengendarai sepeda motor sendiri. Ini benar-benar berbahaya. Aku memilih untuk berjalan. Dengan berjalan, aku bisa merasakan hangatnya sinar matahari dan merasa lebih sehat.

Jalan dari rumah ke sekolah rusak dan berbatu-batu. Ketika hujan, jalannya benar-benar licin dan berlumpur, dan bila kering, jalannya sangat berdebu.

Sepanjang jalan ke sekolah aku melewati hutan, perkebunan, dan sungai. Ku dengar kicau burung dan kupu-kupu berwarna-warni. Terkadang ku berpikir bahwa kupu-kupu yang berwarna-warni tersebut mirip dengan masyarakat Indonesia yang juga berwarna-warni, mewakili begitu banyak agama dan suku.

Aku berharap suatu hari memiliki sepeda dengan dua kursi sehingga dapat pergi ke sekolah naik sepeda bersama-sama dengan adiknya, Dina. Itu sepenggal esai yang ditulis Sriyani. (SRI AGUSTINA/S-2)

Sumber: Lampung Post, Kamis, 1 November 2012 

1 comment: