BANDAR LAMPUNG (Lampost): Mak Dawah Mak Dibingi ala Udo Z. Karzi, nama pena Zulkarnain Zubairi, mengambil bentuk puisi modern yang dituturkan dengan bahasa Lampung. Karya yang meraih Hadiah Sastra Rancage 2008 itu dipersembahkan sebagai pintu masuk bagi para penyair lokal agar gemar menggeluti sastra Lampung.
Demikian diungkapkan Redaktur Borneonews (grup Lampung Post) itu pada dialog budaya yang digelar di harian umum Lampung Post Selasa (24-6) malam. Kumpulan 50 puisi tersebut adalah jawaban atas minimnya penyair lokal, bahkan orang Lampung sekalipun, yang berminat menggali dan mengangkat potensi bahasa, sastra atau aksara Lampung, ke pentas nasional.
"Orang Lampung itu sebenarnya sambil lalu-lalang saja: Bertemu antara dua orang, bertegur sapa, sindir-sindiran, sebenarnya bisa bersastra. Kalau tahu seperti itu, saya mungkin tidak akan sanggup menulis puisi ini," tutur Zulkarnain.
Puisi-puisi yang diciptakan dalam rentang waktu 1987-2004 itu, menurut dia, memakai bahasa sehari-hari saja. "Pakai bahasa Lampung yang sambil lalu saja, malah bisa dibilang bahasa gaulnya."
"Ini karya kontemporer yang berbahasa Lampung. Mengedepankan isi, tanpa terlalu mementingkan kerangkanya," ujar Pemimpin Umum Harian Lampung Post Bambang Eka Wijaya. Pemimpin Redaksi Lampung Post Djadjat Sudradjat mengatakan karya lokal kini harus mendapat perhatian lebih di tengah-tengah desakan arus globalisasi.
'Paus Sastra Lampung' Isbedy Stiawan berharap karya puisi seperti ini tidak hanya lahir dari dialek a (api) saja tetapi juga dialek o (nyow). "Untuk penghargaan ke depan, baiknya muncul juga puisi yang dari Pepadun."
Pemerhati seni dan budaya Anshori Djausal menilai puisi berbahasa Lampung lama-kelamaan akan diminati jika cara membaca dan pelafalannya dipahami dengan baik. Maklum saja, jangankan hendak bersastra Lampung, berbahasa Lampung sehari-hari saja sudah sangat jarang dilakukan orang pribumi sendiri.
Lebih jauh lagi Iswadi Pratama menginginkan para penyair lokal, Udo Z. Karzi khususnya, tidak sekadar menulis puisi dalam bahasa Lampung. "Tapi juga harus bisa menggenggam tafsirnya. Jika harus dialihkan ke dalam bahasa Indonesia, jangan sampai kekuatan isinya sebagai sastra Lampung itu hilang!"
Raihan Rancage 2008 ini merupakan penghargaan yang pertama bagi penyair dari provinsi paling ujung Pulau Sumatera itu. Dan mulai tahun ini, Yayasan Kebudayaan Rancage akan memberikah Rancage untuk sastrawan Sunda, Jawa, Bali, dan Lampung. n Yoso Muliawan/U-2
Sumber: Lampung Post, Rabu, 25 Juni 2008
No comments:
Post a Comment