SUKAU--Sajian makanan serbahitam menjadi ungkapan rasa syukur dan harapan masyarakat petani keramba Pekon Lombok, Kecamatan Sukau, Lampung Barat, lewat ritual nyanggakh (ruwat) Danau Ranau, Senin (9-6).
Ritual itu merupakan budaya masyarakat setempat dilakukan turun-temurun yang menjadi ungkapan rasa syukur atas kekayaan alam Danau Ranau seperti ikan air tawar dan keindahan alamnya yang banyak menarik pengunjung.
Selain itu nyanggakh juga bermakna doa dan harapan agar usaha karamba ikan air tawar yang kini dilakukan masyarakat serta usaha lain yang berkaitan dengan Danau Ranau bisa berhasil dan mendapatkan keuntungan.
Prosesi ritual yang dipimpin H. Hazkia, tetua kampung di daerah setempat, dimulai dengan pemotongan kambing yang kulitnya berwarna hitam pada pagi hari untuk dimasak sebagai bahan sajian tumpeng.
Bahan sajian lain disiapkan dalam satu wadah seperti ketan hitam, tebu hitam, air kopi hitam, rokok hitam, cucur hitam, serabi hitam, talas hitam, dan ubi hitam.
Selanjutnya sekitar pukul 16.00, prosesi dimulai puluhan petani karamba membawa makanan tersebut ke tempat yang sudah ditentukan, yakni tepi Danau Ranau. Amben disiapkan sebagai tempat sajian-sajian tersebut.
Setelah semuanya siap, tetua kampung diikuti masyarakat tani lain berkumpul tepat menghadap Danau Ranau. Pimpinan prosesi ritual mulai nangguh menyampaikan doa-doa sesuai dengan permintaan yang berhajat melaksanakan ritual tersebut.
Setelah dibiarkan beberapa saat, makanan itu diserahkan kepada orang yang tidak mampu atau orang yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan ritual.
Madin, ketua kelompok petani karamba, mengatakan budaya nyanggakh sudah dilakukkan turun-temurun sebagai ungkapan rasa syukur dan keinginan yang disampaikan melalui doa kepada Allah swt.
"Kami bersyukur karena Danau Ranau memiliki banyak manfaat bagi kami, apalagi sekarang masyarakat sudah mulai memanfaatkannya juga untuk budi daya ikan di karamba." HENDRI ROSADI/D-1
Sumber: Lampung Post, Kamis, 12 Juni 2008
No comments:
Post a Comment