LEPAS dari ketakutan aksi internir atau pembuangan aktivis Syarikat Islam (SI) �merah� oleh Pemerintah Kolonial Belanda, perkembangan syiar Islam tidak berhenti.
Dua organisasi kemasyarakatan besar juga ikut mewarnai perkembangan syiar Islam di Lampung Barat. Keduanya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) masuk dan menggembleng generasi muda di Liwa.
Ada beberapa versi masuknya Perserikatan Muhammadiyah di Lampung. Versi pertama masuk dan terbentuk untuk pertama kali di Liwa, Lampung Barat. Hal itu terkait dengan pembentukan wadah organisasi di Liwa dengan struktur �grup� di bawah binaan Pengurus Muhammadiyah Cabang Betawi (sekarang Jakarta, red) pada 1930.
"Saat itu Muhammadiyah Grup Liwa beranggotakan sembilan orang yang diketuai Dja'far dan sekretariatnya di Dusun Gedungasin,� kata salah seorang tokoh masyarakat Lampung Barat di Bandar Lampung, K.H. Arif Mahya, yang juga tokoh NU Lampung.
Versi lainnya mengatakan organisasi itu pertama kali terbentuk di Telukbetung (sekarang Bandar Lampung, red). Pasalnya, saat itu Marga Liwa masuk dalam keresidenan Bengkulu atau Bankoelensche-Residentie. Sementara di Telukbetung terbentuk sekitar tahun 1932, saat cabang Telukbetung diundang untuk konferensi persyarikatan di Cabang Baturaja, Sumatera Selatan.
"Memang ada versi-versi dalam pembentukan awal Persyarikatan Muhammadiyah di Lampung," kata Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Lampung K.H. Nurvaif Chaniago.
Saat pertama masuk ke Liwa, banyak masyarakat yang enggan masuk organisasi itu. Selain masih trauma diliputi isu Syarikat Islam (SI) �merah�, juga sebagian besar tokoh dan ulama setempat menganut paham ahlusunah waljamaah (aswaja).
Sementara itu, walaupun sebagian besar masyarakat telah mengenal dan menganut paham ahlusunah waljamaah sebagai paham dari organisasi kemasyarakatan NU. Namun, secara struktural, organisasi NU resmi masuk ke Liwa pada 1936 dengan nama Jamiyah Nahdlatul Ulama. NU di Liwa dipelopori K. Ahmad Amirin dengan membentuk Majelis Wakil Tjabang Nahdlatoel Oelama (MWT-NO) Liwa yang berkedudukan di Negeriagung, dusun tempat Pesirah Marga Liwa saat itu.
Perkembangan organisasi ini begitu cepat karena sebagian besar masyarakat di sana penganut ahlusunah waljamaah yang otomatis mudah diajak menjadi anggota NU. Atau penganut paham itu mengajukan kesediaannya menjadi anggota organisasi kemasyarakat yang membantu syiar agama Islam di sana. (MUSTAAN/E-1)
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 4 September 2010
No comments:
Post a Comment