August 16, 2010

[Lampung untuk Indonesia] Pelabuhan, Gerbang Ekonomi Lampung

PELABUHAN dipastikan menjadi salah satu faktor penting dalam menunjang bisnis. Hal itu setidaknya diakui Ketua Asosiasi Pengusaha (Apindo) Lampung Yusuf Kohar.

Menurut Yusuf, Pelabuhan Panjang yang ada di Bandar Lampung merupakan salah satu pelabuhan yang memiliki potensi luar biasa untuk mendukung laju perekonomian di Sai Bumi Ruwa Jurai. Posisinya yang strategis bukan saja menunjang kelancaran usaha di Lampung, melainkan juga hingga Sumatera bagian selatan (sumbagsel). "Merupakan suatu keberuntungan bagi Lampung karena memiliki pelabuhan yang mempunyai potensi sangat luar biasa untuk mendukung laju ekspor dan impor," ujar Yusuf.

Sebab itu, kata Yusuf, Pemprov Lampung dan masyarakat hendaknya dapat melihat potensi yang luar biasa dari Pelabuhan Panjang dalam menunjang kegiatan eksportir.

Selain itu, kata Yusuf, pemerintah juga hendaknya jangan hanya melihat Pelabuhan Panjang dalam jangka pendek, seperti melihatnya hanya sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD) saja, tetapi harus mampu melihatnya dalam jangka panjang, seperti memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta pelayanan.

"Salah satunya harus disertai dengan dukungan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, sehingga dapat menunjang komoditas ekspor dan impor," ujarnya.

Menurut Yusuf, saat ini Pelabuhan Panjang masih belum maksimal dalam hal pelayanan dan ketersediaan infrastrukutur. Sebab itu, untuk dapat menunjang segala aktivitas ekspor, diperlukan perbaikan, baik dari segi lingkungan maupun fasilitas.

"Fasilitas yang ada di Pelabuhan Panjang masih minim. Sebab itu, perlu dukungan sarana dan prasarana seperti perbaikan masalah jalan," kata Yusuf.

Dengan ketersediaan fasilitas dan sarana serta prasarana yang mendukung, plus posisi strategis dari Pelabuhan Panjang, menurut Yusuf, tentunya akan berdampak positif kepada kelancaran pengusaha untuk melakukan kegiatan bisnisnya. Pasalnya, peranan Pelabuhan Panjang memiliki kontribusi yang sangat besar untuk mendukung kegiatan usaha eksportir dan juga memiliki peranan yang penting untuk menunjang pertumbuhan perekonomian Lampung.

Khusus untuk operasional 24 jam yang kini diterapkan Pelabuhan Panjang, Yusuf meminta Pelindo segera menyelesaikan kesiapan sarana dan prasarana pendukung di sana.

Meskipun penandatangan operasional pelabuhan 24 jam telah dilakukan, hingga saat ini penambahan fasilitas guna menunjang pelayanan pelabuhan 24 jam ini berjalan lamban.

Menurut dia, apabila sarana dan prasarana pendukung mulai dari alat bongkar muat, gudang, dan kapal serta jalan tidak dalam kondisi yang baik, dipastikan menambah biaya operasional dan membebani pengusaha.

"Pada prinsipnya kami mendukung pelaksanaan operasional 24 jam, tapi semua instansi terkait terutama Pelindo sebagai operator harus menyelesaikan dan melengkapi semua sarana dan prasarana operasional Pelabuhan Panjang," kata Yusuf.

Yusuf menjelaskan sepanjang semua sarana dan prasarana sudah siap, pelaksanaan operasional pelabuhan 24 jam tidak masalah bagi pengusaha. Namun, sebaliknya, bila ada salah satu sarana yang tidak disiapkan dan dipaksakan pelaksanaannya, akan membebani pengusaha. "Apalagi jika diterapkan sanksi atau penalti jika melanggar peraturan." kata Yusuf.

Prospektif

Berada pada titik persilangan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, Pelabuhan Panjang merupakan pelabuhan yang sangat prospektif. Luas areal lahan pelabuhan internasional ini masih dapat dikembangkan untuk kerja sama pembangunan berbagai terminal guna melayani kebutuhan pengguna jasa kepelabuhanan.

Di samping itu, lahan pertanian dan perkebunan yang membentang di Provinsi Lampung sangat subur untuk kegiatan agrobisnis. Saat ini lingkup hinterland tersebut masih menunggu para investor untuk dapat mengembangkannya secara optimal.

Tersedianya jalan akses yang menghubungkan lokasi pelabuhan dengan hinterland-nya memudahkan transportasi dan distribusi berbagai komoditas hasil pertambangan dan agrobisnis baik untuk keperluan ekspor, impor, maupun domestik.

Dengan tersedianya terminal peti kemas yang telah dilengkapi dengan dua container crane, lima transtainer, top loader, dan super stacker serta didukung terminal khusus curah yang ada saat ini, Pelabuhan Panjang siap memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pengguna jasa.

Belum lagi dukungan fasilitas pelayanan barang berupa lapangan peti kemas seluas 75 ribu meter persegi, lapangan penumpukan seluas 6.000 meter persegi, dan gudang 12.382 meter persegi.

Menurut General Manager Pelindo II Putra Mulia Ismail, pihaknya berupaya meningkatkan mutu pelayanan dengan menjanjikan pengguna jasa akan nearly zero waiting time (waktu tunggu kapal di pelabuhan yang sangat singkat) yang diharapkan ke depan dapat menekan biaya logistik pada distribusi barang.

Untuk mendukung hal tersebut, PT Pelindo II menginvestasikan Rp2,7 triliun untuk meningkatkan produktivitas di Pelabuhan Panjang. Hal ini terkait pelaksanaan operasional pelabuhan 24 jam.

Dari investasi Rp2,7 triliun itu, Pelindo II akan membangun dermaga dengan alokasi Rp50 miliar. Kemudian 8 juta dolar AS untuk penyediaan dua unit twin lift (container crane) dan 5,5 juta dolar AS untuk penyediaan empat unit moving crane di dermaga.

Pengembangan

Meskipun sudah ada Pelabuhan Panjang, Pemprov Lampung tetap akan mengembangkan pelabuhan laut sebagai upaya mendukung perekonomian. Pengembangan itu meliputi pelabuhan rakyat (people port), pelabuhan laut nasional, dan pelabuhan perikanan nasional.

Pelabuhan rakyat berlokasi di Kotaagung-Pulau Tabuan, Pantik Cabtik-Pulau Sebesi, Lempasing-Pulau Legundi, Pulau Pisang-Pulau Segamat, serta Mesjid dan Kuala Teladas. Keberadaan pelabuhan ini untuk mengurangi kepadatan pada Pelabuhan Panjang.

Pelabuhan laut nasional berlokasi di Pelabuhan Batu Balai Kotaagung, sedangkan pelabuhan perikanan nusantara berlokasi di Bengkunat, Lambar. SONI ELWINA/IYAR JARKASIH/D-2

Tak Semua Melalui Pelabuhan

KINERJA ekspor dan impor di Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Meskipun demikian, tidak semua komoditas diekspor melalui Pelabuhan Panjang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, neraca perdagangan nonmigas Lampung meningkat atau surplus sebesar 249,14 juta dolar AS. Dari jumlah tersebut, 51,86% disumbang produk industri, 39,40% disumbang produk pertanian, 8,74% disumbang hasil tambang, dan sisanya adalah produk kerajinan.

Kepala Dinas UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Agus Salim, Jumat (6-8), mengatakan tidak semua ekspor komoditas melalui Panjang. Hal ini mungkin saja terjadi apabila perusahaan tersebut memiliki kantor cabang di provinsi lain. Perusahaan seperti ini akan mengekspor komoditasnya melalui pelabuhan di mana kantor pusat perusahaan tersebut berada. Sedangkan kepengurusan surat-menyurat atau syarat dokumen ekspor lainnya, dilakukan di Lampung.

"Harapan kami, ekspor komoditas memang sebaiknya melalui Pelabuhan Panjang untuk menambah pemasukan daerah," kata Agus.

Sementara itu, untuk meningkatkan kinerja ekspor, pihaknya melakukan upaya-upaya dengan memberikan informasi peluang pasar luar negeri yang disediakan.

Berdasarkan laporan revitalisasi perdagangan luar negeri Provinsi Lampung, volume ekspor mencapai 587.670,01 ton dengan nilai 272,15 juta dolar AS.

Bila dibanding Mei 2010, volume dan nilai mengalami kenaikan sebeasr 40,35% untuk volume dan untuk nilai sebeasr 6,09%. Sedangkan impor nonmigas Juni 2010 sebesar 28.618,80 ton dengan nilai 23.00 juta dolar AS. sehingga perdagangan nonmigas Lampung menunjukkan surplus 249,14 juta dolar AS.

Sementara itu, komoditas ekspor utama pada Juni 2010 disumbang minyak sawit atau CPO dengan nilai 54.283.642 dolar AS atau 19,95%. Kopi rmenyumbang 32.164.018 dolar AS atau 11,82%, kakao 26.176.641 dolar AS atau 9,62%, batu bara 23.686.221 dolar AS atau 8,70% dan minyak inti sawit sebesar 15.376.500 dolar AS atau 5,65%. Sedangkan komoditas lainnya menyumbang 44,26% dari total ekspor.

Realisasi ekspor Juni 2010 ditujukan ke 72 negara tujuan. Jika dibandingkan realisasi ekspor pada Mei 2010 lalu, yang ditujukan ke 65 negara tujuan, jumlah negara tujuan ekspor bertambah 7.

Ekspor pada Juni ditujukan ke kawasan Asia 52,73%, Eropa 20,93%, dan Amerika 18,17%.

Sejumlah komoditas produksi Lampung yang diekspor antara lain, udang beku, kopi robusta, cassia, cassiavera flour, gum damar, minyak kepala sawit mentah (crude palm oil/CPO). Berikutnya RBD palm sterin, crude coconut oil, minyak inti sawit, kakao, nenas dalam kaleng, activated carbon, dan karet SIR 20.

Adapun negara-negara tujuan ekspor di wilayah ASEAN adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sedangkan untuk kawasan Amerika ekspor dari Lampung kebanyakan berupa hasil pertanian, industri, pertambangan, dan kerajinan.

Negara-negara di kawasan Amerika yang merupakan tujuan utama ekspor Lampung, yakni Amerika Serikat, Kanada, Argentian, Brasil, Cile, Ekuador, Meksiko, Puerto Rico, dan Uruguay. n SONI ELWINA/D-2

Sumber: Lampung Post, Senin, 16 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment