SAMBIL menikmati durian yang jatuh dari pohon (bukan peraman), kicau aneka jenis burung hutan memanjakan telinga kita. Tak jarang mata kita menangkap langsung cengkrama burung-burung dengan keindahan warna bulunya itu. Sepoi angin menyapu penat dan letih. Rindang beragam pepohonan tua membuat kita tetap terlindung dari panas meski pada siang terik.
Bagi Anda yang ingin istirahat (leyah-leyeh) sambil minum kopi di sekitar sini juga banyak kedai sederhana lengkap dengan bale-bale bambu yang memanggil tubuh menghempaskan segala penat. Kalau tidak ada teman perjalanan, bisa-bisa Anda akan kebablasan dalam dengkur. Perjalanan masih jauh, kawan. Segera kemasi barang-barang, kita lanjutkan. Sebagian letih telah tanggal, energi baru kita bawa hingga tujuan.
Jalan terus mendaki, bagi Anda yang mengemudi harus ekstrakonsentrasi.
Bagi yang tidak mengemudi, pesona lembah hijau dengan ngarai-ngarai menawan membuat kita serasa di antara pesona alam yang ada pada film-film India. Serupa terbang menjumput awan-awan putih di pucuk bukit yang terus kita daki.
Kendaraan terus merayap pada jalan yang berkelok dan mendaki. Sesekali lanskap biru laut masih bisa kita nikmati, bergantian dengan ngarai dan gubuk-gubuk di pinggir jalan. Sekali lagi, Anda harus ekstrahati-hati. Di daerah ini, meski sering diperbaiki, karena tekstur tanah tidak padat, jalan sering rusak. Banyaknya jejak kendaraan bertonase berat membuat jalan semakin rapuh, becek, dan licin, tak jarang membentuk kubangan, terutama di beberapa tanjakan yang menikung. Dan, perjalanan semakin menawarkan tantangan bagi para petualang. Bagi yang baru pertama melalui jalan ini, siapkan mental, supaya tidak sering terkejut dengan ngarai yang begitu curam tepat di bawah jalan yang Anda lintasi, sedangkan lebar jalan hanya cukup untuk dua mobil yang berpapasan.
Nuansa TNBBS
Setelah menyibak beberapa bukit, alasroban menawarkan nuansa yang berbeda. Tugu tapal batas menandakan telah memasuki Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) teguh berdiri. Hutan rimba ini lengkap dengan pohon-pohon tua berbagai jenis yang berumur ratusan tahun. Bukan hanya jenis meranti yang banyak tumbuh di TNBBS, jenis semak dan berbagai rerumputan, bahkan di pedalaman TNBBS hutan lumut pun ada. Tapi, ingat ini TNBBS, jika ada kepentingan masuk TNBBS harus minta izin pada pihak Balai TNBBS.
Mamasuki TNBBS serasa ada di Kebun Raya Bogor, hawa sejuk bahkan dingin merayap membuat tangan reflek merapatkan jaket. Rimbunan pepohonan besar di kiri kanan membuat perjalanan serasa berada di dalam lorong, sedikit gelap dan kadang kehilangan arah mata angin karena matahari tidak tampak.
Jika musim gajah lewat, kita akan mendapati jejaknya, berupa kotoran, atau rusaknya tumbuhan ketus yang banyak tumbuh di pingir jalan. Tak jarang juga kita menemui tarisus, primata dengan ukurannya lebih kecil dari monyet yang bersarang di tumbuhan ketus ini. Telinga kita juga akan menangkap riuh suara kera, kicau burung, atau keresak binatang buas yang berdiam di hutan ini. Yang tak henti-hentinya kita dengar, suara cenggerek, bersautan dengan lengking memekakkan telinga, selain elang dan rangkong, yang sesekali melintas. Yang membuat ngeri, auman binatang buas, seolah hendak mendekat ke jalan yang kita lintasi. Tak jarang kita berpapasan dengan ular yang melintas di jalan.
Jika melintas pada petang atau malam hari, suara binatang buas semakin ramai, dari srigala, hariau, lennguh gajah, katak bertanduk, burung hantu, simpanse, bersautan menyambut malam.
Tapi sejak dibukanya jalur ini, menurut penelitian WWF, habitat satwa di hutan ini terganggu. Kini pada rasdius lima kilo meter di kiri kanan jalan, yang semula banyak ditemui kubangan badak aktif kini tak ada lagi. Badak penghuni hutan yang jumlahnya sekitar 50--60 ekor, kini mesuk ke hutan bagian dalam karena terganggu bisingnya kendaraaan. Selain itu, jalur lintas gajah aktif yang semula jumlahnya sebilan jalur, kini tinggal tiga jalur aktif. Gajah yang jumlahnya sekitar empat ratus ekor di dalam hutan ini, kini pun menghindar dari kebisingan.
Meskipun hewan-hewan yang dilindungi ini jarang terihat lagi dari posisi jalur utama, kegarangan TNBBS masih membuat nyali ciut jika melintas sendirian. Jika onderdil kendaraan Anda tidak siap jalan sebelum memasuki hutan ini, jangan melanjutkan perjalanan. Sebab, Anda akan melintasi hutan ini sejauh 11,5 kilo meter. Bagi Anda yang telah siap, nikmatilah petualangan indah di jalan TNBBS.
Keluar dari alasroban, perumahan penduduk dengan tanaman pertanian di kanan-kiri rumah, membuat napas lega. Penduduk di Pekon Pemerihan, Kecamatan Bengkunat, yang kita temui umpama saudara lama yang kita rindukan setelah sekian waktu terperangkap di hutan. Ini adalah wilayah paling selatan di Pesisir Krui. Untuk menuju pusat Kota Krui, masih diperlukan tiga jam perjalanan dengan sepeda motor atau mobil.
Setelah melewati perkampungan ini, Pasar Way Heni adalah tempat yang tepat untuk beristirahat. Di sini banyak warung-warung makan tradisional yang menyuguhkan masakan khas sekaligus keramahan pelayannya. Jika Anda melintas pada hari Senin atau Jumat pada masa panen raya, puluhan bahkan ratusan iring-iringan gerobak dari Way Haru manjadi tontonan yang menakjubkan.
Repong dan Rumah Adat
Setelah puas beristirahat, perjalanan kita lanjutkan melintasi rumah-rumah adat di kiri kanan jalan. Setiap rumah diantarai tanaman palawija. Di belakang tanaman palawija, kebun lada, cengkih, dan kopi menjadi pemandangan yang menentramkan hati. Ini adalah gambaran wilayah yang didendangkan dalam lagu Sang Bumi Rawa Jurai; Ki gham haga bughasan, hujauni pumandangan, kupi lada di pumatang. Api lagi cengkihni telambun beghuntaian tandani kemakmuran.
Pamandangan ini diantarai repong damar sebagai tanaman khas pesisir Krui. Barisan pohon tinggi dengan lubang untuk menderes getah damar manjadi pemandangan yang mudah dijumpai. Rimbun kebun yang menyerupai hutan ini adalah warisan turun-temurun masyarakat adat di pesisir Krui. Perempuan pemanjat dan pengojek damar lengkap dengan bebalang yang tidak kita jumpai di daerah lain mengundang decak kagum. Betapa tangguhnya perempuan-perempuan di sini.
Pemandangan di atas kita dapati di wilayah Ngaras--Ngambur--Marang.
Di daerah ini juga terdapat kampung tua dengan rumah-rumah panggung, menggerombol di antara luasnya persawahan dan gugusan repong damar yang menawan. Di sepanjang jalan ini kita juga akan menjumpai keindahan pantai. Pantai Melasi dan Pantai Ngambur seperti melambai-lambai mengandang kita untuk singgah. Dengan kondidi tubuh yang semakin lelah, Anda bisa tertidur karena semilirnya angin pantai dan suara debur ombak. Bagi Anda yang tetap terjaga, hempasan ombak laut lepas menawarkan pesona tersendiri.
Memasuki wilayah Biha, pesona pantai di antara rumah-rumah adat masih menjadi pemandangan utama, Pantai Way Jambu dan Pantai Tanjung Setia, menjadi catatan untuk disinggahi di lain waktu.
Mamasuki wilayah Tenumbang, Way Suluh, dan Way Napal kita akan mendapati lagi hamparan persawahan di antara rumah-rumah adat. Gemuruh ombak masih menemani perjalanan kita.
Di Way Napal, sempatkan menengok ke kanan, pada sebuah rumah punyimbang adat yang berdiri kokoh meski telah berumur ratusan tahun. Meski terlihat sepintas, rumah ini mengundang decak kagum karena keetnikannya dan berbeda dengan rumah-rumah panggung yang lain.
Kendaraan terus melaju. Tanpa terasa kita telah sampai di Pasar Krui. Di sini kita bisa mengempas segala penat, karena telah sampai tujuan atau akan singgah di penginapan yang tersebar di sekitar pasar.
Di sini kadang kita merasakan angin pantai dan sejuknya pegunungan membuat istirahat Anda semakin berwarna. Selain banyak pantai yang siap memanjakan diri Anda, di antaranya Pantai Mandiri, Pantai Walur, Pantai Selalau.
Di pantai ini kita tidak hanya bisa duduk manis memandang indahnya semesta, ombak yang menggunung sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan untuk bermain selancar. Di Pantai ini banyak turis-turis dan wisatawan lokal yang menghabiskan waktu di antara gelombang.
Ya, rihat sebentar. Sebab, sebenarnya dari sini, kita tinggal memilih hendak ke mana lagi untuk menikmati testinasi alam Lampung Barat lainnya. n SUSILOWATI/N-2.
Catatan:
Jalan trans-Sumatera di Lampung memiliki lima jalur alternatif, yaitu jalan lintas pantai timur (jalinpantim), jalan lintas timur (jalintim), jalan lintas tengah (jalinteng), jalan lintas barat (jalinbar), dan jalan lintas pantai barat (jalinpanbar). Dalam dua tulisan ini yang dimaksudkan adalah jalinpanbar, sehingga ada perubahan judul pada tulisan bagian kedua ini.
No comments:
Post a Comment