July 24, 2009

Buku: Eddy Sutrisno Luncurkan Biografi

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno meluncurkan buku biografi di Hotel Nusantara, Jumat (24-7). Buku tersebut berisi perjalanan Eddy Sutrisno mulai dari kuli karung menuju kursi wali kota. Buku setebal 165 halaman tersebut ditulis oleh wartawan Yon Bayu Wahyono, dengan judul Dari Kuli Karung ke Kursi Wali Kota.

Peluncuran buku diisi dengan diskusi, dihadiri tiga pembicara, Bambang Eka Wijaya (Pemimpin Umum Lampung Post), Suwondo (Dosen FISIP Unila), dan Arif Makhya (tokoh agama).

Bambang Eka Wijaya menilai buku biografi Eddy Sutrisno ditulis secara kronologis. Buku tersebut berisi nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kerja keras.

Bambang menyarankan agar buku tersebut bisa direvisi untuk lebih menekankan aspek nilai. Nilai-nilai kurang dieksplorasi.

Sementara Suwondo menilai buku biografi Eddy Sutrisno sebagai sebuah cerita pribadi. Ia kenal Eddy saat awal duduk di bangku kuliah di Unila. Eddy adalah sosok yang menghargai prinsip.

Dalam acara peluncuran buku itu, ada nuansa dukung mendukung Eddy atas pencalonan pada Pemilihan Wali Kota 2010 dan diselingi canda tawa atas perjalanan hidup Eddy selama lebih dari 50 tahun. Peluncuran buku ditandai penyerahan buku ke forum camat dan forum lurah Bandar Lampung.

Dalam sambutannya Eddy mengaku dirinya kerap dicap sebagai wali kota gila taman atau wagiman, menyaingi mantan Wali Kota Nurdin Muhayat.

Bahkan ada yang memberi predikat sebagai wali kota gila tanah atau (waginah). Julukan tersebut diberikan kepadanya karena ia membeli tanah warga untuk didirikan rumah susun sederhana sewa (rusunawa). Kini rusunawa sudah berdiri dan dihuni oleh warga pesisir. "Penamaan tersebut diberikan oleh para wartawan," kata dia.

Cap lain, kata Eddy, yang diberikan kepadanya adalah wali kota gila olahraga. Cap itu diberikan karena ia suka sekali dengan olahraga. "Lama-lama nanti saya dicap wagiran (wali kota gila beneran)," kata Eddy sambil tertawa.

"Tidak apa-apa, wali kotanya gila beneran asalkan untuk kebaikan semua masyarakat."

Eddy hampir menangis saat menceritakan ayahnya. Suaranya sedikit bergetar. Ia terdiam beberapa saat untuk menceritakan sikap ayahnya yang menolak keputusan Eddy untuk mundur dari PNS. Ia memilih kuliah dan meninggalkan pekerjaannya sebagai PNS. Ayahnya sangat keras menolak keputusan itu. n MG2/K-1

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 25 Juli 2009

No comments:

Post a Comment