BANDAR LAMPUNG (Lampost): Yayasan Sekolah Kebudayaan Lampung (SKL) mendesak DPRD Lampung membahas dan mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Bahasa Daerah dan Kebudayaan Daerah yang disampaikan eksekutif kepada legislatif awal Februari 2008. Perda ini penting bagi masyarakat di Lampung yang hendak memasuki usia ke-44 pada 8 Maret mendatang.
"Hampir semua daerah di Indonesia sudah memiliki perda yang bertujuan menjaga dan melestarikan warisan leluhur budaya itu," kata Direktur Eksekutif Yayasan SKL Y. Wibowo didampingi Direktur Riset Budi Hutasuhut di Bandar Lampung, Kamis (28-2).
Menurut dia, dengan adanya perda akan makin jelas batasan-batasan tentang nilai-nilai budaya yang mesti direvitalisasi untuk disesuaikan dengan kondisi zaman saat ini.
Wibowo menjelaskan tidak adanya perda serupa menyebabkan setiap orang membuat definisi sendiri tentang nilai budaya masyarakat Lampung, sehingga kebudayaan Lampung menjadi sangat kaya akan versi. Kondisi ini memberikan kesulitan bagi setiap generasi muda untuk mempelajari budayanya masing-masing, yang akhirnya memutuskan untuk tidak mempelajari dan mewariskannya sama sekali.
Budi menambahkan dari sejumlah penelitian yang dilakukan Yayasan SKL menunjukkan tidak jelasnya batasan nilai budaya daerah akibat struktur budaya Lampung dan dibangun oleh ragam nilai budaya yang ada di Indonesia. "Kebudayaan Lampung merupakan hasil asimilasi sejumlah budaya, di mana pengaruh budaya melayu sangat dominan," kata dia.
Fakta ini sangat terasa setelah Yayasan SKL bersama Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Lampung meneliti arsitektur rumah tradisional masyarakat Lampung. Rumah-rumah tua yang ada di Lampung diperkirakan berusi 200--300 tahun, merupakan rumah panggung yang sangat kuat dipengaruhi oleh arsitektur rumah-rumah masyarakat Melayu.
Menurut Budi, perda yang kini ada di DPRD Lampung harus membuat batasan tegas tentang bahasa daerah dan kebudayaan daerah karena pengaruh budaya lain ke dalam budaya Lampung tidak bisa diabaikan. "Struktur budaya masyarakat Lampung sejak ribuan tahun lalu sudah terbentuk dari pengaruh sekian banyak budaya di Indonesia. Pengaruh budaya Jawa, Sunda, dan Bali muncul pada masa kolonialisme sekitar abad ke-20," kata dia. n HES/S-2
Sumber: Lampung Post, Kamis, 28 Februari 2008
Coba donk kalo ada yang bahas tentang sifat dasar/perilaku orang Lampung.
ReplyDeleteYang saya pernah baca tulisan Lampung yang sebenarnya Lappung.
Teman saya orang Batak pernah mengatakan kepada saya bahwa Lappung ada dalam bahasa Batak. Ketika saya tanya arti Lamppung dia hanya tersenyum tidak mau memberitahu.
Sayang komentar ini anonim. Coba rajin-rajin membaca postingan di ulun lampung ini. Asal-usul, adat-istiadat, kebiasaan, kelakuan/perilaku, bahasa, sastra, dan sebagainya tentang Lampung (tidak semata sebagai provinsi, tetapi juga sebagai suku Lampung, bahasa Lampung, dan budaya Lampung) banyak dibicarakan di sini.
ReplyDeleteTapi, saya setuju terlalu sedikit orang yang punya perhatian (misalnya mengadakan riset atau penelitian tentang budaya Lampung). Makanya, hadir blog ini.
Trims.