August 3, 2010

Dokumentasi Karya Sastra Seniman Lampung Belum Baik

Bandarlampung, 3/8 (ANTARA) - Pendokumentasian karya seniman Lampung, khususnya naskah di bidang seni peran, masih belum benar dan terkesan sporadis.

Menurut Direktur Artistik Teater Satu, Iswadi Pratama, di Bandarlampung, Selasa, meskipun karyanya "Nostalgia Sebuah Kota", sudah didaptasi oleh seniman Jerman dan akan dipentaskan di sana pada November 2010 mendatang, namun naskah tersebut belum dicetak secara resmi dalam bentuk buku, sebagaimana karya seniman besar dunia selama ini.

Iswadi menjelaskan, saat ini ada tiga naskah teater dan monolog karya seniman Lampung diterjemahkan dalam bahasa asing, untuk kepentingan adaptasi para seniman dan akademisi seni di luar negeri.

Tiga naskah tersebut adalah "Wanci" dan "Sebuah Catatan" karya Imas Sobariah, dan "Nostalgia Sebuah Kota" karyanya. "Ketiga naskah tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman," kata dia.

Dia melanjutkan, meskipun sudah diterjemahkan dalam bahasa asing dan adaptasi pementasannya akan segera dilaksanakan, ketiga naskah tersebut belum terdokumentasi dengan baik.

Seniman lainnya, yang karyanya juga diterjemahkan, dan sedang dalam proses adaptasi pementasan, Imas Sobariah, mengungkapkan hal yang sama.

"Kami memang menandatangani legal formal naskah pengadaptasian naskah, namun saya akui naskah itu sama sekali belum tercetak dalam bentuk buku," ujar dia.

Menurut dia, Pemprov Lampung seharusnya mengambil inisiatif untuk mendokumentasikan ketiga naskah tersebut, sebagai langkah penyelamatan.

"Tiga naskah itu merupakan aset Lampung, aset nasional, pihak luar negeri saja apresiatif kok," kata dia.

Proses penterjemahan tiga naskah tersebut, kata dia, meskipun menggunakan legalitas hukum yang jelas, hanya berlangsung di antara para seniman saja.

"Permintaan adaptasi ataupun penterjemahan itu berlangsung atas dasar hubungan pertemanan," kata dia.

Imas melanjutkan, tiga naskah yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing itu tidak beredar luas pada penjual dan outlet resmi di Eropa.

"Hasil terjemahan bahasa asing itu hanya beredar dari tangan satu ke tangan seniman yang lain di sana dan tidak dijual bebas," kata Imas.

Imas yang juga manager pertunjukan Teater Satu itu menceritakan, tiga naskah yang diterjemahkan tersebut secara de facto merupakan naskah milik Teater Satu Lampung, dan telah sering dipentaskan oleh grup teater itu.

"Teater Satu sudah berkali-kali mementaskan tiga naskah tersebut, kebetulan ada beberapa pihak yang tertarik mengadaptasi di negaranya, untuk kepentingan pementasan ataupun kajian akademis," kata Imas.

Proses penterjemahan untuk dua naskah teater karya Imas berlangsung pada 2009, sementara karya Iswadi berlangsung pada 2008.


Sumber: Antara, 3 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment