November 29, 2012

Teater: KoBer Kembali Pentaskan 'Dayang Rindu'

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Komunitas Berkat Yakin (KoBer) kembali mementaskan “The Song of Dajang Rindoe” di Taman Budaya Propinsi Lampung, Sabtu & Minggu, 1-2 Desember 2012, pukul 14.00 WIB.

Sutradara Dayang Rindu, Ari Pahala Hutabarat mengatakan, melalui program Fasilitasi Kegiatan Kesenian dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menggandeng Komunitas Berkat Yakin (KoBer) untuk menggelar pementasan teater di Provinsi Lampung.


“Kemendikbud tertarik dengan upaya kami menggali dan mengangkat kembali khasanah cerita rakyat seperti Dayang Rindu yang hampir dilupakan Selain pelestarian budaya, peristiwa seni diharapkan menjadi alternatif solusi untuk meredam konflik horisontal yang merebak di mana-mana seperti beberapa waktu lalu," ujarnya.

Menurut Ari, melalui kesenian, dengan konsep silaturahmi, manusia diharapkan akan menghargai kemanusiaannya dan tidak mudah terprovokasi.

Dayang Rindu merupakan cerita rakyat yang sebarannya hampir ke semua wilayah Sumbagsel (Sumsel, Jambi, Bengkulu, dan Lampung). Sayangnya cerita rakyat ini nyaris dilupakan orang. Manuskrip “Tetimbai Si Dayang Rindu” tersimpan di Leiden, Dublin, London, dan Munich ditulis dalam aksara Lampung.

Pimpinan produksi Alexander GB menjelaskan, Dayang Rindu versi KoBer merupakan presentasi dari suatu tahapan saja. Setiap tahapan selalu memiliki titik tekan yang berbeda. “Pada kesempatan pertama, kami anggap sebagai satu proses Dayang Rindu (work in progress) sebagai hasil ujicoba rekonstruksi naskah Dayang Rindu yang menghasilkan 6 fragmen," kata Alexander di sela-sela latihan.

Presentasi pertama, kata dia, disertakan pada even Kala Sumatera – Festival Teater Sumatera 2012. Kedua menjadi satu pementasan utuh yang terdiri dari tujuh fragmen dan dipentaskan pada bulan Juni 2012, sebagai salah satu penerima Hibah Seni Kelola 2012 untuk kategori karya inovatif.”

Percampuran antara tradisi dan modern merupakan daya tarik tersendiri dari pementasan ini. Penonton di manjakan dengan ragam penawaran artistik, pertama warna lokal yang dicampur dengan modern, kemudian dari aspek cerita dan visual Dayang Rindu juga tidak kalah menarik.

Dengan niat menghadirkan puisi di atas panggung teater, secara visual setiap fragmen Dayang Rindu diperkaya dengan metafora-metafora sebagaimana kata dalam puisi. Sedangkan dari segi style-gaya pemanngungan, “The Song Of Dajang Rindoe” menawarkan banyak alternatif ragam ekspresi; ada gerak tari, drama, musik, warna, dan pencak.

“The Song Of Dajang Rindoe” adalah program jangka panjang Komunitas Berkat Yakin. Jadi setelah pementasan kali ini pun masih akan digarap ulang, diteliti kembali asal usul cerita, asal usul gerak, dan lain-lain yang pada titik tertentu bisa ditemukan seperti apa akar dari budaya Lampung atau Melayu. Harapan lainnya adalah akan lebih banyak keluaran dari proses Dayang Rindu selain pementasan, bisa berupa buku, naskah lakon, novel, puisi, prosa, dan lain sebagainya.

“Kami memilih mementaskan Dayang Rindu ke panggung teater karena dari aspek cerita sangat kompleks dan memungkinkan banyak pintu untuk memasukinya. Epik Dayang Rindu menawarkan kemungkinan-kemungkinan pemanggungan teater yang lebih fleksibel di banding cerita-cerita rakyat lainnya,” kata Alexander. (UZK/S-2)

Sumber: Lampung Post, Kamis, 29 November 2012

No comments:

Post a Comment