-- Ahmad Supartono
ARAHAN Gubernur Lampung pada acara pelantikan wali kota dan wakil wali kota Bandar Lampung untuk mengevaluasi rencana pembangunan yang merusak lingkungan, terutama maraknya penggerusan bukit di Bandar Lampung patut untuk diapresiasi dan segera diimplementasikan. Beliau menyatakan pembangunan Bandar Lampung selama ini sepertinya tidak memperhatikan dampak lingkungan. Banyak bukit di Bandar Lampung yang habis digerus oleh orang-orang yang hanya mencari keuntungan sendiri. "Bukit digerus dibiarkan saja. Padahal itu hanya untuk keuntungan seseorang, tapi kerugiannya harus ditanggung masyarakat Kota Bandar Lampung." (Lampung Post, 15 September 2010)
Kita masih ingat bencana tsunami yang melanda aceh pada 2004, wilayah aceh yang indah luluh lantak dalam sekejab diterjang gelombang tsunami di pagi hari. Kaitan dengan keberadaan bukit di Bandar Lampung seharusnya dipertahankan untuk mengantisipasi tsunami yang mungkin terjadi.
Sebab, apabila terjadi terjangan gelombang tsunami setinggi 10 sampai dengan 25 meter, akan tertahan oleh perbukitan sehingga air tidak langsung tumpah ke daratan namun gelombang air akan terpecah sehingga energi dan kecepatan terjangan gelombang air dapat direduksi sekecil mungkin. Terjangan angin dan badai pun dapat diredam sebuah bukit maupun gunung sehingga efek yang timbul dapat dinetralisasi. Bukankah kita tidak menginginkan bencana tsunami, angin topan, dan badai terjadi di wilayah kita?
Kawasan perbukitan di suatu wilayah juga bermanfaat sebagai daerah hutan kota dan daerah resapan air. Evaporasi air laut menimbulkan uap air yang naik dan dibawa angin yang bertiup dari daerah yang bertekanan tinggi menuju daerah yang bertekanan rendah yang dalam perjalanannya akan melewati daerah pegunungan, akan terkondensasi karena suhu yang dingin sehingga hujan akan turun. Turunnya air hujan akan membasahi wilayah pegunungan maupun perbukitan yang kemudian mengalir menurut gravitasi dan melalui saluran yang terbentuk secara alamiah. Oleh sebab itu, fungsi gunung dan bukit menjadi penting bagi daerah resapan air. Apa jadinya apabila wilayah perbukitan yang memiliki fungsi ekologis menjadi hilang? Tentu yang terjadi adalah bencana ekologis bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dengan adanya pembangunan di sebuah wilayah, kadangkala sebuah bukit memiliki nilai ekonomis karena gundukan tanah besar dan luas dapat diperjualbelikan tanpa menjual lokasi objek tanah itu sendiri. Namun, justru di sinilah letak persoalannya berlanjut karena penggerusan bukit menyentuh ranah ekologis kawasan yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan. Ibarat dua sisi mata uang, kita dihadapkan pada kepentingan ekonomi dari kandungan tanah untuk mengurug bagi kawasan lain yang membutuhkan atau lokasi perbukitan yang telah rata dapat dijadikan perumahan dan pada sisi lainnya adalah aspek ekologis yang menyangkut hubungan yang timbal balik antara manusia dan lingkungannya.
Solusi Penyelamatan Bukit
Untuk menyelamatkan bukit-bukit yang ada, seharusnya pemerintah segera menghentikan tindakan penggerusan bukit agar sisa wilayah perbukitan yang masih ada dapat terselamatkan. Bukit harus dipandang sebagai sumber daya yang dapat didayagunakan untuk bidang ekonomi maupun bidang lainnya, dan bukan sebagai sesuatu yang harus diratakan. Hal ini penting untuk dipahami bahwa meratakan bukit untuk kenikmatan sesaat sama halnya dengan menggali lubang kubur sendiri bagi kita saat ini dan anak cucu kita mendatang.
Upaya-upaya untuk menghasilkan pendapatan asli daerah bukan hanya dengan menggerus bukit yang dapat menimbulkan berbagai bencana dikemudian hari, tapi bukit dapat dikelola menjadi tempat tempat wisata alam. Misalnya bila wilayah perbukitan itu dilalui aliran sungai dapat dibuat kolam renang yang bernuansa alam, dapat dibuat saluran air guna mengairi lahan pertanian secara kontinu. Penyediaan air bersih bagi masyarakat, hutan penelitian bagi masyarakat dan pelajar, penangkaran hewan langka, kebun buah unggulan, seperti kebun Mekarsari di Jakarta, tempat berlatih ketangkasan olahraga dan lain sebagainya yang dapat mendatangkan manfaat kesehatan. Selain itu, ketangkasan maupun keilmuan bagi masyarakat dan menjual wisata alam yang dapat diunggulkan dan menambah pendapatan asli daerah bagi pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya. Wallahualam bisawab.
* Ahmad Supartono, Perencana pada Bappeda Kota Metro
Sumber: Lampung Post, Selasa, 21 September 2010
No comments:
Post a Comment