February 20, 2008

Peksipel: Pelajar 'Demen' Pakai Bahasa Gaul

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pelajar di Indonesia, khususnya di Lampung sulit berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pasalnya, pelajar terbiasa menggunakan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari.

Penyair Lampung, Ari Pahala Hutabarat, mengemukakan hal tersebut usai menjadi dewan juri dalam lomba telling story (mendongeng) dalam Pekan Seni Pelajar Lampung (Peksipel) di gedung teater tertutup Taman Budaya Lampung, Selasa (19-2). Hal itu tampak saat peserta tampil di panggung untuk bercerita. "Terlihat sekali kelemahan para pelajar yang tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam bahasa tuturnya. Sebab, mereka terbiasa menggunakan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari."

Dengan demikian, menurut Ari, banyak pelajar yang sepertinya terasing dengan diri sendiri saat membacakan cerita yang menggunakan bahasa Indonesia. "Mereka menjadi sangat kaku dan canggung. Ini sangat terlihat dari kesulitan menggunakan diksi, irama, hingga tanda baca yang ada."

Padahal, para pelajar seharusnya tidak lagi canggung dalam berucap dan berbahasa Indonesia. "Kondisi ini sangat berbeda jika dibanding dengan yang terjadi di luar negeri. Para pelajar di luar negeri memiliki kemampuan bertutur dengan baik ketika di panggung dan tidak canggung," ujar Ari.

Menurut dia, banyak pelajar SMA yang tidak percaya diri (PD) saat berbicara di hadapan banyak orang. Selain itu, berkaitan dengan penilaian peserta telling story, dia mengemukakan banyak guru bahasa selaku pengajar atau pembimbing peserta yang belum mengetahui telling story. "Seharusnya telling story itu adalah berkisah bukan memainkan peran yang ada di cerita yang dibacakan. Jadi, ada perbedaan dengan monolog yang biasa dilakukan."

Sebab, dari delapan peserta yang tampil di hari pertama perlombaan, kata Ari, rata-rata banyak yang mencoba memainkan peran dan melakukan improvisasi yang keluar dari naskah. "Yang lebih parah lagi ada beberapa peserta yang mengompilasi naksah yang ada. Jadi, setiap naskah diambil sepotong-sepotong. Padahal ini sangat dilarang. Harus konsisten dengan satu naskah yang dibawakan."

Sementara itu, lomba mendongeng diikuti 20 pelajar. Hari ini (20-2) akan tampil 12 pelajar yang akan membawakan cerita karya Seno Gumira Ajidarma, Putu Wijaya, Iswadi Pratama, Sapardi Joko Damono, Gabriel Garcia Marquez, dan Mario Levrero.

Selain telling story, digelar lomba menyanyi pop putri yang diikuti 59 peserta. Juga lomba modern dance, penyisihan baca puisi putra dan putri, serta lomba membuat poster. N TYO/S-2

Sumber: Lampung Post, Rabu, 20 Februari 2008

2 comments: