January 11, 2009

Panggung Perempuan Se-Sumatera: Dicari, Sutradara dan Penulis Lakon Perempuan

-- Christian Heru Cahyo Saputro*

LANGKAH mendongkrak kuota peran kaum perempuan tak hanya menyentuh ranah politik, tapi juga merambah jagat kesenian termasuk panggung teater. Gebrakan Teater Satu (Bandar Lampung) kerja bareng Hivos menaja event Panggung Perempuan se-Sumatera adalah salah satu bukti konkret.

Geliat kehidupan teater di Sumatera bak kerakap di atas batu; hidup segan mati tak mau. Panggung teater Sumatera masih sepi dari riuhnya pementasan, apalagi yang melibatkan penulis lakon dan sutradara perempuan. Masih sangat langka, penaka mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Panggung Perempuan se-Sumatera dihelat antara lain untuk menggesa lahirnya sutradara dan penulis lakon perempuan di wilayah Sumatera. Kegiatan ditaja pertengahan November 2008 dan berakhir April mendatang.

Boleh dianggap kegiatan ini sebagai kado Hari Ibu sekaligus Hari Kartini. Dengan berbekal semangat ibu dan Kartini diharapkan para perempuan lewat media teater bisa makin meningkatkan peran dalam ranah kehidupan.

Pelatihan sampai Parade Karya

Seperti disampaikan Ketua Pelaksana Iswadi Pratama, panggung perempuan ini merupakan upaya pemberdayaan teater perempuan di Sumatera. Panggung Perempuan se-Sumatera, masih kata Direktur Artistik Teater Satu ini, adalah program pembekalan dan pemberdayaan perempuan pekerja teater, khususnya penulis lakon dan sutradara dari kelompok-kelompok teater yang menjadi perwakilan setiap provinsi di Sumatera.

Kegiatan yang dibuka dengan diskusi dan pelatihan pada 14--15 November 2008 lalu ini diikuti utusan dari Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Palembang, dan Lampung. Diskusi dengan fasilitator Iswadi Pratama ini berupaya mengeksplorasi masalah-masalah yang dihadapi perempuan pelaku teater di Sumatera dalam mengaktualisasikan diri di panggung teater dan sumber-sumber penciptaan, berkaitan dengan wacana-wacana gender dengan latar belakang sejarah dan kebudayaan di Sumatera. Sedangkan Siti Noor Laila dari LSM Damar, Lampung, membekali pemahaman masalah-masalah gender secara umum.

Pada 16--20 November lalu, peserta dibekali dengan pelatihan penyutradaraan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan di bidang penyutradaraan dengan narasumber Dr. Yudi Aryani (peneliti, pengamat, praktisi teater dari ISI Yogyakarta), Joko Kurnaen (dosen artistik STSI Bandung), dan Lena Simanjuntak (sutradara, Jakarta). Peserta juga dibekali pelatihan penulisan lakon untuk menambah pengetahuan dan keterampilan di bidang penulisan lakon, baik secara teknis dan teoritis.

Peserta pada kesempatan itu juga dibekali pengetahuan dan pemahaman mengemas masalah-masalah gender dalam bentuk lakon. Dengan menghadirkan narasumber Arthur S. Nalan (penulis lakon, ketua STSI Bandung), Yosef Muldiana (sutradara, penulis lakon dari Laskar Panggung Bandung), Faidza Marzoeki (LSM Perempuan, Jakarta, penulis adaptasi lakon Bumi Manusia dari novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer).

Sedangkan lokakarya dan penulisan yang bakal ditaja 8--12 Januari ini agenda kegiatannya berupa presentasi dan evaluasi hasil pelatihan penyutradaraan dan penulisan lakon, dengan narasumber Dr. Yudi Aryani, Joko Kurnaen, Arthur S. Nalan, Yosef Muldiana, dan S.N. Laila. Puncak kegiatan Panggung Perempuan se-Sumatera ini bakal ditaja 25--30 April dengan menggelar parade karya yang akan mengusung karya pertunjukan para perempuan sutradara dan penulis lakon se-Sumatera.

Bakal tampil sebagai pengamat pementasan ini Ags Dipayana (Teater Tetas, Jakarta), Lisa Bona (kurator seni pertunjukan Dewan Kesenian Jakarta), Dewi Noviami (kurator teater, Seni Pertunjukan di Goethe Institut, Jakarta), dan Faidza Marzoeki (Jakarta).

Panggung Perempuan

Dipilihnya perempuan sebagai fokus atau sasaran event ini karena pelaku teater perempuan khususnya sutradara dan penulis lakon masih sangat minim untuk konteks Indonesia.

Hingga saat ini, di Indonesia hanya ada beberapa nama yang sudah dikenal publik, di antaranya Ratna Sarumpaet (sutradara, penulis lakon, aktris di Teater Satu Merah Panggung), Ratna Riantiarno (aktris, manajemen Teater Koma), Margesti (sutradara, aktris di Teater Abu), dan Lena Simanjuntak (sutradara, penulis lakon bagi para perempuan PSK). Ketiganya berdomisili dan bekerja di Jakarta.

Dari generasi yang lebih muda, ada Shinta Febriani (sutradara, penulis lakon di Teater Merah Putih, Makassar), Cici (sutradara, penulis lakon dari Palu), dan Yani Mae (sutradara, penulis lakon dari STSI Bandung).

Ketujuh perempuan sutradara, penulis lakon, dan penanggungjawab manajemen pertunjukan teater inilah yang bisa dianggap relatif ajeg meramaikan event teater di Indonesia. Selebihnya, sebagian besar perempuan yang aktif di teater cenderung memilih menjadi pemain (aktris) atau pelaksana produksi (manajemen).

Penekanan event Panggung Perempuan terhadap profesi sutradara dan penulis lakon karena gagasan artistik dan pemilihan tema atau lokus persoalan yang hendak diaktualisasikan senantiasa bersumber dari sutradara dan lakon yang dimainkan. Jadi, semakin banyak jumlah perempuan sutradara dan penulis lakon teater di Indonesia, gagasan-gagasan artistik dan persoalan yang akan teraktualisasi di panggung teater Indonesia akan makin beragam. Setidaknya akan muncul pendekatan yang lebih otentik dari sisi perempuan. Ini antara lain yang diharapkan dari Panggung Perempuan se-Sumatera seperti disampaikan ketua operasional kegiatan Imas Sobariah.

Dipilihnya Sumatera sebagai lokus program ini juga tidak terlepas dari masih minimnya wacana gender teraktualisasi di media teater di Sumatera. Selain itu, banyak potensi perempuan pelaku teater di Sumatera yang belum memiliki kesempatan lebih baik untuk mengembangkan diri. Dengan munculnya perempuan sutradara dan penulis lakon dari Sumatera diharapkan memberi semangat baru bagi perkembangan teater di Sumatera secara meluas.

Secara strategis, event ini dapat melakukan penguatan isu berdasarkan kesatuan wilayah. Diharapkan juga mampu memberi stimulus pada wilayah-wilayah lain di luar Sumatera dalam rangka membangun wacana perempuan di panggung teater di Indonesia. Batasan terhadap wilayah Sumatera diharapkan dapat memberikan spesifikasi pada persoalan-persoalan perempuan dalam konteksnya sebagai pelaku teater berdasarkan kedekatan sejarah dan latar belakang budaya yang akan dieksplorasi dalam bentuk dialog dan pemilihan sumber-sumber penciptaan karya.

Misalnya mengenai posisi perempuan di lingkup keluarga batih dalam sistem budaya di Sumatera yang satu sama lain memiliki persamaan juga perbedaan.

Mendongkrak Peran Perempuan

Program ini bertujuan untuk memberikan perspektif gender terhadap para penulis lakon dan sutradara perempuan se-Sumatera dalam mengeksplorasi gagasan-gagasan artistik.

Untuk itulah panitia berupaya memfasilitasi perempuan sutradara dan penulis lakon di Sumatera untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan diri lebih jauh dengan modal pembekalan wawasan, keterampilan, dan pengetahuan di bidang artistik dan penulisan dan pemahaman terhadap masalah-masalah gender.

Selain itu, kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya mendinamisasi perkembangan teater, memperkaya khazanah artistik dan naskah drama di Sumatera khususnya dan Indonesia umumnya, yang berasal dari para pelaku teater perempuan. Diharapkan dari kegiatan yang digelar maraton ini bakal lahir 10 sutradara dan 10 penulis lakon dari komunitas teater di Sumatera yang memiliki pemahaman terhadap masalah-masalah artistik dan wacana gender.

* Christian Heru Cahyo Saputro, peneliti folklor pada Sekelek Institute Publishing House, tinggal di Lampung

Sumber: Lampung Post, Minggu, 11 Januari 2009

1 comment:

  1. kunjungi blog LSM Rumpun Tjoet Njak Dien yang bergerak di bidang penguatan, pendampingan dan perlindungan PRT di www.rumpuntjoetnjakdien.blogspot.com

    ReplyDelete