August 9, 2010

Lampung di Tangan Anak Muda

Oleh Jauhari Zailani*


PEMILIHAN kepala daerah (pilkada) hanyalah salah satu cara bagaimana memilih pemimpin. Sejumlah tokoh telah meramaikan kompetisi dalam pilkada serentak pada enam kabupaten-kota di Lampung pada 30 Juni 2010. Kini setelah masing-masing kandidat berjuang maksimal, sudah dapat dipastikan siapa yang akan memimpin enam daerah.

Minggu lalu Rycko Menoza dilantik menjadi bupati Lampung Selatan (Lamsel) dan akan disusul pelantikan pada lima daerah yang lain. Kecuali Metro dan Lampung Timur, empat daerah akan dipimpin orang baru: Herman H.N. memimpin Bandar Lampung, Rycko di Lamsel, Ariss Sandi di Pesawaran, dan Bustomi di Way Kanan.

Pilkada ini menandai tampilnya pemimpin muda melengkapi Mukhlis dan Bambang Irawan. Tampilnya anak muda pada tampuk pimpinan daerah adalah sebuah gerakan yang menggembirakan karena daerah lain tidak semulus Lampung. Tapi bagaimana mereka akan memanfaatkan panggung kekuasaan lima tahun ke depan?

Sumatera Summit

Lampung beruntung memiliki pemimpin yang sangat bersemangat dan berpikir ke depan. Secara objektif, fakta politik menunjukkan klan Zainal Abidin Pagaralam (ZAP) yang menguasai tampuk kepemimpinan Lampung. Secara langsung dan formal generasi kedua ZAP memimpin Lampung, dan generasi ketiga memimpin Lamsel. Slogan kalo mak kham sapa lagi, kalo mak gantang kapan lagi berhasil diwujudkan nyaris sempurna setelah kepemimpinan adat pun dapat disatukan dalam satu tangan, meski kontroversi dan mustahil tetapi terjadi.

Gerakan eksplosif kepemimpinan ini ditandai oleh pertautan impian besar Lampung Raya, Sumatera Raya, dan Indonesia Raya. Untuk itu baru-baru ini Lampung menjadi tuan rumah pertemuan gubernur se-Sumatera yang menggulirkan ide dan kerja besar tersebut. Jika secara bersama-sama, Sumatera akan menjadi kekuatan Indonesia yang menggetarkan Indonesia, bahkan dunia. Semua potensi ada di Sumatera. Untuk menyebut beberapa contoh: energi, sawit, karet, kopi, gula, beras, dan tentu melimpahnya sumber daya manusia yang akan mengelola kekayaan sumber daya alam Sumatera. Dalam Sumatera Summit, Lampung mengajak gubernur se-Sumatera untuk berpikir dan bekerja untuk kejayaan Sumatera.

Gerakan ini mesti dllihat oleh pemimpin muda sebagai upaya sinergi pemimpin Lampung dalam mewujudkan JSS, jalan tol, kereta komuter, kota baru, bandara internasional, pelabuhan laut, WFC, dan lain-lain lagi. Nah, dalam konteks inilah para pemimpin kabupaten dan kota di Lampung akan bekerja. Pembekalan pada pemenang pilkada oleh Gubernur beberapa waktu yang lalu mengisyaratkan dengan jelas apa dan ke mana kapal besar bernama Lampung akan melaju. Gerakan besar Lampung dan kelampungan akan berhasil jika didukung dan ditopang oleh kekuatan-kekuatan yang bersinegi dari kabupaten dan kota yang ada di Lampung. Kalau energi ini terjaga, peran gubernur akan lebih ringan dalam menyinergikan Lampung dengan provinsi lain di Sumatera.

Ingat Rakyat

Dalam konteks kerja besar mewujudkan Lampung Raya melalui kelampungan tersebut, para pemimpin terpilih seyogianya berpikir, bersikap, dan bertindak. Kesadaran bahwa memiliki kekuatan dan kekuasaan yang besar, jika tidak untuk mencapai tujuan besar akan berakibat buruk bagi rakyat. Karena itu, sudah semestinya para pemimpin muda berpikir besar dan jauh ke depan. Rakyat akan menunggu kerja dan menilai kinerja pemimpinnya. Perilaku rakyat dalam beberapa pilkada, bisa dimaknai sebagai upaya sadar mengganjar dan menghajar pemimpinnya. Rakyat memiliki ukuran tersendiri untuk mengganjar pemimpin incumbent yang berhasil, dengan tetap memilihnya. Dan sebaliknya rakyat akan menghajar pemimpin yang dianggap gagal, dengan memilih dan memberikan kesempatan pada pemimpin baru. Rakyat akan selalu mengamati sepak terjang, sejak hari pertama Anda dilantik menjadi bupati atau wali kota. Lima tahun ke depan para pemimpin muda ini akan menerima rapor dari rakyat, dalam pilkada. Tidak ada pilihan lain, sejak hari ini dan selama lima tahun ke depan harus bekerja keras mewujudkan janji-janjinya selama kampanye. Perlu diingat hanya pada kota dan kabupaten rakyat berada. Begitu banyak permasalahan rakyat, tetapi harapan rakyat pada pemerintah sederhana saja. Bisakah pemimpin menjawab harapan dan pertanyaan sederhana ini: kalau keluarganya sakit, bisakah berobat? Kalau anaknya mau sekolah, bisakah orang tua memenuhinya? Setelah lulus sekolah, mereka kerja di mana?

Era Integratif

Berpikir sinergi dan integratif adalah era pemimpin modern pada zaman global. Rhenald Kasali dengan menarik menguraikan bagaimana perusahaan komputer di Amerika berubah dari insinyur sentris ke pakar dari berbagai disiplin ilmu. Perusahaan elektronik itu meraksasa setelah merekrut dokter, antropolog, bahkan seniman. Kalau pemimpin Lampung bisa berpikir dan bertindak seperti itu, ke depan kita akan melihat bagaimana mereka akan mengintegrasikan berbagai kekuatan yang berserak di parpol, ormas (agama, petani, nelayan) LSM, pengusaha, dan perguruan tinggi. Integrasi berbagai kekuatan itu akan bisa lebih efektif dalam mengatasi berbagai soal di Lampung, mengisi keterbatasan anggaran negara dan kekakuan birokrasi. Kalau ini terwujud, keluhan rakyat soal kerusakan jalan, pendidikan, dan kesehatan yang mahal, pelan dan pasti akan terjawab.

Gerakan ini bisa lebih indah jika dimulai oleh pemenang dengan cara yang elegan menyatukan tokoh-tokoh yang ikut dalam kontes pilkada dalam pemilihan gubernur dan tentu di kabupaten dan kota. Ide ini merupakan impian konyol saja, jika pemimpinnya berpikir sempit. Kalau mereka mampu menempatkan tujuan yang lebih besar di atas tujuan pribadi, inisiator akan dikenang sebagai orang besar. Kini, waktunya Anda para pemimpin muda berpikir integratif dan jauh ke depan. Mudah-mudahan yang tua segera mengikuti langkah anda. Pemimpin jaya, rakyatnya juga.


* Jauhari Zailani, Staf Pengajar FISIP Universitas Bandar Lampung

Sumber: Lampung Post, Senin, 9 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment