PUNDUH Pidada memang dikenal sebagai kampung tua. Banyak situs yang belum tergali. Salah satunya adalah keberadaan batu telapak.
Situs legenda lainnya adalah buluh punduh yang dikenal sebagai senjata paling ampuh hanya dari bilah bambu. Senjata buluh punduh dari rumpun bambu pilihan ini juga di kalangan Jagabaya dan preman sebagai senjata setitik darah.
Senjata ini hanya butuh sedikit sayatan dari bagian tubuh lawannya dan tak sampai hitungan detik, tubuh lawan bisa langsung membiru karena racun.
Buluh punduh ini diperoleh dari rumpun bambu yang ada di kampung tua. Mitos yang berkembang adalah dahulu seorang penawar racun senjata badik membuang racun badik dengan menyimpannya di dalam batang bambu kemudian menguburnya di dalam tanah. Belakangan batang bambu berisi racun yang dikubur di dalam tanah itu tumbuh menjadi rumpun bambu beracun.
Semula banyak masyarakat Punduh Pidada yang tidak mengetahui tentang rumpun bambu beracun itu. Tetapi setelah kawanan gajah yang mati karena memakan rebung--bambu muda yang bisa dimakan--mereka mulai tahu.
Sejak itu, baru diketahui jika rumpun bambu itu beracun, dan masyarakat membiarkan rumpun-rumpun bambu itu tumbuh liar. Bahkan, kini luasnya sudah berhektare-hektare.
Untuk mencari bilah bambu pilihan untuk dijadikan senjata pun harus melalui ritual. Bambu senjata umumnya akan memantulkan sinar terang di malam hari dan dari sekian banyak rumpun itu biasanya hanya satu batang bambu saja yang memantulkan sinar itu.
"Tidak semua rumpun bambu itu bisa dijadikan senjata, prosesnya panjang dan harus melalui ritual terlebih dahulu kalau memang benar-benar ingin mencari senjata buluh punduh," tutur Hasanudin, salah satu tokoh setempat.
Batu telapak dan buluh punduh itu mungkin hanya sebagaian kecil dari sekian banyak legenda yang ada di Punduh Pidada yang bisa dijadikan sebagai kekuatan wisata. Selain itu, kekayaan perairan lautnya juga bisa dijadikan tantangan untuk para mancing mania.
Di sekitar Pulau Legundi maupun di Pulau Balak yang juga masih masuk dalam wilayah Kecamatan Punduh Pidada, potensi ikan sejenis baracuda, simba, lemadang atau tuna juga tinggi.
Lokasi ini bisa menjadi spot memancing yang paling menantang dari sekian banyak spot-spot memancing yang ada di kawasan Teluk Lampung yang sudah begitu banyak tergerus oleh limbah dan hutan-hutan mangrove yang habis disulap menjadi tambak udang.
Pemancing-pemancing asal luar Lampung bahkan sudah mengenal spot ini. Memancing hanya dengan mengandalkan alat global positioning system (GPS) khusus pencari ikan bisa diketahui dimana spot paling banyak di Pulau Legundi dan Pulau Balak.
Kayanya potensi ikan ini kami buktikan. Tiga kilogram ikan baracuda berhasil kami ditaklukan meski harus berjuang mati-matian melawan tenaga ikan baracuda.
Ikan baracuda adalah ikan yang masih satu garis keturunan dengan ikan hiu. Ikan jenis ini sama ganasnya dengan hiu, terlebih ikan jenis baracuda yang mencari mangsa secara soliter atau sendiri biasanya jauh lebih ganas dari ikan baracuda yang mencari ikan secara berkelompok.
Hampir setengah jam lebih untuk menaklukkan ikan sepanjang satu meter lebih itu. Tali senar joran bahkan nyaris putus karena kuatnya tarikan baracuda yang berusaha menggesek tali senar ke terumbu karang. Satwa laut itu takluk dan berakhir di panggangan. Ah, lezaat. n ERLIAN/M-1
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 Januari 2009
No comments:
Post a Comment