August 16, 2010

[Lampung untuk Indonesia] Lancar Berbisnis melalui Udara

JIKA Anda pengusaha yang sangat mobile dan tidak menetap di Lampung, jangan takut untuk berinvestasi di Lampung. Waktu Anda tak akan banyak tersita di perjalanan karena transportasi udara Jakarta-Lampung relatif lancar. Usai urusan bisnis, Anda bisa langsung balik ke Jakarta atau daerah lain untuk meneruskan berbagai aktivitas.

Transportasi udara memang sangat vital dalam mendukung kelancaran bisnis, khususnya pebisnis Jakarta. Dengan tranportasi yang lancar dan jarak tempuh hanya sekitar 7 jam serta pemandangan yang cukup indah, pebisnis asal Jakarta memang dapat memilih jalan darat. Namun, jika butuh waktu cepat, jarak tempuh dapat dipersingkat hanya dengan 40�45 menit melalui jalur udara.

Sadar vitalnya transportasi udara dalam ranah bisnis, Pemprov Lampung terus mengembangkan fasilitas bandara. Saat ini terdapat dua bandara, masing-masing Radin Inten II dan Serai Air (di Liwa, Lampung Barat). Transportasi penerbangan di Lampung terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan jumlah penumpang dan rute penerbangan maupun maskapai.

Tak hanya pengembangan Bandara Raden Inten II saja, menurut Ketua Bappeda Lampung Fahrizal Darminto, pihaknya juga mengembangkan Bandara Serai Air di Lampung Barat.

Khusus Bandara Raden Inten, Menteri Perhubungan Freddy Numberi secara lisan telah menyetujui pemanjangan runway bandara ini. Proyek pembangunan diperkirakan dimulai pada 2011 mendatang dengan total kebutuhan pendanaan Rp315 miliar pada tahap pertama.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Lampung Eman Hendrawan mengatakan landas pacu bandara direncanakan akan diperpanjang menjadi 3.500 meter dan diperlebar menjadi 60 meter. Saat ini panjang Bandara Radin Inten II adalah 2.500 meter dan lebarnya 45 meter.

Pemanjangan runway ini, menurut Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., terkait dengan rencana Pemprov Lampung untuk menjadikan Radin Inten II sebagai embarkasi dan debarkasi haji pada masa-masa mendatang. Dengan panjang 3.500 meter dan lebar 60 meter, bandara ini bakal bisa didarati pesawat-pesawat berbadan lebar, seperti Boeing 747 series, Airbus A330 yang biasa digunakan untuk mengangkut jemaah haji.

Selain direncanakan menjadi bandara embarkasi dan debarkasi haji, Lampung juga diproyeksi menjadi bandara internasional untuk pariwisata. Selama ini, untuk pemberangkatan haji, para jemaah calon haji harus berangkat ke Jakarta dengan perjalanan darat.

Tahun ini Bandara Radin Inten II dipastikan sudah bisa dijadikan bandara debarkasi antara, yaitu para jemaah akan diantar ke bandara embarkasi di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Saat ini Pemprov sedang membangun asrama haji untuk jemaah asal Lampung dengan kapasitas pemberangkatan sebanyak 900 jemaah. Pembangunan asrama haji senilai Rp40 miliar diperkirakan selesai sebelum Oktober mendatang sehingga sudah bisa dioperasikan untuk menampung jemaah haji tahun ini.

Untuk proyeksi Bandara Radin Inten II 3.500 meter, Pemprov berencana membebaskan lahan sekitar 58 hektare. Pembebasan lahan tersebut membutuhkan dana sebesar Rp40 miliar. Tujuh puluh persen pembebasan lahan ini didanai pemerintah pusat, sedangkan sisanya ditanggung Pemprov Lampung.

Menurut dia, saat ini sedang dibuat masterplan perluasan bandara. Lampung menjadi salah satu provinsi yang cukup besar jemaah hajinya. Dengan populasi penduduk sebanyak 7,5 juta jiwa, kuota haji pada 2010 sebanyak 6.282 orang, sementara yang masuk daftar tunggu sebanyak 15 ribuan.

Karena besarnya permintaan ini, Lampung dianggap sudah layak memiliki bandara embarkasi sendiri. Bahkan, bila ada embarkasi dari Lampung, jemaah asal Bengkulu pun bisa diangkut. Selama ini jemaah Bengkulu berangkat melalui embarkasi Padang. Jika dihitung, jarak Bengkulu ke Lampung lebih dekat daripada ke Padang.

Penumpang ke bandara ini juga diprediksi bakal terus bertambah. "Sudah ada yang mengajukan pembukaan rute ke Palembang, Bandung, Yogyakarta, dan Pekanbaru. Garuda saja Mei nanti akan menambah penerbangan ke Jakarta menjadi tiga kali," kata Eman.

Selain pemanjangan runway, pihak bandara juga akan bekerja sama dengan Pertamina untuk memasok bahan bakar di bandara tersebut. Selama ini pesawat yang ke Lampung tidak mengisi bahan bakar di bandara ini.

"Pertamina mau, tetapi syaratnya setiap maskapai harus membeli avtur di Lampung agar target kuota 6.000 liter per hari bisa tercapai. Hal itu supaya tercapai target keuntungan Pertamina.

Pada 2011, kata Eman, pembangunan tahap I infrastruktur Bandara Radin Inten II menjadi bandara internasional yang akan didanai APBN sekitar Rp145 miliar.

Dishub akan membuat masterplan bandara internasional dan kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP). Pembuatan masterplan ini rencananya didanai APBD perubahan 2010 senilai Rp500 juta.

Yang jelas, kata Eman, pembangunan ini tidak akan selesai dalam satu atau dua tahun saja. Tapi setidaknya, tahap awal pembangunannya sudah dimulai dari sekarang.

Efisiensi Waktu

Selain fasilitas dan infrastuktur bandara, perkembangan juga tampak pada frekuensi penerbangan dan jumlah penerbangan. Transportasi udara yang makin variatif dengan kuantitas penerbangan yang terus bertambah membuat para pengusaha di Lampung kian merasakan mudahnya melakukan berbagai aktivitas bisnis.

Setidaknya ini diakui Herman Gani, pengusaha Jet Pump, hiburan, dan restoran. "(Transportasi udara) sangat membantu, terutama masalah efisiensi waktu," ujarnya.

Banyaknya jumlah penerbangan itu memudahkannya memobilisasi setiap kegiatan usaha sehingga berdampak positif pada kelancaran dalam bisnis yang dijalankan. "Dengan variatifnya waktu penerbangan di Lampung, tentu memberikan kemudahan bagi kegiatan usaha, terlebih jika sifatnya emergency," kata Herman.

Saat ini terdapat tiga maskapai penerbangan, pertama, Sriwijaya Air dengan kuota penerbangan sebanyak lima kali sehari dan melayani rute Lampung-Jakarta maupun sebaliknya. Lalu Garuda Indonesia sebanyak tiga kali sehari dan Batavia Air sebanyak satu kali.

Menurut Supervisor Ticketing dan Reservasi Sriwijaya Air, Ahmad Rizal, rata-rata penumpang dalam satu kali penerbangan mencapai 90% dari kapasitas kursi yang tersedia. "Peningkatan jumlah penumpang penerbangan di Lampung sangat di luar dugaan. Bahkan, sekarang bukan waktu-waktu akhir pekan saja, melainkan hari-hari biasa pun penumpang selalu ramai," kata Rizal, Kamis (5-8).

Kondisi potret penerbangan dengan antusias yang tinggi dari masyarakat yang menggunakan jasa transportasi udara ini, setidaknya berdampak positif kepada laba perusahan penerbangan. Sementara itu, keuntungan bagi pengguna jasa, tentunya dapat memudahkan bisnis maupun aktivitas lain dalam hal efisiensi waktu.

Rizal mengatakan pihaknya kemungkinan akan menambah frekuensi penerbangan jika kecenderungan peningkatan penumpang yang terlihat saat ini terus menunjukkan tren yang positif atau bahkan nantinya semakin meningkat. Namun, kata Rizal, pihaknya akan terlebih dahulu melihat pangsa pasar yang ada. Selain itu juga dengan mempertimbangkan kepadatan rute penerbangan.

Rizal menambahkan, sebagai provinsi yang dekat dengan Ibukota Jakarta sekaligus pintu gerbang Sumatera, Lampung otomatis secara tidak langsung memiliki prospek yang sangat bagus dalam perkembangan maupun pertumbuhan perekonomian.

Dampaknya, investor tertarik berinvestasi di Lampung. Kondisi seperti itu tentu juga berdampak positif kepada perkembangan penerbangan di Lampung. "Biasanya, jika frekuensi penerbangan di suatu daerah banyak, hal tersebut sebagai indikator bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan, dan Lampung memenuhi indikator tersebut," ujar Rizal.

Menurut Rizal, saat ini Sriwijaya Air terbang lima kali dalam satu hari, yakni rute Lampung-Jakarta pukul 08.10, 10.50, 14.40, 16.30, dan 17.40. Sementara itu, Jakarta-Lampung yakni pukul 07.00, 09.40, 13.30, 15.20, dan 16.30. Pesawat yang digunakan Sriwijaya yakni mayoritas jenis Boeing 737-300. Mengenai tarif penerbangan, kata Rizal, harga yang terendah yakni berkisar Rp210 ribu, menengah Rp390 ribu, dan yang paling tinggi yakni Rp660 ribu.

Hal senada diungkapkan Manajer Sales dan Servis Garuda Indonesia, Herman Azwar. Menurut dia, prospek penerbangan di Lampung sangat berpotensi baik mengingat tanggapan atau antusias yang ditunjukkan penumpang di Lampung sangat baik.

Saat ini, kata Herman, Garuda Indonesia melayani penerbangan Lampung-Jakarta dan rute sebaliknya, yakni sebanyak tiga kali dalam satu hari, yakni pukul 07.45, 12.30, 17.40 (Lampung-Jakarta), dan pukul 06.30, 11.10, dan 16.25 (Jakarta-Lampung). "Rata-rata penumpang setiap harinya memenuhi kapasitas sheet hingga di atas 80%," kata Herman.

Ada tiga jenis pesawat yang digunakan Garuda Indonesia untuk melayani penerbangan di Lampung, yakni Boeing 737-500 dengan kapasitas sheet 96 penumpang, lalu boeing 737-400 (134 penumpang), dan boeing 737-300 (110 penumpang).

Mengenai tarif penerbangan, kata Herman, pihaknya memberikan harga terendah, yakni Rp436 ribu hingga yang paling tinggi, yakni Rp640 ribu. "Berdasarkan kondisi yang ada saat ini, terlihat Lampung mulai dilirik berbagai kalangan masyarakat maupun investor baik lokal, nasional, maupun macanegara. Sebab itu, rencananya kami akan menambah frekuensi penerbangan karena antusias penumpang semakin menunjukkan prospek yang sangat baik," kata Herman. IYAR JARKASIH/ELINDA/HESMA ERYANI

Sumber: Lampung Post, Senin, 16 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment