November 25, 2012

[Lentera] Mandiri lewat Penerbitan Indie

PENERBITAN buku bisa menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. Namun, bisnis ini tidak melulu soal untung rugi, ada tanggung jawab dalam memajukan dunia kepenulisan.

Beberapa anak muda mencoba mengambil peluang dalam bisnis penerbitan buku. Dengan mengusung bendera Indepth Publishing, mereka membantu para penulis-penulis di Lampung untuk bisa berkarya dengan menghasilkan buku.


Penerbit yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan, Bandar Lampung, ini dilahirkan oleh ide kreatif empat anak muda, Oky Hajiansyah Wahab, Ridwan Hardiasyah, Tri Purna Jaya, dan Muhammad Reza.

Terbentuknya Indepth Publishing berawal dari ide mendirikan usaha sendiri berbasis pada kemampuan dan kapasitas yang dimiliki. Lebih dari itu, sekaligus sebagai media ekspresi para jurnalis muda yang memiliki pengalaman di dunia jurnalistik. Oki dan kawan-kawan memiliki kemampuan dalam menulis, fotografi, dan desain grafis.

"Dari hasil diskusi panjang dan mencari ide lewat internet, tercetuslah gagasan untuk memulai bisnis penerbitan buku. Kemampuan yang kami miliki mendukung bisnis penerbitkan," ujar Managing Director Indepth Publishing, Oki.

Menurutnya, pilihan penerbitan buku juga didasarkan peluang yang ada di Lampung. Banyak penulis, akademisi, di Bumi Ruwa Jurai yang kesulitan dalam pengurusan berbagai publikasi. "Akhirnya kami bulatkan tekad, dan pada Maret lalu kami mulai belajar otodidiak bisnis penerbitan dengan berdiskusi dengan para penerbit yang telah berpengalaman, survei percetakan lalu membentuk sebuah tim," kata mahasiswa program doktor FH Unila ini.

Merintis usaha penerbitan tidak mudah, apa lagi penerbit yang belum memiliki nama. Namun, perlahan tapi pasti, beberapa penulis mempercayakan bukunya diterbitkan oleh Indepth Publishing. Awalnya, buku yang diterbitkan adalah karya jurnalis dan beberapa akademisi di Lampung.

Usaha dan kerja keras untuk mempromosikan penerbitan pun terbayar. Pada tiga bulan, Indepth sukses meluncurkan tujuh buku karya penulis lokal. Bahkan beberapa buku ada yang dicetak hingga 1.000 eksemplar.

Jumlah ini termasuk besar untuk ukuran penulis lokal. Dan hebatnya, beberapa karya penulis lokal itu terjual habis hanya dalam waktu tidak lebih dari 3 bulan.

Buku garapan pertama Indept Publishing adalah milik mahasiswa calon doktor, Sugeng Dwiono, berjudul Progresivitas Mahkamah Konstitusi dalam Menegakkan Keadilan Substansi. Tim mengerjakan buku ini mulai dari pracetak sampai cetak.

Orderan kemudian berdatangan. Mulai dari Menulis dengan Telinga karya Adian Saputra, Terasing di Negeri Sendiri, yang kemudian diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris, Alienated in Their Own Homeland karya Oki Hajiansyah Wahab, serta Hak Anda Mendapatkan Informasi karya Juniardi.

Belakangan, datang order dari Udo Z. Karzi, penyair yang juga jurnalis Lampung Post dengan judul buku Mamak Kenut, Orang Lampung Punya Celoteh. Buku fiksi juga diterbitkan, berupa kumpulan cerpen karya arsitek Fritz Akhmad Nuzir. Seorang motivator muda, Suhendra pun menerbitkan buku tentang pengembangan. Indepth pun melebarkan sayapnya dengan menerbitkan buku guru besar Universitas Diponegoro (Undip).

"(Datangnya orderan) saya kira itu dampak dari totalitas dan kecintaan kami akan pekerjaan, sehingga melahirkan kepercayaan. Selain itu, dukungan dari teman-teman AJI yang lain juga sangat besar, meskipun mereka tidak terlibat langsung dalam tim ini. Misalnya ikut mempromosikan buku-buku yang akan terbit lewat media-media sosial dan blackbery massenger pada relasinya masing-masing," ujar Direktur Indepth Publishing, Tri.

Indepth Publishing berbeda dengan penerbit lain. Menurut Reza, penerbit memberikan layanan one stop service. Mulai dari proses pracetak, cetak, promo, pra dan pascaterbit, serta launching hingga pemasaran buku. "Saya kira layanan itulah yang membuat mereka (para penulis) tertarik menerbitkan karyanya di sini," katanya.

Ada dua model penerbitan yang ditawarkan Indepth, yaitu self publishing dan royalti. Self publishing adalah penulis yang membiayai seluruh kebutuhan dan keuntungannya mereka jugalah yang menentukannya. Sementara royalti, Indepth yang membiayai seluruh biaya penerbitan, sedangkan penulis hanya mendapatkan persentase dari penjualan buku.

"Untuk model kedua ini baru satu buku yang kami terima, penerimaan itu tentunya berdasarkan penilaian bahwa penulis tersebut telah memiliki nama, punya segmen pembaca, dan unsur komersil lainnya," kata Ridwan.

Menerbitkan hasil karya lewat penerbit indie merupakan sebuah jalan lain untuk mendengungkan karya agar dapat dinikmati khalayak umum, selain sulitnya menembus jalan penerbit kenamaan. "Semoga makin banyak penulis Lampung yang menghasilkan buku, sehingga literasi Lampung kian kaya," kata Oki.

Indepth Publishing percaya setiap karya tulis yang dibuat memiliki kreativitas yang unik. Namun, sistem penerbitan mainstream yang mementingkan oplah kerap menjadi penghambat karya-karya tulis kreatif untuk bisa diterbitkan menjadi buku.

Meskipun berlabel selfpublishing, Indepth Publishing meyakini mampu menerbitkan buku-buku dengan kualitas baik. (PADLI RAMDAN/M-1)
Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 November 2012

No comments:

Post a Comment