ALHUSNIDUKI Hamim meninggal dan tiba-tiba kita merasa kosong. Pak Duki, seluruh kolega mendiang menyebutnya demikian, adalah nama yang menggurat cukup dalam di Lampung.
Sebagai pendidik hampir sepanjang hayat dikandung badan, almarhum meninggalkan jejak ilmu yang menerangi ribuan anak didik, jejak yang kelak meluncurkan mantan muridnya duduk di pelataran terbaik di Lampung, bahkan negeri ini.
Rektor Universitas Lampung ini (1990-1994-1998) dikenal karena kesantunannya. Dengan keteladanan itu pulalah dia menghadapi keseharian dunia kemahasiswaan yang hiruk-pikuk. Dengan sikap yang sama, Rektor pertama lulusan Unila ini mengawal kelimun mahasiswa saat kampusnya ikut menghadapi detik-detik "persalinan" reformasi. Berbasis pola serupa, Pak Duki sukses menakhodai kampus besar selama dua periode kepemimpinan.
Komitmen dan perhatian lelaki kelahiran Menggala, 10 Desember 1939 tersebut terhadap universitas terbesar di Lampung tercatat dengan tinta emas. Ketekunannya di bidang pengembangan akademik mewarisi beribu hal baik yang bisa dinikmati hingga sekarang.
Pak Duki termasuk perintis Unila. Sebagai pendidik dan pimpinan, beliau mendorong pendidikan berbasis information and communication tecnology (ICT) di Unila. Beliau punya visi, penguasaan internet menjadi kecakapan tambahan alumni selain TOEFL (test of English as a foreign language). Almarhum ingin menjadikan kampus Unila leading di Sumatera dan masuk kampus papan tengah Indonesia. Almarhum ikut serius mengarahkan DUE Project Unila kala itu untuk investasi di bidang hardware, software, dan humanware.
Hasilnya, sekarang Unila diperhitungkan dan menjadi simpul penting ICT. Unila menjadi koordinator ICT untuk 18 kampus di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. "Kewajiban kami melanjutkan cita-cita beliau," tulis Safarudin, alumnus yang menjadi pengajar di FISIP Unila dan kini studi lanjutan di UGM, dalam pesan singkatnya ke harian ini. n HERI WARDOYO/U-1
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 16 Februari 2008
No comments:
Post a Comment