September 30, 2010

Sastra: 'Taman Pohon Ibu' Raih Krakatau Award 2010

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Setelah melalui perpanjangan waktu, lomba cipta cerpen Krakatau Award 2010 yang ditaja Dewan Kesenian Lampung akhirnya menetapkan cerpen Taman Pohon Ibu karya Benny Arnas (Lubuk Linggau) menjadi juara I.

Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung Hj. Syafariah Widianti, biasa disapa Atu Ayi, menjelaskan lomba cipta cerpen tahun ini sungguh menggembirakan.

Agenda tahunan DKL yang berskala nasional itu masih menarik animo pelaku dan penikmat sastra. Hal itu terlihat dari peserta yang berasal dari berbagai kota/provinsi di Tanah Air. "Dari Aceh hingga Sulawesi, inilah yang menggembirakan kami," ujarnya.

Dia juga menjelaskan event Krakatau Award yang merupakan salah satu agenda tahunan DKL. "Inilah bentuk upaya kami mengolaborasikan sastra dengan budaya dan pariwisata. Secara tidak langsung, peserta mencari dan mengeksplorasi khazanah sosial budaya dan pariwisata di Lampung untuk dituangkan dalam karya sastra," kata Syafariah dalam rilis yang diterima Lampung Post, Rabu (29-9).

Hal senada diakui Koordinator Krakatau Award 2010 Isbedy Stiawan Z.S. Dia mengatakan perpanjangan pengiriman naskah itu disebabkan niat DKL untuk menyatukan kegiatan ini dengan Lampung Arts Festival (LAF).

"Mudah-mudahan, pemenangnya bisa diundang ke event LAF dalam waktu dekat ini. Pemenang akan kami kontak lagi jika sudah dijadwalkan," ujar Isbedy.

Krakatau Award 2010 diikuti 117 peserta dan 145 naskah. Mayoritas pesertanya berasal dari Sumatera dan Jawa, sementara segelintir saja dari Sulawesi dan Kalimantan. Isbedy mengatakan bagi pemenang I—IV akan mendapatkan uang tunai.

Dewan juri terdiri dari Kurnia Effendi, Oyos Saroso H.N., dan Arman A.Z. pada rapat Selasa (28-9) malam juga memutuskan juara II—IV, yaitu Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina (Hanna Fransisca, Jakarta), Perjumpaan Misterius di Lereng Pesagi (M. Harya Ramdhoni J., Lampung), dan Cerita Lelaki di Balik Pigura (Alexander G.B., Lampung).

Dewan juri juga memilih enam cerpen nominasi non-ranking, yaitu Sisa Abu Hari Ini (M. Yudistira Kusuma, Jakarta), Kelapa Kupung (M. Amin, Lampung), Menunggu Musim Kupu-kupu (Nur Hadi, Jateng), Puan Taman (Alexander G.B., Lampung), Pewaris Tanah Tak Bertuan (Ni Luh Pik Parwati, Bali), dan Perawan Bukit Kulut (M. Harya Ramdhoni, Lampung).

Menurut juri, tema-tema yang ditawarkan peserta Krakatau Award cukup beragam, seperti krisis identitas warga pendatang, problematika sosial masyarakat, dan akulturasi budaya. Sejumlah cerpen berhasil mengangkat gagasan berlatar sejarah yang digarap dengan mengalir. Ada yang berupaya surealis dan simbolik.

Beberapa cerpen lain berkehendak menjejalkan ihwal-ihwal tentang Lampung dalam cerpennya hingga cenderung berlebihan. Masih banyak juga yang memasukkan idiom-idiom atau unsur lokal Lampung sebagai tempelan. (UNI/S-1)

Sumber: Lampung Post, Kamis, 30 September 2010

No comments:

Post a Comment