SEPERTI bah, puluhan pesan pendek via telepon seluler menyerbu mengomentari berpulangnya Rya Makbul Barusman. Kedukaan mengaliri kalimat mereka--para sahabat, kerabat, mantan murid, dan siapa pun yang mengenal pelopor pendidikan tinggi swasta di Lampung ini. Perasaan kehilangan yang sama menghinggapi ratusan pelayat yang mengiringi kepergian almarhum yang meninggal dunia Jumat dini hari kemarin, pukul 01.50.
Rumah duka di bilangan Jalan Sultan Agung disesaki tetamu takziah. Tampak melayat Gubernur Lampung Syamsurya Ryacudu, Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno, Wakil Wali Kota Kherlani, Bupati Lampung Selatan Wendy Melfa, dan sejumlah tokoh di Lampung. Parkir Masjid Ad Du'a, Way Halim, tempat almarhum disalatkan usai jumatan kemarin, termasuk salat gaib di kampus UBL, sesak dan meluber ke jalan.
Yusuf Sulfarano, Rektor UBL yang juga putra tertua almarhum, mengimami salat jenazah. Dan ratusan pengiring mengantar kepergian Sang Pendidik ke haribaan Ilahi di permakaman keluarga di bilangan Pasar Tamin, Bandar Lampung.
Sebagian besar meneladani kegigihan dan ketekunan almarhum mengelola perguruan tinggi saat masyarakat masih menganggap kampus negeri seperti bintang berkilau dan universitas swasta sekadar planet kecil yang mengitari seadanya. Dan Barusman membalik "mitos" ini.
Secara perlahan, Universitas Bandar Lampung yang dikelolanya menempati hati para orang tua yang kemudian melepas putra-putrinya meniti ilmu di kampus di bilangan Labuhan Ratu, Bandar Lampung, tersebut. Dan UBL membalasnya dengan perbaikan mutu pendidikan yang tidak henti, mendirikan studi strata dua, memperbaiki kualitas tenaga pengajar, dan terus melengkapi fasilitas belajar-mengajar. Puluhan prestasi berskala nasional dan internasional mengganjar semua usaha ini.
Maka, tegaklah bangunan megah delapan lantai dan gedung-gedung lain di sekitarnya, termasuk kampus B untuk pascasarjana. Ribuan mahasiswa menyesaki kampus ini tiap hari, dengan suasana belajar formal-nonformal yang bikin pintar sekaligus bikin betah.
Sebagai pendidik, Barusman dikenal dengan visinya yang amat kuat. Dr. Edi Irawan, dosen UBL, mengatakan era 1980-en, almarhum berani berinvestasi besar menyekolahkan belasan dosen sampai tingkat doktoral. "Dia senantiasa mengayomi yang muda dan tetap hormat kepada yang berjasa membesarkan kampus."
Kelahiran Kampung Gedongmenong, Pakuonratu, Way Kanan, 6 Desember 1937 ini teladan dengan menegakkan fondasi pendidikan sampai akhir hayatnya. Bahkan, Sabtu (10 Januari) lalu pun R.M. Barusman masih memberi pembekalan kepada mahasiswa pascasarjana UBL, bahkan berpidato dengan berapi-api di hadapan mahasiswa.
Barusman merupakan anak ketiga pasangan Abdul Minin (gelar Raja Buay Marga) dan Rohana (gelar Sutan Ngekop). Sejak kelas II sekolah rakyat 1947, suami Sri Hayati dan bapak empat putra-putri ini telah merantau. Tamat SMAN 1 Tanjungkarang 1959, Barusman ke Palembang dan Jakarta. Dia menyelesaikan sarjana di Jurusan Administrasi Niaga, Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, Universitas Tujuh Belas Agustus (FKK Untag), Jakarta, 1966.
Semasa hidup, R.M. Barusman diingat karena kegigihannya. Dia ingin karyawan dan dosen bahu-membahu membangun lembaga. Dia yakin jika yayasan berkembang, mereka yang bernaung di bawahnya bisa makin teduh.
Barusman memperlakukan karyawan dan dosen seperti keluarga besar. Almarhum jeli melihat potensi bawahannya sehingga dapat ditempatkan di posisi yang dikuasainya. Memberikan kesempatan karyawan dan dosen berkreasi dan berprestasi sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya. Profesionalisme menjadi sakaguru yayasan agar bisa bertahan.
Dan tidak sebatas di kampusnya sendiri. Integritas almarhum di bidang pendidikan mencetak banyak kenangan. Berikut sebagian memori yang terpatri:
"Saya mengenalnya sejak 1988; dan sampai pertemuan 20 Desember 2008, saat saya diwisuda di MM UBL, beliau masih mengingatkan agar tidak berhenti belajar. Pesannya, ke depan, ilmu terus berkembang, kita jangan ketinggalan zaman. Selamat jalan Bapak Motivator Pendidikan," tulis Zahral Mutzaini, jurnalis RRI Lampung yang juga dekan FISIP UML.
"Sosoknya yang kebapakan dan gaya kepemimpinan pendidikan yang visioner benar-benar mengayomi serta meneduhkan. Beliau inspirasi bagi para pemimpin pendidikan lain," kata Nasrullah Yusuf, Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi Teknokra.
Safarudin, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pascasarjana UGM mencatat ribuan sarjana telah dicetak Barusman, sosok yang penuh dedikasi dan tanggung jawab. AAN, ASM, dan UBL lahir atas sentuhannya. Ini jelas andilnya melengkapi keterbatasan PTN memproduksi sarjana. Gubernur Lampung Syamsurya Ryacudu adalah lulusan UBL. Dan itu satu dari banyak contoh anak didiknya yang sukses. Impiannya tunggal: Lampung setara dengan daerah lain di Jawa. Baginya pendidikan merupakan bagian ibadah paling konkret.
Riyan Chaniago, mahasiswa UBL, berkirim pesan singkat: "Beliau tokoh pendidikan yang penting di Bumi Ruwa Jurai."
Dr. Suwondo, Ketua Program Pascasarjana FISIP Unila bersurat: "Beliau orang tua yang bijak, sebagai atasan ataupun sesama pendidik. Dialah sang anutan; figur yang amat menghargai orang lain tanpa memandang status seseorang. Sebagai kolega sesama dosen almarhum selalu mendiskusikan berbagai isu demi kemajuan dunia pendidikan.
Saya betul-betul hormat pada beliau. Lampung kehilangan pendidik yang gigih mengangkat harkat dan kualitas SDM di Lampung.
Wakil Direktur Serse Polda Lampung AKBP Yusril Hakim Y.H.S. mengirim SMS: "Saya berutang nyawa dan tidak pernah lupa jasa almarhum. Sewaktu kelas II SMP, saya kecelakaan di Jalan Raya Pasir Putih. Kendati tidak mengenal saya, Pak Barusman langsung melarikan saya ke RSUAM Tanjungkarang. Nyawa saya pun selamat setelah operasi dan pertolongan cepat tanpa pamrih darinya. Semoga Allah menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya."
Faisal Yusuf Helmi, mantan mahasiswa UBL yang kini jaksa di Cabang Kejaksaan Negeri Panjang, menulis: "Pak Barusman merupakan figur yang sangat memperhatikan pendidikan. Ini terlihat saat beliau memperjuangkan UBL dari nol sampai sukses dengan memperoleh akreditasi sehingga para alumnus dapat bersaing dalam dunia kerja. Dan pada kenyataannya rata-rata alumni UBL banyak yang sukses."
Yoke Muelgini, dosen Fakultas Pertanian Unila, mengirim pesannya: "Kita kehilangan pelopor pendidikan yang langka. Visinya melampaui zaman. Almarhum meneladankan dan mewariskan peninggalan mulia berupa landmark yang memungkinkan masyarakat mewujudkan insaniah untuk mengarungi the greatest resource of all: Pendidikan tinggi untuk mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa."
Anshori Djausal, budayawan Lampung, mencatat: "Saya mengenal beliau ketika masih aktif di Unila awal 1980-an. Almarhum banyak membantu ketika saya mulai bertugas. Saya kian sering berkomunikasi ketika beliau mempersiapkan Fakultas Teknik UBL. Dia pribadi yang bersemangat. Sebagai perintis perguruan tinggi swasta yang serius, beliau banyak jasanya dalam upaya memperluas kesempatan bagi putra-putri Lampung yang membutuhkan pendidikan lanjut."
Andy Surya, pendiri AMIK Mitra Lampung, menuliskan pesannya: "Almarhum motivator bagi akademisi PTS. Beliaulah enterpreneur bidang pendidikan tinggi dan secara 'spekulatif' mendirikan PTS ketika belum banyak yang berani sekadar memikirkannya sekalipun. Pak Barusman telah paripurna menjalani kehidupan, mewariskan anak-anak yang saleh dan berkualitas serta PTS yang membantu masyarakat memperoleh pendidikan terbaik."
Ahmad Zahrudin, dosen UTB, mengenang R.M. Barusman sebagai tokoh pendidik yang gigih berjuang sekaligus enterpreneur yang selalu mendiversifikasi bisnis pendidikannya. "Beliau selalu menjaga hubungan baik dengan PTS lain dengan selalu menjaga silaturahmi." n HERI WARDOYO/N-2
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 17 Januari 2009
pa kabar lampung ?dari jakarta
ReplyDelete