November 25, 2012

[Fokus] Membina Kesenian Harus Kontinu

SASTRA lisan dan alat musik tradisional Lampung bisakah terkenal dan mendunia? Bila membandingkan dengan alat musik angklung yang sudah dikenal luas di dunia internasional, alat musik tradisional Lampung memang belum berkibar.

Pada awal 2012, memang sempat ada perhelatan memecahkan rekor Muri untuk kategori memainkan gamolan. Gamolan atau cetik, alat musik yang terbuat dari bambu ini coba diperkenalkan ke nasional dan mancanegara.


Seniman Lampung, Syafril Yamin, menilai acara untuk memperkenalkan gamolan jangan berhenti dan hanya satu kegiatan saja. Perlu ada kegiatan lanjutan, terus-menerus, dan memberdayakan para seniman.

Begitu pun dengan seni tradisi, sastra lisan yang sudah menjadi ciri khas budaya Lampung. Hampir semua daerah di Lampung memiliki sastra tutur dengan berbagai istilah dan penamaan. Namun, sastra tutur ini mulai redup dan tidak banyak dikenal oleh masyarakat Lampung dan di luar Lampung.

Syafril yang pernah menjadi Ketua Komite Tradisi DKL ini mengatakan kegiatan pemerintah untuk melestarikan dan mengembangkan sastra lisan jangan hanya sekadar seremoni. Selesai ketika kegiatan sudah berakhir, tapi tidak ada tindaklanjutnya.

Misalnya pemerintah hanya memakai para pelaku sastra lisan ketika ada kegiatan, seperti Festival Krakatau dan kegiatan seremoni yang lain. Yang perlu dipikirkan adalah apa setelah kegiatan selesai.

?Harus dibuat kegiatan yang berkesinambungan agar para seniman memiliki panggung untuk terus tampil dan berkreasi,? kata dia.

Selama ini ketiga ada kegiatan pemerintah, seniman sastra lisan dari kabupaten dan kota dipanggil untuk tampil. Namun, setelah kegiatan selesai, seniman pulang dan kembali dengan aktivitas yang lama. Misalnya bertani dan menjadi buruh.

?Berbeda dengan seniman tradisi yang ada di daerah lain. Pemerintah mendukung sehingga selalu ada kegiatan rutin yang dilakukan tiap minggu dan tiap bulan. Para pelaku seni pun memiliki aktivitas untuk terus berlatih dan punya panggung untuk menampilkan kreasinya,? kata dia.

Dia menyarankan agar sastra bertutur pun diajarkan di sekolah-sekolah. Bandar Lampung sudah memiliki peraturan daerah yang mengharuskan setiap sekolah untuk mengajarkan satu kesenian tradisional. Selama ini seni tradisi yang menjadi pilihan adalah gamolan. Sastra lisan pun bisa masuk ke sekolah dan menjadi salah satu pilihan muatan lokal di sekolah.

Seniman Gusti Nyoman Arsana mengatakan seni tradisi Lampung tidak kalah dengan seni tradisi dari daerah lain. Lampung masih mampu bersaing dan punya nama dalam berbagai kegiatan kesenian di nasional.

Seni tradisi Lampung, kata dia, perlu diberikan kepada generasi muda sejak dini. Tidak hanya kesenian modern saja. Seni tradisi akan menjadi tambahan wawasan untuk mengembangkan ke arah yang lebih kreatif. ?Jika tahu dengan banyak seni tradisi Lampung, akan mudah dalam membuat kreasi baru dari wawasan seni dan budaya yang dimiliki,? kata dia. (PADLI RAMDAN/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 November 2012

No comments:

Post a Comment