BANDAR LAMPUNG--Hari ini (22-1) Festival Durian 2009 yang digelar di Taman Wisata Alam Batu Putu, Telukbetung Utara, dibuka Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno. Festival itu berlangsung selama tiga hari, Jumat hingga Minggu (23--25-1).
Dalan event internasional yang bakal dihadiri sedikitnya 50 wisatawan asing asal Jepang dan India ini panitia menyiapkan sekitar 1.000 buah durian.
Durian banyak diperlukan karena akan menjadi bahan baku berbagai jenis lomba. Namun, bukan durian putra alam--yang menjadi ikon Bandar Lampung--yang disiapkan. Pasalnya buahnya masih kecil.
"Musim durian putra alam kini jelek sehingga tidak bisa ditampilkan dalam festival," kata Sibli Rais, Ketua Yawisal (Yayasan Wisata Alam Lampung) yang juga ketua Panitia Festival Durian 2009 ini tadi malam (22-1).
Meski demikian, pihaknya mengumpulkan durian yang berasal dari sekitar Batu Putu. Kekurangannya diambil dari tempat lain. Sibli menjelaskan pada hari pertama akan diisi kegiatan pembukaan, pentas seni budaya, dan hiburan. "Pentas seni budaya diisi Himpunan Pelajar dan Mahasiswa asal Lampung di Yogyakarta. Mereka akan menampilkan seni budaya Lampung," kata dia.
Lalu Sabtu (24-1), baru mulai digelar lomba aneka cipta makanan berbahan baku durian. Peserta lomba adalah masyarakat sekitar Batu Putu. "Jadi wisatawan dapat melihat langsung lomba membuat makanan berbahan baku durian," ujar Sibli.
Kemudian juga ada lomba makan durian. "Siapa saja boleh mengikuti perlombaan ini dan tidak dipungut biaya," kata Sibli.
Minggu (25-1) digelar lomba foto durian dan lomba mewarnai durian dengan peserta anak-anak. Acara digelar hingga malam hari dan ditutup dengan pentas seni budaya serta makan durian bersama.
Selain itu, pihaknya juga menyiapkan tempat untuk lokasi "pasar Dadakan' hasil pertanian masyarakat.
Tidak Optimal
Sibli mengakui pelaksanaan Festival Durian 2009 ini tidak bisa dilaksanakan optimal. Hal ini terjadi karena pihak-pihak yang terlibat, baik dari Pemkot maupun pengusaha hotel dan restoran yang tergabung dalam PHRI dan kalangan biro perjalanan yang tergabung dalam Asita, tidak sinergi.
Infrastruktur juga tidak dipersiapkan secara baik. Jalan menuju Taman Wisata Batu Putu terutama yang melalui Kemiling--Perumahan Beringin Raya, banyak yang rusak sehingga mengurangi kenyamanan wisatawan yang berkunjung. Namun, jalan masuk melalui Jalan P. Emir M. Noer relatif lebih baik. Jarak antara Bandar Lampung dan lokasi berkisar 5 km.
Kerusakan jalan yang cukup parah juga terlihat mulai pintu masuk Taman Wisata Batu Putu hingga lokasi festival. Jalan sepanjang lebih dari 500 meter tersebut berbatu.
Selain itu, di lokasi festival panitia hanya menyiapkan tenda ukuran besar. Fasilitas yang disiapkan adalah kamar mandi semipermanen dan terbuat dari kayu. Itu pun hanya dua pintu.
Sementara itu, kamar mandi permanen yang dikerjakan pemborong tidak bisa digunakan. Bangunan dari luar terlihat bagus, tapi di dalamnya masih berantakan dan tidak bisa digunakan.
Kemudian ada musala kecil berukuran sekitar 4 x 4 m�MDSU�2. Sementara itu, fasilitas pendukung lain seperti pondokan untuk beristirahat, warung makan alternatif, dan lainnya.
Patut disayangkan paket wisata yang sudah masuk agenda nasional ini tidak dipersiapkan secara baik dan optimal. Persiapan terkesan terburu-buru dan hanya dikerjakan Yawisal. Padahal seharusnya lebih banyak pihak yang bisa terlibat aktif, terutama dari PHRI dan Asita.
Meski demikian, kekurangan itu diharapkan tidak membuat para wisatawan yang berkunjung jera. n MUSTAAN/TRIHADI JOKO/K-2
Sumber: Lampung Post, Jumat, 23 Januari 2009
No comments:
Post a Comment