TELUK Kiluan di antero Kecamatan Kelumbayan, Tanggamus, Lampung, adalah surga bagi lumba-lumba. Samudera nan luas itu setiap saat menjadi kolam pertunjukan tariannya. Ada atau tidak ada penonton.
Angin yang berembus di permukaan air laut membiru menciptakan gelombang-gelombang kecil ombak beriring. Sapuan semilir itu seolah menjadi hitungan "satu-dua-tiga" bagi belasan lumba-lumba yang bercengkerama di bawahnya.
Seperti mendapat aba-aba, makhluk laut nan cantik itu menggelegak ke udara hingga seluruh tubuhnya telanjang oleh setiap mata yang menatap. Lalu, melengkung di udara, dan kepalanya menghunjam lagi ke air. Seperti mengantre, lumba-lumba itu berganti-ganti beratraksi. Sehingga, dalam jangka bebeapa menit, pemandangan natural tanpa rekayasa itu tersaji tanpa henti.
Untuk menikmati spektakuler dan harmoni lingkungan di bilangan Kabupaten Tanggamus itu, LSM Cikal menghelat acara mancing bersama. Acara itu dinamai Kiluan Fishing Week 2009, 18--19 Juli 2009. Beberapa tim dari berbagai daerah di Tanah Air ikut dalam wisata petualangan itu. Dari yang pemula, peninjau, hingga yang berpengalaman mengadu kemahiran memancing ikan sambil melihat pertunjukan lumba-lumba.
Wartawan Lampung Post Munarsih, yang ikut dalam ekspedisi itu, sempat terasa mabuk laut. Berikut laporannya.
Menyaksikan lumba-lumba melompat dan menari di udara sedikit mengobati rasa mual akibat guncangan ombak dan teriknya sengatan mentari.
Tingkah mamalia laut yang satu ini memang sangat menggemaskan. Sesekali berenang mendekati kapal, tetapi dengan sigap segara berlalu menjauh ketika ada yang ingin mengawetkan ke layar digital kamera.
Semakin lama arus semakin kencang menerjang kapal kecil yang hanya mampu menampung empat penumpang itu. Matahari semakin tak bersahabat menyapa kulit, membuat keindahan itu harus segara diakhiri dan bergegas untuk kembali ke perkemahan di Pulau Kiluan.
Setelah hampir dua jam mengarungi laut mulut Selat Semangka, akhirnya sampai juga rombangan kecil peserta Dolphin Tour di Pulau Kiluan. Sebagian ada yang mengalami mabuk laut akibat kencangnya arus, termasuk saya.
Butuh waktu tiga sampai empat jam perjalanan dari Kota Bandar Lampung untuk sampai di Teluk Kliuan yang memesona. Jalan yang menanjak dan berkelok tidak menyurutkan niat para peserta Kiluan Fishing Week untuk segera sampai dan menikmati keindahan alam yang masih tampak alami itu.
Butuh kesabaran ekstra memang untuk sampai di Kiluan. Selain jauh, jalan yang rusak dan berlubang membuat mobil tidak bisa melaju dengan kencang. Namun, pesona yang ditawarkan alam di sepanjang perjalanan mampu mengobati kebosanan berada di mobil selama berjam-jam.
Bukit yang masih hijau lebat, pantai yang indah dipandang dari atas bukit, sawah yang menghampar hijau menyejukkan mata, keindahan rumah panggung adat Lampung, dan keunikan pura tempat bersembahnyang orang Bali.
Pukul 14.00 rombangan tiba di Pekon Kiluan Negeri, desa terujung yang paling berdekatan dengan Pulau Kiluan. Setelah beristirahat beberapa saat, panitia membuka acara dengan rangkaian tarian adat Lampung. Yakni, untuk menyambut kedatangan kepala Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung, dan kadis Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanggamus.
Usai acara pembukaan semua peserta dan panitia bersiap menuju ke Pulau Kiluan. Dengan menaiki kapal nelayan yang hanya mampu memuat 15 orang penumpang itu, rombongan menyebrangi Teluk Kiluan. Butuh waktu 20 menit untuk sampai di Pulau Kiluan.
Pemandangan yang luar biasa indahnya sudah terlihat sepanjang perjalanan mengarungi teluk. Gugusan pulau dan batu karang yang diterjang ombak, hamparan pasir putih yang mengelilingi bibir pulau, burung camar yang beterbangan dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan membuat semangat kembali menggelora setelah lelah berada di mobil. Sesaat setelah tiba di pulau, rombongan disambut dengan nyaringnya pekikan siamang yang saling bersahutan di pulau seberang Kiluan. Setelah meletakkan barang dan bekal bawaan di tenda yang telah disediakan oleh panitia, para peserta memilih untuk relaksasi dengan berjalan mengelilingi pulau atau berenang di Pantai Kiluan yang biru dengan pasirnya yang putih bersih.
Bentangan pasir putih yang mengelilingi hampir seluruh pulau menjadi daya tarik kuat Pulau Kiluan. Pesona yang dipancarkan alam Kiluan membuat siapapun yang mengunjunginya berharap dapat kembali lagi kesana.
Pulau yang hanya memiliki luas sekitar enam hektare ini hanya ditinggali oleh keluarga Pak Dul, terdiri dari 6 orang. Pak Dul, begitu ia biasa disapa, sudah menempati pulau kiluan sejak 15 tahun lalu. Keberadaan keluarga Pak Dul di kiluan tidak mendapat tentangan dari warga Pekon Kiluan Negeri karena dianggap sebagai penunggu yang menjaga kelestarian alam di Pulau Kiluan.
Jelang sore hari, saat mentari tak segarang siang, menikmati sunset adalah saat yang ditunggu-tunggu. Suara deburan ombak yang saling berkejaran, langit jingga yang mempesona menambah indahnya sore di Pulau Kiluan.
Malam harinya, semua peserta dan panitia dimanjakan oleh pentas musik dari band yang sengaja dibawa panitia dari Bandar Lampung. Tak sedikit dari panitia yang ikut memeriahkan dan membentuk band dadakan. Semua jenis musik dimainkan untuk semakin menghangatkan suasana di tengah dinginnya angin di Pantai Kiluan.
Hari kedua di Pulau Kiluan diisi dengan lomba memancing yang diikuti 18 peserta dari berbagai daerah. Potensi bahari Teluk Kiluan memang sangat luar biasa. Selain menyajikan pemandangan yang indah, Teluk Kiluan juga menyimpan potensi perikanan dan terumbu karang yang banyak.
Sayang, minimnya pengetahuan nelayan akan bahaya penggunaan bom untuk menangkap ikan masih kurang. Akibatnya banyak karang yang rusak dan mati oleh bom ikan. Namun berkat kegigihan dari orang-orang di Yayasan Ekowisata Cikal kini aktivitas pengeboman ikan di Teluk Kiluan sudah jauh berkurang.
Jelang pukul tiga sore rombongan peserta lomba memancing datang dengan membawa ikan-ikan besar. Ikan tenggiri, lemadang, dan simba menjadi ikan tangkapan yang berhasil menjuarai lomba.
Tak jauh dari Pulau Kiluan ada satu lagi pantai yang sayang untuk tidak dikunjungi jika berada di Kiluan. Dari Pekon Kiluan Negeri butuh waktu 10 menit perjalanan dengan mengendarai sepeda motor untuk sampai di pantai Pasir Putih. Pantai Pasir Putih memiliki ombak yang lebih besar dibandingkan dengan yang ada di Teluk Kiluan, sangat cocok bagi yang hobi menyelam.
Di sisi pantai sebelah kanan ada deretan bebatuan karang yang menjulang tinggi sebagai pemecah ombak.
Hari terakhir Kiluan Fishing Week ditutup dengan Dolphin tour yang diikuti sekitar 10 peserta. Dua jenis lumba-lumba yang ada di Kiluan yaitu lumba-lumba jenis paruh panjang dan jenis hidung botol menghibur pendatang. M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 26 Juli 2009
No comments:
Post a Comment