SEBUAH hajatan seni bagi pelajar terbesar di Provinsi Lampung yang pertama kali digelar, Pekan Seni Pelajar Lampung (Peksipel), hari ini Minggu (24-2) akan usai. Sebuah ajang yang diharapkan bisa melahirkan bakat-bakat baru dalam bidang seni yang akan membawa nama Lampung dalam kancah nasional bahkan internasional.
Mengapa Peksipel disebut sebagai hajatan terbesar bagi pelajar Lampung? Tentu saja ini bisa dilihat dari item tangkai perlombaan yang digelar yang mencapai 14 tangkai lomba yakni tari kreasi bedana daerah Lampung, modern dance, penulisan puisi, penulisan cerita pendek, pembacaan puisi putra, pembacaan puisi putri, lomba story telling, lomba poster, lomba nyanyi tunggal pop hiburan putra, lomba nyanyi tunggal pop hiburan putri, lomba nyanyi tunggal dangdut putra, lomba nyanyi tunggal dangdut putri, lomba vokal grup, dan musik band.
Selain itu, gelaran yang diselenggarakan selama sepekan ini diikuti sebanyak 1686 pelajar yang berasal dari 101 sekolah setaraf SMA atau sederajat se-Provinsi Lampung. Dan ini bisa jadi merupakan ajang perlombaan seni yang pertama kali di Lampung yang melibatkan hingga ribuan pelajar. Tentu saja ini merupakan satu prestasi tersendiri yang perlu mendapatkan apresiasi.
Terlebih lagi, saat ini begitu banyak cap buruk yang melekat pada diri seorang pelajar yang kesemuanya dikarenakan sebuah proses pencarian jati diri yang salah kaprah. Sebab, biasanya usia remaja kerap melakukan berbagai tindakan yang hanya betujuan agar diterima oleh teman atau eksis pada satu kelompok (peer group) atau mendapatkan perhatian dari keluarga yang telah hilang.
Sehingga dengan masih banyaknya pelajar yang mengikuti gelaran ini, berarti menunjukan bahwa ternyata anak muda Lampung masih banyak juga jumlahnya yang aktif dalam berbagai kegiatan yang positif. Terlebih lagi aktivitas yang dilakukan bergerak di bidang seni yang sangat bermanfaat bagi pengembangan diri dan pikiran seorang pelajar sehingga kelak diharapkan bisa mendapatkan keseimbangan kecerdasan antara otak kanan dan kirinya.
Oleh sebab itu, tidak salah apabila Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Lampung M. Thoha Sampurnajaya mengemukakan bahwa Peksipel diharapkan bisa menjadi ajang tahunan yang bisa menunjang seni budaya daerah. "Sehingga ke depannya selain seni modern yang bisa digelar, harapannya juga bisa mengembangkan lomba baca dan tulis puisi berbahasa Lampung, pop daerah Lampung, dan dangdut daerah Lampung."
Bahkan dia mengharapkan acara ini bisa menjadi salah satu pendukung pengembangan dan penggalian budaya daerah terutama berkaitan dengan bahasa Lampung. "Sehingga ini bisa menjadi salah satu wadah bagi para guru bahasa daerah Lampung serta pelajar Lampung untuk berapresiasi dan menuangkan karyanya, dengan harapan bahasa Lampung bisa berkembang dengan baik," kata Thoha.
Selain itu juga, dia mengemukakan kegiatan ini diharapkan bisa melahirkan seniman-seniman baru yang bisa membawa nama Lampung pada kancah nasional bahkan internasional. "Makanya kami akan memberikan peluang bagi yang berprestasi untuk bisa diprioritaskan masuk Unila tanpa tes. Sebab selama ini UKMBS sudah dikenal sebagai sebagai salah satu kawah candradimuka Lampung dalam melahirkan seniman."
Thoha juga mengemukakan kegiatan ini merupakan salah satu penunjang dari sistem pembelajaran yang ada. "Karena proses pendidikan tidak hanya mengembangkan pada penilaian akademik semata-mata saja. Tapi juga dibutuhkan keterlibatan para siswa dan mahasiswa dalam berbagai ajang kegiatan ekstrakurikuler, sehingga ketika lulus dia akan memiliki kemampuan akademik dan emosional," ujarnya.
Sebab kata dia, saat ini pendidikan seyogianya tidak hanya mengembangkan otak kiri saja, tapi juga perlu ada keseimbangan dengan otak kanan. "Untuk itulah, Unila sangat concern dan mendukung berbagai kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa."
Hal yang tak jauh berbeda juga dikemukkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tibrizi Asmarantaka yang mengemukakan Pemprov sangat mendukung kegiatan positif yang digelar bagi anak muda. "Terlebih kegiatannya bertujuan untuk pengembangan seni budaya di daerah. Sehingga harapannya akan muncul anak muda yang bisa berprestasi dengan bersaing dengan daerah lain."
Dan dia menilai kegiatan ini bisa menjadi ajang silaturahmi bagi pelajar se-Provinsi Lampung. "Selain juga sebagai ajang untuk adu prestasi dengan membawa nama pribadi dan sekolah masing-masing. Sehingga harapannya nanti bisa membanggakan Provinsi Lampung," tambah Tibrizi lagi.
Berkaitan dengan animo yang begitu besar dari pelajar yang mengikuti kegiatan ini juga dirasakan Ketua Pelaksana Peksipel, Aan Primadona Roza. Dia mengaku tidak menyangka dengan jumlah peserta yang mencapai ribuan orang. "Padahal panitia hanya menargetkan sekolah yang mengikuti ajang ini hanya sekitar 50 sekolah, tapi ternyata jumlahnya mencapai 101 sekolah."
Peksipel, Sebuah Kritikan Membangun
Bila kita mau ingat sekitar tahun 90-an awal, di Jakarta, kegiatan sejenis digelar dengan mengangkat nama Bursa Orang Muda (BOM). Kegiatan yang digelar pun hampir sama, yakni menggelar berbagai lomba seni untuk anak-anak muda. Namun memang tangkai seninya sendiri tak sebanyak dengan Peksipel.
Pun juga di akhir tahun 90-an, di Provinsi Lampung pun pernah digelar acara sejenis yakni Pesta Pelajar yang digelar setiap Minggu selama satu bulan lamanya. Kegiatannya sendiri diisi dengan berbagai event lomba seperti lomba basket, cheers leader, band, dan masih banyak lainnya. Malahan di puncak acara, panitia menyuguhkan bintang tamu Base Jam yang ketika itu sedang naik daun. Bahkan acara ini dimeriahkan dengan liputan secara langsung oleh tim Planet Remaja Anteve. Sehingga acara ini menjadi sangat gebyar dan berkelas.
Dan bila berkaca dengan penyelenggaraan Peksipel, sebenarnya sangat disayangkan bila penyelenggaraannya terlihat tidak ada gaungnya. Padahal perlombaan yang digelar sangat banyak dan begitu besar jumlah pesertanya. Sehingga seharusnya gaungnya bisa mengalahkan kegiatan BOM ataupun Pesta Pelajar, tetapi kenyataannya?
Tentu saja, salah satu kelemahan yang terlihat dari penyelenggaraan Peksipel adalah penempatan lokasi perlombaan yang sangat tidak pas. Misalnya saja untuk perlombaan modern dance ataupun lomba menyanyi dangdut putra dan putri penyelenggaraannya digelar di Aula Islamic Center yang tentu saja sangat tidak pas. Pun dengan pemilihan aula tersebut dan gedung KNPI di Jalan Pramuka, Rajabasa, sebagai tempat penyelenggaraan lomba menyanyi lagu pop putra dan putri.
Permasalahan yang melekat dari kedua tempat tersebut adalah sangat jauh yang sulit dijangkau para pelajar yang ingin mendukung atau menyaksikan perlombaan tersebut. Meskipun mungkin saja dipilihnya gedung tersebut karena berada di dekat Unila, sehingga tidak terlalu jauh dengan sekretariat. Namun tentu saja ini akhirnya berkonsekuensi dengan kurang semaraknya kegiatan ini. Apalagi penyelenggaraan modern dance dan menyanyi dangdut, yang maaf, sangat tidak pas digelar di Islamic Center dengan pertimbangan kepatutan.
Padahal bisa saja berbagai kegiatan ini digelar dalam satu areal. Misalnya di Taman Budaya Lampung yang memiliki Gedung Teater Tertutup, Gedung Olah Seni, Gedung Pameran Lukisan, hingga Panggung Terbuka. Sehingga tidak hanya menggunakan Gedung Teater Tertutup saja untuk lomba. Sehingga sangat terasa saat lomba telling story digelar, penonton yang hadir sangat sepi karena terpecahnya kegiatan. Sementara saat lomba tari kreasi bedana, penonton sangat banyak. Mungkin saja kalau kegiatan ini dipusatkan, bisa jadi jumlah penontonnya sangat banyak.
Selain itu juga, kelemahan yang terasa dari sosialisasi panitia berkaitan dengan tangkai lomba yang masih minim. Ini terlihat dari lomba telling story di mana banyak pesertanya malahan lebih menyerapnya seperti lomba monolog. Pun juga dengan keluhan peserta telling story yang harus menunggu lama untuk dilakukannya orientasi panggung pada malam hari sebelum perlombaan karena keterlambatan panitia.
Namun tentu saja sebagai satu ajang perdana, apa pun yang dilakukan panitia merupakan satu kerja keras yang patut dihargai dan sebagai proses pembelajaran untuk penyelenggaraan selanjutnya. Sebab kegiatan ini adalah kali pertama digelar.
Terlebih lagi panitia yang terlibat adalah hampir seluruhnya para mahasiswa yang tergabung dalam UKMBS, sehingga keterlibatan dan keinginannya menggelar kegiatan bagi para pelajar saja sudah seharusnya mendapatkan ancungan jempol. Karena ternyata mahasiswa tidak lagi berada pada menara gading saja.
Tapi, tentu saja ini harus menjadi satu pembelajaran yang serius dari panitia bila memang kegiatan ini akan menjadi satu agenda tetap bagi pelajar. Sebab, tentu saja peserta yang mengikuti kegiatan ini tidak mau tahu apa pun alasan yang diberikan panitia. Karena mereka akan menjadi public relation atas kegiatan ini kepada teman-temannya bahkan adik kelasnya yang mungkin saja tahun depan akan mengikuti kegiatan ini. Sehingga kepuasan peserta serta keprofesionalan penyelenggaraan harus tetap dikedepankan. Terlebih lagi banyak peserta yang berasal dari luar kota. Sudah selayaknya pengorbanan yang sudah dikeluarkan mendapatkan penghargaan yang setimpal. Selamat kepada para juara dan selamat sukses kepada panitia. n Teguh Prasetyo/S-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 24 Februari 2008
No comments:
Post a Comment