February 2, 2008

Penghargaan: Karya Sastra Lampung Dapat Rancage

[BANDUNG] Yayasan Kebudayaan Rancage mulai tahun 2008 ini bakal memberikan hadiah kepada para sastrawan yang menulis dalam bahasa Lampung. Hadiah sastra Rancage yang dimulai tahun 1989 ini, awalnya hanya diberikan kepada sastrawan yang menulis dalam bahasa Sunda.

Penyair WS Rendra turut membacakan puisi dalam peringatan 70 tahun Ajip Rosidi di Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjadjaran, Bandung, Kamis (31/1). Ajip Rosidi meskipun besar di tatar Sunda, tetap memperhatikan dunia sastra Indonesia dengan memberikan hadiah sastra Rancage yang digelar secara rutin dalam 20 tahun ini. (SP/Adi Marsiela)

"Genap sudah 20 tahun hadiah sastra ini diberikan kepada sastrawan yang menulis dalam bahasa-bahasa ibu," kata Sekretaris Dewan Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancage, Hawe Setiawan di sela-sela acara bedah buku otobiografi Ajip Rosidi, Hidup Tanpa Ijazah dalam peringatan 70 tahun sang penulis di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Bandung, Kamis (31/1).

Menurut Hawe, pengumuman para pemenang hadiah "Rancage" selalu dilakukan pada tanggal 31 Januari setiap tahun, terpisah dengan acara penyerahan hadiahnya.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancagé, Ajip Rosidi mengatakan karena keterbatasan dana, maka untuk bahasa Lampung hadiah hanya diberikan untuk karya.

"Mudah-mudahan dalam tahun-tahun yang akan datang, untuk orang atau lembaga yang berjasa dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa Lampung juga akan diberikan Hadiah Rancage.

Menurut Hawe, masyarakat Lampung sebenarnya cukup kaya dengan karya sastra berupa adi- adi (pantun), warahan (cerita), hiwang (ratapan berirama), dan sebagainya, kebanyakan berupa sastra lisan, meskipun ada beberapa yang sudah dibukukan. Mereka juga mempunyai huruf sendiri, meskipun sekarang tidak digunakan lagi.

Yang terkemuka ialah Udo Z Karzi (nama péna Zulkarnain Zubairi) yang telah menerbitkan buku Momentum (2002) dan Mak Dawah Mak Dibingi (Tak Siang Tak Malam, 2007). Sajak-sajak Udo Z. Karzi, terangnya, mencerminkan semangat zaman. Diharapkan akan mampu merangsang para sastrawan lain untuk menulis dalam bahasa ibunya, bahasa Lampung.

"Untuk pertama kali Hadiah Sastra Rancage untuk karya ditetapkan untuk diserahkan kepada pengarang kumpulan sajak ini," kata Hawe.

Kepada Udo Z Karzi akan diberikan Hadiah Sastra Rancage 2008 untuk karya berupa piagam dan uang sebesar Rp 5 juta. Dengan penghargaan ini, maka setiap tahun Yayasan Kebudayaan Rancagé harus mengeluarkan lebih dari 6 hadiah untuk empat bahasa ibu, yaitu Bali, Jawa, Lampung, dan Sunda. Di samping itu, kadang-kadang memberikan Hadiah "Samsudi" buat pengarang yang menerbitkan buku bacaan anak-anak unggulan dalam bahasa Sunda.

Mulai tahun 2008 ini juga, Rancage menggelar penghargaan baru, berupa Hadiah Hardjapamekas, untuk guru bahasa Sunda di tingkat SD, SMP dan SMA. Upacara penyerahan Hadiah Sastra Rancagé dan Hadiah Samsudi rencananya bakal dilaksanakan melalui kerjasama Yayasan Kebudayaan Rancagé dengan Universitas Padjadjaran pada bulan Mei 2008 di kampus universitas tersebut.

Tiga Kali Rancage

Hadiah sastra Rancage untuk Sastra Sunda diberikan kepada roman karya Godi Suwarna, Sandekala. Dengan hadiah ini, Godi menjadi tiga kali memperoléh Hadiah Rancage, semuanya untuk karya, yaitu tahun 1993 untuk kumpulan sajaknya Blues Kere Lauk dan tahun 1996 untuk kumpulan cerita pendeknya Serat Sarwasatwa.

Sementara Hadiah Rancagé 2008 untuk jasa karena telah melakukan usaha memelihara dan melestarikan bahasa Sunda diberikan kepada pimpinan grup Teater Sunda Kiwari, R Dadi Danusubrata. Sementara untuk hadiah Samsudi 2008, diberikan kepada Ai Koraliati yang menulis buku bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda, Catetan Poean Rere.

Untuk kategori Sastra Jawa, kumpulan sajak berjudul Bledheg Segara Kidul karya Turiyo Ragilputra menjadi yang terpilih. Karya Turiyo, yang diterbitkan Gema Grafika, Yogyakarta itu menggambarkan sikap dan perhatian penyair kepada kebudayaan, bangsa, dan kawan-kawannya.

Menurut Ajip, gagasan yang kompleks dari penyair mampu diungkapkan dengan pilihan kata yang khas Jawa. Secara keseluruhan, karya itu dianggap dinamis, utuh, dan total.

"Untuk jasa dalam pengembangan bahasa dan sastra Jawa, Hadiah Sastra Rancage 2008 ditetapkan untuk dihaturkan kepada Sriyono, redaktur majalah Jawa Jaya Baya sejak 1979," katanya.

Selepas menjadi wartawan Indonesian Daily News (IDN), Jawa Pos, Sriyono menulis di Jaya Baya lewat Roman Secuwil yang menjadi tempat latihan para pengarang muda pemula menulis dalam bahasa Jawa. "Sriyono akan dihaturkan Hadiah Sastra "Rancage" 2008 untuk jasa berupa piagam dan uang Rp 5 juta," kata Hawe.

Bagi karya sastra dalam bahasa Bali, dia menjelaskan, selama tahun 2007 hanya terbit 5 judul buku. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai belasan judul.

Menurut Hawe, meskipun secara kualitatif menurun, namun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karya-karya terbitan tahun 2007 menunjukkan pengungkapan dan pengucapan baru tanda kreativitas jalan terus. Antaranya nampak pada pencarian dan pencapaian estetika bunyi yang terdapat pada puisi dan estetika bentuk yang tampak pada prosa.

Untuk tahun ini, hadiah itu diberikan kepada Tiang Bajang Kayang-kayang, karya I Nyoman Manda. Sastrawan yang terpilih untuk menerima Hadiah Sastra Rancagé 2008 untuk jasa ialah I Madé Suatjana, yang menemukan program penulisan aksara Bali yang disebut Bali Simbar dan bisa diaplikasi léwat program Microsoft Word.

Program Bali Simbar mulai dirancang tahun 1986 dengan menggunakan program Chi-writer dengan melakukan modifikasi font sehingga aksara Bali bisa diketik léwat komputer.

Temuan Bali Simbar itu pertama kali disosialisasikan tahun 1989 dalam ajang pameran Pesta Kesenian Bali di Denpasar. Tahun 1993, Yayasan Sabha Sastra Bali yang bergerak dalam pembinaan bahasa dan sastra Bali modern mulai menggunakan temuan Made Suatjana untuk mengetik naskah buku pelajaran tingkat SMP.

Mulai tahun 1999 program Bali Simbar dipakai di Percetakan Bali untuk mengetik buku sastra dan buku pelajaan beraksara Bali. Tahun 2001, Made menciptakan program transliterasi huruf Latin ke aksara Bali, untuk mengembangkan program terkait.

"Kepada I Made Suatjana akan dihaturkeun Hadiah Rancage untuk jasa berupa piagam dan uang Rp 5 juta," kata Hawe. [153]

Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 1 Februari 2008

No comments:

Post a Comment