November 18, 2012

[Perjalanan] Gedungmeneng, Uniknya Kampung Tua

KAMPUNG Gedungmeneng, Tulangbawang. Kampung tua di pinggir Way Tulangbawang ini dipercaya sebagai serpihan Kerajaan Tulangbawang.

Tidak ada lintasan darat lain untuk sampai ke kampung etnik ini, kecuali melewati jalan kebun tebu sejauh 52 kilometer dari Menggala. Untuk menuju kampung ini cukup menantang. Jalan tanah keras itu dikurung debu saat panas dan becek licin saat hujan.



Meskipun indah, perjalanan jadi terasa lelah karena sepanjang jalan hanya ada tanaman tebu. Jalannya juga lurus, lebar, dan monoton.

Kampung Gedungmeneng ini menyimpan benda-benda peninggalan tempo dulu yang konon cukup menjadi misteri. Di kampung di atas pulau pasir di pinggir Way Tulangbawang itu, rumah-rumah penduduk masih asli, rumat etnik Lampung.

Sebelum mulai perjalanan, sebaiknya siap segala sesuatu. Termasuk peralatan memancing, karena di sana akan ditantang indahnya Way Tulangbawang yang merendam berbagai jenis ikan.

Lampung Post yang menjajal trek ini dengan sepeda motor trail, Jumat (16-11), merasa tertantang. Masuk portal PT Sweet Indolampung di Jalintim Menggala, perjalanan dimulai.

Selama perjalanan, pemandangan kebun tebu memang memesona. Namun, jangan kaget pakaian Anda berubah warna menjadi cokelat atau penuh lumpur seperti baru kecemplung sawah. Maka, kacamata dan masker menjadi perlengkapan wajib pagi rider. Anda boleh tekan gas hingga mentok di etape ini, tetapi hati-hati karena kerap berpapasan dengan truk pengangkut tebu yang menumpuk barangnya melebar.

Selama di perjalanan di perkebunan tebu mata kita akan dimanjakan melihat hijaunya tanaman tebu lepas mata memandang. Seakan kita sedang berada di lautan lepas yang menghijau. Sesekali melihat bukit-bukit di samping kanan kiri jalan.

Selain hamparan tebu, pemandangan lain adalah aktivitas buruh tebang tebu, membajak lahan, menanam tebu, dan lainnya.

Sesampainya di Km 19, Anda akan menemukan pabrik gula PT Indolampung. Memasuki Km 42 kembali mata kita disuguhi adanya pabrik gula PT Indolampung Perkasa.

Di kilometer 52, Anda akan disambut sebuah plang yang menunjukkan memasuki wilayah Kecamatan Gedungmeneng. Sejauh 500 meter masuk jalan itu, Anda bisa istirahat sejenak di Pasar Jaya. Beraneka ragam makanan kampung, ikan bakar, pindang, ikan goreng, dan makanan lainnya tersedia di warung-warung sederhana.

Jika badan lelah, Anda bisa beristirahat di salah satu rumah yang menyediakan minuman bir dan minuman ringan lainnya. Jangan kaget jika yang melayaninya wanita-wanita muda, seksi, berpakaian rok mini, dan bersolek menor.

Namun, jangan terlena sebab perjalanan menuju Gedungmeneng Induk masih 20 kilometer lagi. Di sisi kanan-kiri jalan banyak rumah penduduk.

Sekitar 30 menit barulah kita memasuki lahan berpasir di Kampung Gedungmeneng Induk. Sebelum sampai pusat desa, bisa melihat-lihat banyaknya hamparan pasir putih di pingiran sungai Tulangbawang. Perkampungan ini seperti di atas pulau pasir.

Suasana kampung itu tenang dan aman. Penduduknya mayoritas muslim dan ramah-ramah. Mereka berkerja sebagai petani kelapa sawit dan singkong, serta menangkap ikan. Di sini, Anda juga bisa menikmati indahnya Sungai Way Tulangbawang sambil memancing dan membakar ikan.

Jika tertarik ingin mengetahui sejarah kampung ini, temuilah Umri (53), warga setempat. Ia adalah sesepuh kampung yang juga mendapat wasiat untuk menjaga museum kampung. Ya, museum, meskipun jangan dibayangkan seperti museum modern.

Menurut Umri kampung tua ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Bukti-bukti keberadaannya adalah banyak barang peninggalan nenek moyang. Selain peralatan perang berupa parang, keris, dan tombak, juga ada barang-barang perabotan rumah tangga. Konon umurnya sudah ribuan tahun. ?Sampai sekarang masih terjaga dan tersimpan di museum ini,? kata Umri.

Umri pun memperlihatkan salah satu barang keramatnya menyerupai guci aladin yang bisa mengeluarkan air sebagai obat. Sambil mengusap-usap gucinya air pun keluar. Menurutnya, air yang tersimpan di guci kecil ini bisa mengobati penyakit. "Jika Allah swt. mengizinkan bisa sembuh dari sakit panas," kata dia.

Meskipun sudah ada gedung museum yang dibangun pada masa Bupati Santori Hasan, Umri sangat sedih karena kondisinya sudah rusak. ?Bangunan ini sudah 15 tahun. Ukuran 6 x 8 meter dan sudah saatnya direnovasi,? ujarnya.

Ali Hasan, kepala Kampung Gedungmeneng, mengatakan ini merupakan kampung tertua. Sayangnya, kata dia, kampung dengan penduduk 6.500-an jiwa ini tergolong kampung miskin, belum punya jalan berbatu, dan kekurangan gedung SD.

Satu gedung SD yang ada terdiri dari tiga lokal berdinding papan beratap asbes. "Banyak anak usia sekolah yang akhirnya putus sekolah," kata dia mengiba.

Bagaimana Pemkab? (GUNTUR TARUNA/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 November 2012          

No comments:

Post a Comment