February 14, 2008

Opini: Unila Dibangun oleh Pejuang

-- Anshori Djausal*

SEMASA saya kecil, kedatangan Prof. Hilman Hadikusuma (alm.) ke rumah kami selalu menciptakan suasana yang penuh semangat. Beliau adalah sepupu orang tua saya. Kedatangannya selalu dengan cerita tentang berbagai hal yang menarik perhatian saya.

Beliau memang salah satu pemuda dan pejuang Lampung pada awal kemerdekaan. Beliau pernah cerita tentang upayanya akan mendirikan sebuah universitas di Lampung bersama beberapa nama yang kemudian saya kenal sebagai pendiri Unila.

Mereka di antaranya Abdoel Moeis Radja Hukum dan Alhusniduki Hamim. Mereka menjadi mahasiswa, sekaligus menangani sekretariat Fakultas Ekonomi, Hukum, Sosial. Alhusniduki Hamim kemudian merupakan alumni pertama menjadi rektor Unila pada awal 1990-an.

Masih tergambar ketika Prof. Hilman bercerita pada awal tahun 1960-an itu selalu disertai semangat pejuang yang sangat melekat pada beliau. Seperti, ketika beliau bercerita tentang masa agresi militer dan cerita lainnya. Setelah saya ikuti jejak beliau di Unila dan mengenal lebih banyak tentang sejarah Unila, saya percaya bahwa Unila didirikan oleh semangat "Pejuang".

Sebutlah nama-nama pendiri Unila seperti Hi. Zainal Abidin Pagar Alam dan Nadirsjah Zaini. Bagi yang pernah mengenal mereka akan sependapat, bahwa Universitas Lampung yang resmi lahir 23 September 1965 ini didirikan oleh semangat pejuang.

Semangat mendirikan sebuah universitas baru di Lampung saat itu jelas didorong oleh keberadaan Provinsi Lampung yang juga baru terbentuk. Pemerintahan Provinsi Lampung yang baru dan Universitas Lampung yang terbentuk setahun kemudian harus dilihat sebagai kebersamaan dalam mewarnai perkembangan daerah dan masyarakat Lampung.

Secara objektif dapat dilihat dari ketelibatan kelembagaan maupun personel, kebersamaan membangun daerah ini baik dari pihak pemerintah daerah maupun sebaliknya saling melengkapi.

Gubernur Lampung H. Zainal Abidin Pagar Alam pernah menjadi Ketua Presidium Universitas Lampung menggantikan Kusno Danupoyo. Sebaliknya, beberapa personel Unila saat itu pun harus berkiprah langsung atau turut membangun pada awal pemerintahan provinsi.

Rektor Unila Prof. Sitanala Arsyad (1973--1981) adalah perintis dibentuknya Badan Perencanaan Daerah. Beberapa nama lain dapat saja disebutkan dalam daftar yang panjang tentang hubungan saling menbangun ini. Awal tahun 1980-an, ketika saya mulai bergabung dengan Unila, saya masih merasakan semangat pejuang dan semangat kebersamaan untuk membangun Unila.

Saat ini, sudah hampir 40 tahun kemudian. Kampusnya berdiri anggun di Gedong Meneng. Mahasiswa lebih dari 24.000. Ada tujuh fakultas, 690 dosen dengan kualifikasi S2, 116 doktor dalam berbagai bidang ilmu, 17 guru besar, puluhan laboratorium.

Unila bukan lagi hanya sebuah universitas daerah, melainkan sudah merupakan universitas yang alumninya sudah berkiprah secara nasional. Unila sudah menjadi universitas nasional. Alumni Unila sampai wisuda yang terakhir, maret 2007 seluruhnya mencapai 54.675 orang.

Secara pasti Unila telah melangkah dalam kiprah yang lebih luas. Mahasiswa yang berminat masuk ke Unila bukan lagi berasal dari Lampung saja, melainkan juga dari daerah lain.

Kerja sama dengan University of Kentucky, terutama untuk pengiriman tugas belajar bagi dosen-dosen muda pada awal tahun 1980-an menandai perkembangan kualitas tenaga pengajar yang sangat berarti. Fakultas Pertanian (FP) yang memanfaatkan kerja sama ini, baik pengiriman dosen maupun pengembangan kelembagaan.

FP menjadi fakultas yang besar mengikuti FE dan FH yang telah lebih dahulu berkiprah. Kerja sama dengan University of Kentucky ini masih berlanjut sampai sekarang.

Awal tahun 1990-an merupakan awal berkembangnya FT dan FMIPA, selanjutnya PS. Kedokteran mulai dikembangkan pada awal 2000. Kemajuan Unila di bawah pimpinan rektor dari yang pertama sampai saat ini telah menempatkan Unila sebagai universitas yang penting di kawasan Indonesia bagian barat.

Berbagai kinerja dengan beberapa indikator dapat dilihat dari tahun ke tahun. Hasil audit kinerja kelembagaan Unila terakhir yang dilakukan Inspektorat Jendral Diknas menunjukkan nilai 3.83 (baik) dari skala 0 hingga 5.

Sejak awal delapan puluhan, Unila telah meletakkan dasar-dasar sistem informasi manajemen berbasis komputer. Unila menempatkan ICT (information, communication and technology) sebagai kebijakan penting dalam pengelolaan universitas secara luas. Sistem informasi akademik (siakad) di Unila sudah lama menjadi acuan bagi universitas lain.

Saat ini, setiap mahasiswa dapat mengakses informasi tentang kemajuan akademisnya, konsultasi dengan jurusannya dari mana saja. Informasi tentang ini lebih jauh dapat dilihat online pada: http://www.unila.ac.id/

Kerja sama tripartit, universitas, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat telah banyak dirintis dengan basis common interest, ketertarikan pada isu yang sama dan memberikan manfaat bagi semua pihak. Termasuk dengan luar negeri, salah satu contoh adalah antara Unila, Toyohashi University of Technology dan JFE-Techno Research Corporation, Jepang tentang energi yang terbarukan.

Bentuk kerja sama pertukaran mahasiswa dan dosen juga berjalan sejak 2003 dengan CENEARC (Centre National d'Etudes Agronomiques des Regions Chaudes) yang berpusat di Montpellier, Prancis.

Sebuah program studi magister akan dibuka pada tahun 2008 dengan program Management of Natural Resources and Rural Development, dengan bahasa pengantar Inggris dan Indonesia. Program ini dilaksanakan bekerja sama dengan Lembaga Agris Mundus Uni Eropa yang beranggotakan enam negara Eropa dan delapan negara berkembang, Indonesia diwakili Unila.

Sebuah penelitian internasional yang terus menerus, kerja sama dengan negara tropis tentang keanekaragaman biota tanah tropik dan tentang metan serta biomassa. Unila secara nasional telah berhasil mengembangkan TOT (teknologi tanpa olah tanah), benih jagung srikandi dan teknologi lahan kering lainnya.

Sebuah penulisan buku tentang budaya Lampung juga sedang berjalan, yaitu kerja sama Unila dengan Kyoei University, Jepang. Penulisan ini berdasarkan kerja sama penelitian dalam waktu yang panjang.

Dalam waktu dekat, Unila akan mengembangkan pusat keunggulan berbasis biomassa. Pusat keunggulan ini telah menjadi kesepakatan bersama antara seluruh universitas di wilayah barat, Sumatera dan Kalimantan untuk membangun pusat keunggulan lokal dan wilayah.

Empat pusat keunggulan tersebut, pertama, pengelolaan lahan gambut (Unpar, Unsri, Unri, Untan); kedua, tanaman obat tropis (Unsyah, Unand, USU); ketiga, industri biomassa (Unila, Unib); dan keempat, kebakaran hutan (Unsri, Untan, Unpar).

Pusat keunggulan ini segera dibangun bekerja sama dengan berbagai pihak. Pendanaan telah mendapat persetujuan dari pemerinah pusat. Peningkatan kualitas belajar mengajar, penelitian dan pengembangan di Unila akan terus bergulir. Unila membuka jalan untuk berkiprah lebih luas.

Bagi awam mengukur pencapaian sebuah lembaga pendidikan tinggi seperti Unila saat ini tidak dapat melihatnya hanya sebagai sebuah sistem produksi, misalnya saja populernya sebuah lagu pop atau populernya mi instan. Atau seperti menggigit sebuah cabe rawit. Langsung pedas. Suatu proses pendidikan adalah dari generasi ke generasi.

Kiprah dan pencapaian sebuah lembaga pendidikan adalah "membangkitkan sebuah peradaban", merubah cara berpikir, membentuk cara hidup, membangun pengetahuan, membentuk sebuah kebudayaan, kemudian membangun peradaban. Unila dengan kapasitas kelembagaan seperti yang ada sekarang sudah pasti ikut "membangkitkan" daerah dan masyarakat Lampung.

Baru saja, senat Unila meluncurkan visi 2025. Pada tahun itu, Unila menjadi 10 perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Memang bukan pekerjaan yang mudah. Memerlukan rencana strategis yang sangat kuat, kerja sama dengan pemerintah, swasta dan masyarakat yang saling melengkapi. Tri dharma kampus memang sesuatu yang utuh yang menempatkan kampus bukan sekedar menara gading.

Visi 2025 harus menginspirasi berbagai komponen di dalam dan di luar Unila untuk kemudian bergerak meraih asa. Sangat relevan untuk kembali mengingatkan, Unila yang awalnya dibangun dengan "semangat pejuang dan kebersamaan" masih diperlukan untuk mencapai visi 2025.

Semangat pejuang ini harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pencapain visi 2025. Pencapaian bukan semata dapat dikejar dengan angka-angka, melainkan nilai-nilai yang penuh semangat juang seperti yang dimiliki para perintis Unila. Tanpa pamrih.

Generasi demi generasi telah tumbuh di Unila, yang harusnya mampu melanjutkan semangat untuk maju, tetapi harus dibarengi dengan sikap menjunjung kebersamaan agar dapat menghadapi rintangan atau hambatan untuk maju.

Pekan-pekan ini akan dilangsungkan pemilihan rektor Unila, menggantikan Prof. Dr. Muhajir Utomo. Hendaknya bukan hanya memilih yang unggul saja, melainkan yang terbaik untuk membawa Unila ke depan.

* Anshori Djausal, Pembantu Rektor Unila Bidang Perencanaan dan Kerja Sama

Sumber: Lampung Post, Kamis, 24 Mei 2007

No comments:

Post a Comment